Tidak ada yang spesial pagi ini, gadis itu hanya berbaring menghabiskan waktunya dengan tangan yang sibuk dengan ponselnya. Tidak banyak hal yang dapat ia lakukan saat ini. Dia mulai merasa kesepian setelah temannya pergi ke Jakarta. Sepertinya, ia telah melupakan kejadian yang nyaris saja membuatnya menangis semalam.
"kangen abanggg" keluhnya menatap foto seseorang yang tersenyum di layar ponselnya. Gadis itu beranjak menuju koridor asrama yang kosong melompong. Mata bulatnya menyipit efek silaunya matahari pada siang itu. tidak lama ia berada di koridor itu, sebab sengatan matahari tetap terasa menusuk kulit meski di dalam ruangan sekalipun. Tidak heran tempat ini dijuluki Negeri Matahari.
Klik, ia mematikan musik yang sedari tadi menemaninya. Matanya menatap langit-langit kamar seolah sedang menatap awan. Keheningan mengisi kamarnya sekarang.
"Hmm enaknya ngapain aku ni, tugas udah selesai jadi gabut aku", monolognya pada diri sendiri. "OHH!! Gangguin Mas aja kali ya" senyum jahil muncul di bibirnya, kakinya terjulur menggapai ponsel yang terletak di ujung kasur, sungguh ia benar-benar malas hanya untuk bangkit duduk dan mengambil ponselnya. Tidak ada notifikasi dari siapapun, tidak masalah, lagipula ia akan mengganggu seseorang. Matanya mencari kontak calon korbannya siang hari itu. senyum jahil itu semakin mengembang ketika ia menemukan kontak orang tersebut.
"Ahh gak jadi lah, takut aku, nanti kalok diomelin kek mana?" ujarnya menggeleng kepalanya. Senyum yang mengembang kini berganti dengan wajah bimbang setelah wajah calon korban melintas di pikirannya.
Membayangkan wajahnya saja mampu membuat gadis itu bergidik ngeri. Tapi ia benar-benar kesepian sekarang.
"Okee, kita coba dulu, kalo hasilnya engga berarti fix nih dia bakal marah" lanjutnya dan merubah posisinya menjadi duduk. Fokus gadis itu kini beralih kepada kedua tangannya, ia mulai menghitung secara bergantian setelah sebelumnya melakukan sedikit pemanasan agar hasilnya sesuai yang dia inginkan.
"Okee, bismillah...ganggu, engga, ganggu, engga, ganggu, engga..." ujarnya terus menghitung jemarinya. Keheningan di kamar itu berganti dengan teriakan kesal dari mulutnya ketika sampai pada hitungan kesepuluh.
"AHHH KOK ENGGA SIH? ISH LAH KAN" teriaknya kesal menatap jemarinya. "Ck. Yaudah lah ga jadi"
Gadis itu membanting dirinya di atas kasur. "AHH BIKIN ALASAN AJA!" ujarnya bersemangat. Untuk kesekian kalinya ia duduk kembali.
"Ekhem ekhemm" gadis itu melakukan peregangan tenggorokan dibantu dengan tangannya, biar lancar pikirnya.
"Okee kita latihan dulu, satu dua tiga..." ia menepuk tangannya sebagai tanda latihan mandiri dimulai. "Mass mass kawani aku nyari makan yukk, aku gada kawan takut diculik om" ujar gadis itu berbicara sendiri dengan kedua tangan yang menyatu dan tersenyum semanis mungkin. Daripada manis, ia terlihat seperti orang bodoh, sejujurnya.
"Kau siapanya? Carilah sendiri, malas aku" lanjut gadis itu memerankan pria itu secara tidak sadar. Mungkin respon pria itu sudah tertanam di bawah alam sadarnya.
"AHH KOK GITU SI RESPONNYA? Alami kali lah kan. Dah lah takut aku, gausah aja sekalian. Daripada aku digituin lagi. Ish padahal cuma mau minta kawani aja kok. Emangnya aku harus jadi siapanya dulu biar bisa dikawani cari makan?" rutuk gadis itu kesal.
"Debi juga nih kenapa harus ke Tangerang. Kan aku jadi sendiri. Mana balik malam si Rean dari Jakarta" gadis itu tidak berhenti menggerutu.
Saking lelahnya menggerutu, tanpa sadar gadis itu sudah berada di alam mimpi. Gadis itu terbangun ketika pukul sudah menunjukkan pukul setengah empat lewat. Kaki gadis itu bergerak mencari ponselnya, dapatt, ujarnya dalam hati. Berharap ada kabar yang bisa membuatnya senang, justru sebaliknya yang ia dapat. Jarinya disibukkan kembali mengetik pesan untuk Thufeil, seseorang nun jauh disana, via Line.
KAMU SEDANG MEMBACA
CITRAPATA
ChickLitBanyak manusia yang tidak menyukai warna hitam di dalam hidup ini. Semua berharap hanya akan ada warna putih atau bahkan warna pelangi yang berwarna-warni. Sayangnya, realita tidak lah demikian.