sembilan

355 34 3
                                    

"Hyung, kamu dimana?" teriak Sunghoon beberapa menit setelah ia sampai di Apartemen miliknya. ia berjalan ke arah dapur mencari Heeseung.

"Apa hoonie?" Heeseung menyembulkan kepalanya, dari dalam pintu kamarnya. pemuda lee itu kini berjalan menghampiri Sunghoon yang masih mengenakan baju seragam miliknya.

"Kenapa gak ganti baju dulu? udah sana ganti, abis itu masukkin mesin cuci biar aku yang cuci nanti" Heeseung berlalu ke dapur, berniat membuatkan makanan untuk Sunghoon.

"Kemana?" suara Sunghoon menghentikan gerakan kakinya. ia menoleh menatap ke arah Sunghoon.

"Huh?"

"Kemana?" ulang Sunghoon menatap ke arah Heeseung.

"Mau buatin kamu makanan, laper kan?"

"Gak udah Kak, mending kakak siapin baju punya kakak" Sunghoon berjalan pelan ke tempat Heeseung berdiri.

"emang kita mau kemana?" Tanya Heeseung.

"kita mau pergi yang jauh, jauhhhhh banget... sampe gak ada satu pun orang yang bisa nemuin kita!!" Sunghoon mengusak pelan surai kecoklatan milik Heeseung.

"Kenapa harus pergi? disini lebih baik. kita bisa ketemu sama orang2 yang sayang sama kita. dan juga... baik sama kita.."

"Enggak semua orang baik kak, gak semua orang sayang sama kita"

"Terus? mereka semua jahat gitu? dan kita harus pergi sekarang?"

Sunghoon mengangguk, lalu mengecup singkat dahi Heeseung yang tertutup poni kecoklatan.

****
Di rumah, Taki tak berani keluar dari kamarnya. sebenarnya rumah ini milik Niki, Niki yang menyuruhnya untuk tinggal bersamanya.

Taki menaikkan selimutnya sebatas dada. ia kembali mengingat saat Niki menyentaknya tadi di sekolah. Air matanya perlahan keluar, apa memang ia hanya menjadi beban untuk Niki?

Sedangkan diluar Niki tengah sibuk dengan ponselnya. ia sedang mengetikkan sesuatu di roomchatnya bersama dengan Sunghoon. Setelah menyentuh tombol kirim ia langsung beranjak menuju Cafe terdekat.

Rencananya ia akan menenangkan dirinya di Cafe tersebut. Masalah Taki, ia tak melihat pemuda itu sedari pulang sekolah. lagi pula, apa pedulinya? ia sangat marah sekarang. dan jangan sampai pemuda itu menambah kemarahannya, pikirnya.

****

"Mau kemana?" Tanya Nicholas menatap ke arah Jay yang hampir beranjak dari kursinya.

"Mau ke makam Jungwon, gue kangen sama dia." Ucap Jay santai.

"mau ikut ke makam Hanbin hyung gak?" tanyanya kembali menawarkan kepada Nicholas.

pemuda wang itu tak bergeming, ia memilih untuk menatap lekat kopi pahit miliknya.

"Tu kopi, walopun lo liatin terus juga gak bakal jadi manis, kalo gak di tambah gula" Tambah Jay, sebelum ia beranjak.

"Biarin, emang masalah buat lo?" Sahut Nicholas.

Jay mengendikkan bahunya, lalu beranjak pergi meninggalkan pemuda wang itu. di pintu masuk Cafe ia berpas2an dengan Niki, tangan kirinya dengan cepat menahan pergelangan tangan Niki.

membuat Niki tersentak kaget, terpaksa menghentikan langkahnya masuk ke dalam Cafe.

"Kenapa?" tanya Niki tak mau berbasa basi.

"lo tahu kan, gue gak bakal bikin si pembunuh hidup bahagia. mereka harus dapat pelajaran, harus rasain apa yang gue rasain sekarang."

Niki berbalik menatap Jay, sedang tautan mereka sudah benar2 terlepas. karena pemuda Nishimura yang menghempas tautan keduanya dengan kasar.

"Apa mau lo?" tanyanya sedikit berteriak, untuk keadaan Cafe tak benar2 ramai.

Hanya ada 2 orang pelayan dan satu orang yang berdiri di meja kasir, selebihnya hanya Nicholas dan mereka berdua.

"gue cuman mau pembunuh itu tersiksa, dengan cara bunuh orang yang paling dia sayang."

Nicholas memberikan atensi penuh pada 2 orang yang bisa di bilang berdebat itu. Tangan Niki terkepal erat, dan Nicholas menyadarinya. pemuda wang itu tersenyum penuh arti menatap tangan yang mengepal.

"Kalo lo berani macam2 awas aja" Niki berbicara dengan penuh penekanan.

"emang apa yang bisa di buat sama bocah kayak lo?" Jay mendorong bahu kiri Niki, membuatnya agak terdorong ke belakang.

"Cih, di dorong dikit aja udah mau ambruk. gimana mau nyelakain orang?" Tanya Jay.

"Jay, keknya lo lupa deh. dia kan bisa ngabisin nyawa orang. ngeri gue, masih bocah udah sok2 ngabisin nyawa" di samping Jay, Nicholas berdiri dengan wajah tak bersahabatnya.

"Mau kalian apa sih?"

"Tau ah, males ngomong kalo masih di ulang" Jay dan Nicholas berlalu meninggalkan pemuda Nishimura yang menatap punggung mereka dengan sengit.

"Ck, awas aja kalian kalo berani nyakitin Taki atau orang kesayangan gue"

****

"Besok, kita berangkat dari sini ke tempat yang benar2 jauh. sampe2 gak ada yang bisa nemuin kita."

Heeseung hanya mengangguk, ia sudah terlalu mengantuk untuk meladeni pemida di sampingnya.

"Hoon, aku tidur duluan ya... idah ngantuk" Sunghoon mengangguk perlahan, setelahnya tangan kanannya ia rentangkan.

dan kanan satunya ia tepuk2an ke tangan kanannya. meminta yang lebih tua meletakkan kepalanya di tangan tersebut. Heeseung menurut perintah sang kekasih. ia mencari posisi yang nyaman sebelum berbaring.

setelah merasa nyaman, pemuda Lee itu mulai memejamkan matanya. Sunghoon memeluk yang lebih tua dari samping. sambil sesekali ia mengecupi rambut halus milik Heeseung.

'Seungie, apa pun yang terjadi kita akan selalu sama2. aku janji, aku gak bakal biarin mereka misahin kamu dari aku.' ucapnya dalam hati sebelum benar2 terlelap di samping pemuda Lee

tbc

○○●●○○●●

janlup votment.. makasih...

I Kill They (Heeseunghoon/Sungseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang