chapter 2

84 2 0
                                    

Setelah berdebat Panjang akhirnya mereka menerima fakta bahwa keduanya tinggal di Gedung dan kamar yang sama hanya saja berasal dari waktu yang berbeda.

"mustahil rasanya bisa percaya bahwa aku bertemu seseorang dari masa depan." Ucap Elang.

"tapi lebih mustahil jika aku tinggal di tempat yang banyak tumpukan baju seperti itu." Ucap Iskal sambil menunjuk kearah tumpukan cucian. Elang hanya bisa mengangkat bahunya acuh.

Iskal menatap ke sekeliling ruangan. Tampilannya memang terlihat lebih usang dari cat tembok yang mulai terkelupas dan warna dinding yang pudar. Berbeda dengan kamarnya yang terlihat lebih layak untuk ditinggali seorang Wanita.

Iskal Kembali berjalan kearah jendela dan menatap pemandangan yang tak pernah ia lihat di masa-nya.

"lima tahun kedepan, taman ini akan menjadi tempat perbelanjaan" ucap Iskal sambil menunjuk ke arah salah satu taman di kota ini yang terlihat dari kamar Elang. Iskal duduk di jendela yang tingginya hanya sepinggang. Ia hanya perlu menjinjitkan kakinya sedikit untuk bisa duduk di atasnya.

Hembusan angin menerpa rambutnya yang dibiarkan terurai. Ia menatap ke arah pria yang kini duduk di meja belajar yang tadi sempat ia tempati. Pria itu tengah mengerjakan sesuatu dengan laptop keluaran lama itu. Pria itu terlihat fokus dengan kaca mata yang bertengger di atas hidungnya.

Rambut ikal bukanlah selera Iskal, namun melihat pria itu dengan rambut ikalnya terlihat sangat cocok menurutnya. Kulit sedikit coklat dan tangan yang terlihat terisi dengan garisan urat yang menonjol mengelilingi tanganya, menunjukkan perawakan pria matang yang cukup suka berolah raga meskipun tubuhnya tidak terlalu berisi.

Tanpa sadar Iskal terus memperhatikan pria itu. Ia mencoba memalingkan mukanya ke arah luar jendela dan menatap pemandangan yang ada. Mungkin jika berada di waktu yang sama, saat ini Elang berusia dua puluh tujuh tahun. Jika ia diberi kesempatan ia ingin bertemu dengan Elang di masa-nya.

Memikirkan masa-nya, ia jadi teringat bagaimana cara ia agar bisa Kembali. Ia datang ke masa ini secara tiba-tiba. Ia juga tak melakukan hal aneh yang bisa menjadi petunjuk untuk pulang ke masa-nya.

"hei, bantu aku memikirkan bagaimana cara agar aku Kembali ke masa-ku" panggil Iskal memecah kesunyian. Iskal terus menatap Elang yang tak kunjung menggubris panggilannya.

"hei?" panggilnya lagi.

"aku sudah mengenalkan namaku barusan dan sekarang kau panggil aku dengan "heh". Ingatlah bahwa fakta usia kita sama namun di waktu yang berbeda. Aku jauh lebih tua lima tahun dari mu. ingat itu!" balas Elang yang merasa terganggu dengan panggilan Iskal. Wanita itu juga menghancurkan konsentrasinya yang tengah menulis.

"berani sekali dia mengganggu seorang penulis yang sedang menciptakan karya hebat" Elang membatin.

Iskal menghela nafas dan berjalan menghampiri Elang. "ka Elang ayo bantu aku cari tau bagaimana cara pulang ke masa-ku" ucap Iskal sambil merajuk. Ternyata tetap saja usaha Iskal gagal.

Ia menatap penasaran tentang apa yang sedang Elang lakukan sampai mengabaikannya terus. Iskal baru paham kenapa Elang mengabaikannya Ketika menatap barisan kalimat yang tersusun indah. "Ternyata Elang adalah seorang penulis" batin Iskal.

Iskal menatap ke arah jajaran buku yang tersusun rapih. Ia berjalan ke arah jajaran buku itu Ketika melihat nama penulis favoritnya ada di koleksi bukunya. "kau penggemar Tere liye?" kali ini ucapan Iskal dapat mengalihkan perhatiannya. Elang langsung menghadap kearah Iskal.

Iskal tersenyum Ketika berhasil mendapatkan perhatian dari pria sombong itu. "bagaimana kelanjutan serial Bumi?" tanya Elang menatap Iskal penasaran.

"kau pasti menganggap "komet minor" adalah akhir dari serial ini kan? Sayang nya kau salah. Serial ini terus berlanjut dan aku punya semua koleksinya" balas Iskal dengan sombong.

"kalau begitu pulanglah ke masa-mu dan bawa semua koleksi buku Tere Liye itu padaku" titah Elang. Padahal sedari tadi ia mengacuhkan Iskal dan sekarang ia meminta Wanita itu untuk membawakan koleksi novel dari penulis favoritnya.

"tak tau malu" balas Iskal spontan.

jangan lupa dukung cerita ini dengan vote, follow dan komen

SAMAYA : 5 YEARS EARLIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang