Since u're here, so enjoy
_______________________________________|16.00, kafe|
"Gue beneran harus ngomong langsung gini?" Keluh Jisung yang tak mau melepas tangan Ara.
"Karena lu yang bikin dia sakit hati, secara gak langsung bikin dia obsessed buat dapetin lu, lu juga yang harus selesain, hm?" Bujur Ara sembari mengelus kepala Jisung yang menunduk.
Jisung sempat menolak, namun lagi-lagi terbujuk oleh Ara.
"Bicaranya nanti yang lembut, ya?" Pinta Ara.
"Sekarang tunggu Arin disini, bentar lagi dia sampai, aku sama Yeonjun mantau di sana, ya?"
Ara menjauh dan menghampiri Yeonjun yang duduk di meja lain.
"Ara datang." Bisik Yeonjun pada Ara yang duduk di sampingnya.
"Jisng!" Panggil Arin semangat. Arin langsung duduk di depan Jisung dengan senyum lebar.
"Lu suka kan?" Tanya Jisung sambil nunjuk minuman yang sudah dipesan olehnya untuk Arin.
Bayangkan saja betapa berbunga hati Arin saat Jisung berbicara lebih lembut kepadanya. Ia mengangguk dan langsung menyicip minuman itu.
"Jadi kamu mau ngomong apa ke aku?" Tanya Arin diiringi senyum nya.
"Plis jangan expect yang tinggi ya, Rin." Ujar Ara yang mendengar pembicaraan mereka lewat penyadap. Sementara Yeonjun hanya diam mendengarkan sekaligus memperhatikan.
"Gue cuman mau bilang, stop ngejar gue, sekeras apapun lu ngarepin cinta gue, gue gak bakal ngasih."
Kalimat itu bukanlah kalimat yang dikira oleh Arin akan keluar dari mulut Jisung. Senyumnya perlahan luntur, tergantikan oleh kesedihan.
"Kenapa?" Tanya Arin.
"Karena Ara pasti gak terima, dan Yeonjun juga pasti kecewa kalo calon istri nya gue ambil." Jawab Jisung yang tiba-tiba berubah menjadi dingin kembali.
"Dia kenapa bawa-bawa nama gue sih?" Heran Yeonjun ke Ara.
"Mana gue tau? Tanya langsung noh sama orang nya." Jawab Ara yang fokus pada Jisung.
"Y-Yeonjun? Ah..Ji-Sung sudah tau ya? Tapi tidak apa! Dia bilang gak papa asal nanti pas mau nikah kita putus!" Elak Arin, mencoba meyakinkan Jisung.
"Rin, lu gak nganggep Yeonjun gak punya hati kan?" Heran Jisung yang mulai tak nyaman.
"Dia sendiri kok yang bilang?"
"Lu gak waras sumpah." Gumam Jisung.
"Tapi kenapa harus khawatir sama Ara? Tinggal putus aja kan?"
"Jun, sumpah gue gedek sama tunangan lu." Bisik Ara.
"Huh.." Wajah Yeonjun jelas menunjukkan kekecewaan.
"Yakali Ara bukan siapa-siapa gue, sebagai pria sejati harus hargain istrinya."
Deg!
Begitu terkejut, Arin sampai menjatuhkan gawainya ke lantai kafe. Matanya membesar dan terpaku pada Jisung, ia tak percaya apa yang baru saja ia dengar.
"I-istri..?" Suaranya yang gemetar tak dapat disembunyikan.
"Iya, Ara adakah istri sah gue, dan gue suami sah Ara."
Kata-kata Jisung itu langsung menyayat hati Arin yang tak dapat menahan air matanya.
"J-jadi hubungan mereka sangat dalam?"
"J-Jisung bohong kan? Kalia-"
"Kenapa harus bohong? Gue cinta sama dia, bukan sama lo?"
Ji-Sung langsung berdiri dan condong ke Arin.
"Jadi gak usah ngejar gue lagi, paham?" Tekan Jisung yang kemudian keluar.
"Gak bisa halus dikit apa gimana kek ngejelasin nya?" Kesal Yeonjun yang lari menghampiri Arin.
"Siapa suruh lu keluar hah? Balik gak lu? Emosi gue astagaa!" Ujar Ara yang kesal lewat telepon.
"Kan tinggal jelasin?" Heran Jisung yang berniat masuk kembali.
"Huh..lu gak bisa paham apa gimana? Gue udah bilang jelasin nya yang halus." Kesal Ara, kali ini serius.
"Em..Ra-..Ra?!" Ara yang betulan marah langsung memutus panggilan dan berlari menghampiri Arin dan Yeonjun.
"A-Ara! Ji-Sung bohong kan? Kamu bukan Istri dia kan? Gak mungkin kan?" Tanya Arin yang merasa terpukul.
"Maaf tapi Jisung benar, kami udah menikah bahkan sebelum masuk ke studio dance." Jelas Ara dengan nada bicara yang sedikit merendah.
Arin pun langsung berderai air mata dalam dekapan Yeonjun. Ara merasa bersalah karena sikap Jisung yang malah terkesan menyayat hati Arin untuk yang kedua kalinya.
"Ara-"
"Kek nya emang susah ngejelasin apa-apa ke orang cuek kek lu." Sela Ara datar ke Jisung. Sontak Jisung kaget dengan gaya bicara dan ekspresi Ara.
"Jun..bawa Arin ke tempat lain aja, nanti kabarin gue di mana biar kita selesain." Suruh Ara pada Yeonjun yang langsung membawa Arin pergi.
"Ara aku-"
"Niat gue baik Ji, gue mau nyelesain masalah yang kalo gak diselesain bakal ganggu masa depan kita."
"Tapi lu seharusnya bisa ngejelasin semuanya baik-baik kan? Lu tau kalo Arin hatinya lembut, gampang kesayat, gak bisa dikasarin." lanjut Ara.
Jisung terdiam setelah mendengarkan Ara. Ia mencoba meraih tangannya namun dengan cepat ditepis.
"Sekarang mending lu pulang, tidur, terserah deh! Cuman gue yang bisa nyelesain semuanya, gue yang nanggung masalah lu iya!"
Ara dengan cepat menjauh dan meninggalkan Jisung.
Di luar Jisung masih sempat menahan Ara.
"Ra! Dengerin aku dulu! Aku tau aku salah, aku kebawa emosi karena emang sifat Arin bagi aku itu nyebelin."
"Terus? Lu masih anak SMA hah? Lu udah nikah Park Jisung! Gue tanggung jawab lo!"
"Sangat disayangkan Arin bertahun-tahun obsessed sama lu!"
Ara naik taksi menuju tempat Yeonjun dan Arin berada.
"Ara! Aku minta maaf! Plis jangan kek gini!" Bujuk Jisung sambil menggedor-gedor kaca taksi yang Ara baiki.
Tapi tanpa rasa apapun Ara menghiraukan Jisung dan taksi pun langsung tancap gas.
Menyadari betapa keras kepala dirinya yang enggan mengikuti kata Ara, Jisung menyesal dan memikirkan cara agar dapat berbaikan dengan Ara.
_______________________________________Vote brodi
ThanksNext↓↓↓
KAMU SEDANG MEMBACA
Husbu Rasa Bestie | Park Jisung
FanficGimana kalo kalian punya Husbu/Husband rasa Bestie? Coba deh tanya sama Ara, soalnya dia....Baca aja dulu→_→