sepuluh

353 30 0
                                    

"Ck, bisa2nya Sunghoon hyung pergi dari sini" Niki berujar sedikit geram, tangan kanannya menggengam erat sendok yang ia pegang. sedang tangan kirinya memegangi ponselnya.

brak

"Aku berangkat" itu suara Taki, yang baru saja menutup pintu kamarnya.

lalu dengan segera ia berjalan meninggalkan Niki yang masih sibuk dengan sarapannya tanpa memperdulikan pemuda mungil itu. Suasana diantara mereka sedikit canggung dan ada beberapa perubahan setelah perdebatan kemarin.

Taki mendengus tak suka, benar2 tak suka kalau sudah diabaikan. tapi, mau bagaimana lagi? Niki memang sudah tak perduli dengan dirinya, sepertinya.

****
Disinilah sekarang mereka, Sunghoon dan Heeseung. di Apartement milik Serim, kakak tertua Sunghoon yang merantau untuk mengejar pendidikan.

"Kenapa?" tanya Serim bersidekap dada, melihat adiknya secara tiba2 sampai di hadapannya.

tanpa menghubunginya sebelumnya, kalau adiknya itu ingin ke tempatnya.

"Mau jalan2 aja" santai Sunghoon dengan kedua tangan yang membawa tas ransel dan koper yang berisi bajunya dan Heeseung.

"Benarkah? Sunghoon nanti malam temui kakak di rooftop" perintah Serim sebelum ia berangkat kuliah.

Sunghoon mengangguk patuh, lalu berjalan masuk kamar yang biasa ia tempati kalau berada di rumah kakaknya.

"Kenapa kakakmu menyuruhmu ke Rooftop hoon?"

Sunghoon mengendikkan bahunya tak tahu, atas pertanyaan yang dilontarkan Heeseung.

"Entahlah, mending kakak bantu aku buat beresin baju2 ini. abis itu kakak mandi" perintah Sunghoon yang langsung dikerjakan oleh pemuda Lee itu.

****
"Ck, jawab cepat!!" Jay menatap tajam Nicholas yang sedang duduk di pinggir lapangan basket yang di penuhi dengan rumput hias.

"Gue bilang gak mau!! enak aja gue jadi uke lo" Lalu setelahnya pemuda wang itu berdiri sambil menepuk2 bagian belakang celana yang ia kenakan.

"mau kemana lo?" Nicholas tak menjawab, ia menunjuk ke arah pemuda kecil yang tengah berjalan santai.

"Gue mau dia" ucapanya sebelum meninggalkan Jay sendirian.

Pemuda Park mengejar Nicholas yang berjalan dengan tempo cepat.

"Lo suka sama dia?"

Nicholas menggeleng cepat, lalu berdiri tepat dihadapan pemuda yang ia incar. kedua tangannya ia rentangkan sebatas dada. dan salah satu sudut bibirnya ia tarik ke atas.

"Mau kemana manis?" tanyanya.

sedangkan pemuda yang ia panggil 'Manis' terlihat menunduk tak suka.

"Kalo orang nanya tuh dijawab, bisu ya?"

"Kol, ngapain sih lo? mau jadi pembully heh?" Itu suara keras Jay yang berada tepat di belakang pemuda Mungil itu.

"Eh ada Taki" Ia melangkah ke depan, lalu menatap penampilan Taki dari  sampai bawah.

"Manis, tapi sayang pawangnya galak"

Nicholas mendecih pelan, sebelum meraih tangan Taki dan membawanya ke Rooftop. Sedangkan Jay, dengan santainya mengikuti langkah pemuda yang seumuran dengannya itu.

"Kak lepasin Taki, sakit kak" Taki akhirnya berani bersuara, setelah tangannya digenggam kuat oleh Nicholas.

"Nicholas tak menggubris, ia makin mempererat genggamam di tangan Taki.

"Kak... plisss.. sakit.. Hikss" Siswa yang berpaspasan dengan mereka menatap iba ke arah Taki yang meringis karena genggaman ditangannya. mereka tak berani menolong pemida mungil itu, karena takut Nicholas akan melakukan hal yang sama atau hal yang lebih dari yang di dapatkan Taki.

"Diem gak lo?" bentak Nicholas, yang berhasil membuat Taki bungkam.

Sampai di rooftop, Nicholas menghempas kasar tangan Taki. ia juga menghempas tubuh mungil Taki ke dinding bercat putih di depannya.

"Ini semua gara2 lo tahu gak?" Tukas Nicholas.

Taki tak mendengarkan, ia merintih sakit karena punggungnya yang bertabrakan dengan dinding.

"Kalo aja lo gak idup, hubi gue gak bakal mati!!" Taki menunduk, saat Nicholas membentaknya.

"Coba kemaren, gue gak tolongin lo!! lo pasti udah gak ada, dan pacar gue bakal baik2 aja"

Nicholas menarik kedua bahu Taki mendekat ke arahnya.

"Lo tuh sialan banget sih"

brak

kembali Nicholas menghempaskan tubuh Taki ke dinding yang berada di depannya. hingga mengeluarkan suara yang cukup keras. Taki mengeluarkan airmatanya, tubuhnya merosot merasakan sakit yang berada di pungggung akibat Nicholas.

"Sakit gak? ini gak pernah nyembuhin luka yang ada di hati gue. lo gak tahu, gimana sakitnya di tinggal sama orang yang lo sayang."

Nicholas menendang keras tubuh Taki, membuat pemuda yang lebih muda merintih.

"Udah Nic, udah. lo bisa bunuh dia kalo gini terus" Jay menggapai bahu Nicholas, namun langsung di tepis oleh pemilik bahu.

"Nic, udah. kalo marah jangan gini caranya... lo mau kejadian kemarin ke ulang lagi?" Nicholas berbalik, ia menatap tajam ke arah Jay.

"Lo! ini semua juga terjadi karna lo!!" pemuda Wang menyenggol pemuda Park, lalu berjalan menjauhi Rooftop.

Jay menggeleng, lalu mengulurkan tangannya ke arah Taki.

"Lo bisa jalan gak? mau gue anter ke Uks?" Taki menggeleng.

"A-aku bisa J-jalan sendiri kak j-jay" Taki meringis, kala ia berusaha untuk berdiri dengan tubuh yang sakit.

"Kalo masih sakit sini gue gendong" 

"Gak usah" Taki tersenyum, lalu berusaha untuk berjalan.

"dasar keras kepala"

****

"Mau apa?" Tanya Sunghoon saat ia sampai di Rooftop.

"Kamu ngapain kesini? kenapa gak bilang kakak?"

"Aku bilang kan mau jalan2"

"Ck, kakak tahu kamu kesini pasti punya masalah. coba cerita!!"

"Okey, tapi kakak janji, gak marah!!"

"Hm" Serim berdehem pelan, lalu yang lebih muda mulai bercerita.

Malam semakin larut, dan Sunghoon sudah selesai dengan ceritanya. raut wajah sang kakak berubah menjadi dingin.

"Aku udah bilang kakak jangan marah" ucapnya lalu beranjak meninggalkan Serim sendirian.

tbc

●●○○●●○○

huhu... maaf baru up, beberapa hari ini aku sibuk bat... maaf banget

I Kill They (Heeseunghoon/Sungseung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang