13 - Siswa baru

11 3 0
                                    

"Iqbaal!!!"

Amanda menatap tajam Iqbal, ia benar-benar emosi mendengar ucapan Iqbal yang mengatakan jika pulpen itu sudah ia pecahkan.

Bagaimana bisa tidak emosi mendengar hal itu, jika saja pulpen itu bukan miliknya Amanda akan bersikap tidak peduli walaupun Iqbal membuang atau memecahkannya sekalipun.

Amanda mengepalkan tangannya, ia berjalan mengambil sapu yang tersandar di dinding dekatnya. Amanda mulai mengambil ancang-ancang untuk berlari mengejar Iqbal.

"Ya bagus, sekalian bersihin bagian sana ya. Dan juga bagian dapur itu." Instruksi bundanya menyuruh Amanda untuk membersihkan lantai yang kotor.

Amanda langsung melepaskan sapu itu dari tangannya. Bunda jadi mengiranya hendak membersihkan rumah padahal tidak ada niat sedikitpun bagi Amanda untuk membersihkan rumah ini. Semua gara-gara Iqbal yang membuatnya jadi di suruh bunda untuk membersihkan rumah.

Iqbal tertawa cekikikan di anak tangga, ia menjulurkan lidahnya sebagai bentuk ejekan pada kakaknya tersebut.

Melihat Iqbal yang terus mengejeknya membuat Amanda tambah kesal, ia pun melemparkan sapu itu ke arah Iqbal begitu saja.

"Amanda?"

"Ha?"

"Kenapa kamu lempar sapunya?" Bundanya berjalan mengambil sapu itu dan kembali menyerahkan pada Amanda.

"Sapu sampai bersih." Perintah bundanya. Amanda menghembuskan nafas dan akhirnya menuruti perintah bunda.

Amanda membersihkan semua debu-debu itu, tidak menyangka pekerjaan rumah yang selalu ia hindari malah ia dapatkan sekarang. Amanda terus mengumpati Iqbal, ia masih tidak terima bahkan emosinya belum sepenuhnya hilang.

"Sapu sampai bersih ya kak." Ucap Iqbal duduk di anak tangga sambil memangku setoples keripik.

Amanda melirik tajam Iqbal "Diam Lo!"

Iqbal melemparkan bekas makanannya ke lantai menjadikan lantai yang sudah dibersihkan Amanda kembali kotor.

"Yah jadi kotor lagi, sorry ya!" Iqbal berlari naik menghindari amukan kakaknya itu.

"Iqbaaalll!!"

Amanda terduduk di lantai, napasnya naik turun menahan emosi yang terus menguap dan ingin meledak sekarang juga.

"Bodo amat!" Amanda membiarkan saja lantai yang dikotori Iqbal tersebut dan tetap melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Sekarang Amanda sudah kembali ke kamar, ia terduduk di kursi sambil menatap pantulan wajahnya di cermin.

Hari ini dilalui Amanda dengan campur aduk, antara senang dan gelisah. Ia gelisah karena pulpen yang dikatakan rean tidak bisa ia temukan.
Dan yang membuat Amanda senang hari ini adalah ia kembali bertemu dengan Riski, seseorang yang selalu ia tunggu kehadirannya dari kecil.

Riski, mengingatnya membuat Amanda menjadi tersenyum. Ia tidak menduga bertemu Riski hari ini. Amanda tidak menyangka Riski mengalami perubahan yang begitu jauh dari masa kecil dulu. Riski sekarang sungguh berbeda jauh dengan yang dulu, ia sekarang tambah keren dan tampan.

Tapi, Amanda tidak bisa melupakan pulpen yang di katakan rean tadi siang di sekolah. Semua itu terus berputar-putar di kepalanya

"Apa benar pulpennya yang di pecahin Iqbal?" Gumamnya.

"Gue harus mastiin dulu." Amanda beranjak pergi keluar kamar.

Amanda berdiri di depan pintu kamar Iqbal, matanya menyiratkan kemarahan melihat pintu kamar itu.

Garis CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang