14 - Perasaan

71 17 0
                                    

"Kamu yakin aku gak papa kalo sampe pacaran sama yang lain?" Tanya Arin ke Yeonjun.

"Gak papa, tapi kamu mesti siap lepasin dia kalo kita bakal nikah." Ucap Yeonjun.

"Hm..oke.."

Sekiranya itulah yang dikatakan Yeonjun ke tunangan nya, tepat 5 tahun yg lalu, di mana Arin ingin menyatakan perasaannya pada Jisung.
_______________________________________

Since u're here, so enjoy
_______________________________________

|Tahun Ke-2 SMA Arin|

"Duh, aku deg-degan banget, gimana nih?" Batin Arin yang tersenyum sendiri di kursinya. Ia memeluk sebuah kotak kecil yang di dalamnya terdapat coklat dan surat pernyataan cinta.

Siapa lagi yang akan menerima itu kecuali Park Jisung di kelas sebelah. Bel jam makan siang berbunyi, Arin pun bergegas pergi ke kelas Jisung. Di sana ia melihat sosok Jisung yang tak kunjung beranjak dari kursinya.

"Em permisi ya, kak." Spontan Ara menepi. Siswi yang berbicara padanya itu kemudian masuk sedikit ke dalam kelas Jisung.

"Sunbae!" Sontak satu kelas menatap ke arahnya.

"Eh? Maaf-maaf." Ujar siswi itu agak malu.

"Kak Jisung!" Bisiknya, memanggil Jisung yang sudah mengetahui kehadirannya sejak awal.

Dari mata Arin, betapa terkejutnya ia melihat Jisung yang langsung menghampiri siswi itu dengan tersenyum tipis. Sementara siswi itu mengerutkan dahinya dan menarik lengan seragam Jisung, membawanya keluar kelas dan menjauh.

"Baru ini si Jisung ke sem-sem waktu ama cewe, biasanya kulkas 7 pintu." Celetuk teman satu kelasnya.

"...apa apaan..?" Batin Arin yang membatu di depan kelas. Matanya tak teralihkan dari sosok siswi yang tidak ia kenali itu.

"Park Jisung..cewe itu?" Gumam Arin yang tampak syok.

|Jam Pulang|

"Kamu harus berani, Rin!" Ucap Arin pada dirinya sendiri. Kini ia perlahan ke arah kelas Jisung yang telah sepi. Di sana hanya ada Jisung seorang yang sedang membereskan lokernya sebelum pulang.

"J-Jisung!" Sapa Arin dari ambang pintu. Spontan Jisung menoleh, namun ekspresinya begitu dingin.

"Apa?" Tanya Jisung yang diam, menunggu Arin berbicara. Arin pun berlari kecil menghampiri Jisung.

"A-aku suka sama k-kamu!" Seru Arin yang menyerahkan kotak kecilnya di depan Jisung. Namun keheningan mulai mengisi ruang kelas itu.

"Gue tolak."

"...ya?"

Arin membatu. Jisung hanya menatap kotak kecil yang masih ada di tangan Arin.

"Ga jelas?" Heran Jisung yang beranjak memakai tas punggungnya.

"Tunggu dulu Ji!" Tahan Arin yang spontan memegang tangan Jisung. Tentu saja Jisung langsung menarik tangannya dari genggaman Arin.

"Ak-aku beneran suka sama kamu!"

"Gue gak."

"Jisung! Aku bisa bikin kamu bahagia!"

"Gue udah bahagia."

"Y-ya? Itu- aku bakal bikin kamu senyum!"

Setelah pernyataan cinta yang tertolak lebih dari tiga kali, yang Arin dapat hanyalah tatapan dingin yang terasa kejam.

Arin yang selalu menatap mata Jisung langsung sadar saat sorot mata Jisung beralih ke samping. Ia pun mengikuti arah mata Jisung dan menemukan siswi jam makan siang tadi. Ia membeku di ambang pintu setelah melihat Jisung tengah berhadapan dengan Arin.

"Dia udah cukup." Ujar Jisung, pergi meninggalkan Arin begitu saja. Jisung meraih tangan Ara dan membawanya menjauh dari pandangan Arin.

Saat itu, hati Arin dicabik-cabik begitu kasar. Matanya memerah dan berair, napasnya jadi berat, dan kakinya melemah. Ia terduduk di atas lantai kelas dengan berderai air mata. Namun tak lama setelah kesedihan itu, matanya menjadi tajam dan penuh kebencian.

Ia dengan cepat mengambil gawai dan membuka website ekstrakurikuler dance dan menemukan wajah familiar di biodata anggotanya.

"Jung...Ara.." Gumamnya penuh penekanan. Dirinya dipenuhi kabut kebencian, rasa iri, dengki, dan dendam akibat rasa sakit hatinya.

"Jung Ara.."

"Jung Ara.."

"..."

"Dia cukup buat kamu tersenyum? Gadis yang gak tertarik sama kamu itu? Sungguh?"

"Ara.."

"Ara..."

"....."

"Jung Ara?"

|End Flashback|

Kru i12 berakhir di posisi pertama melawan puluhan kru di kompetisi tersebut. Tentu saja Ara senang dengan Jisung yang nampak menikmati kompetisi di samping dirinya yang selalu berwajah dingin.

"Selamat bro!" Ujar Ara yang tersenyum.

"Thanks bae." Jisung spontan memeluk Ara, di hadapan kru yang sebenarnya tidak begitu memperhatikan. Tapi dari jauh ia bisa melihat Arin dan Yeonjun mengawasi mereka.

"Bae? Since when?" Heran Ara yang mau tak mau membalas pelukan itu.

"Duh ni anak tinggi bet!" Batin Ara.

"Since our night." Jawab Jisung.

"It's not even OUR night tho?" Balas Ara sembari melepas pelukan Jisung.

"Oh lu mau malam yang-"

"Sst bacot, sana gabung." Usir Ara mendorong Jisung untuk bergabung dengan kru yang lain.

"Okay people, gue bakal beresin masalah ini." Gumam Ara menatap Jisung, lalu Yeonjun dan Arin.
_______________________________________

Vote brodi
Thanks

Next↓↓↓

Husbu Rasa Bestie | Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang