07 • Roller Coaster

8 6 5
                                    

"Terima kasih banyak, bunda.
Aliya akan berusaha, Aliya akan belajar dengan sungguh-sungguh."

~Aliya

Song: Weak- SMV

• × •

"Bun, Aliya boleh ngomong sesuatu ga?"

Bunda menoleh, "Boleh dong, ngomong apa?"

Aliya agak gemetaran, kini meremas ujung bajunya. "Aliya ingin coba kerja paruh waktu, bun," ia menunduk, tak kuasa menatap raut wajah bundanya.

Hening cukup lama.

Aliya semakin kalut, menerka-nerka respon bunda.

Ia sadar, bahwa ia tak berbakat. Tak ada hal apapun yang bisa ia lakukan untuk mendapat uang dengan menjual barang ataupun menawarkan jasa. Bukan sekali dua kali ia mencoba untuk mendapatkan uang, tapi hasilnya selalu gagal dan uangna cepat raib seiring waktu.

"Ka," panggil bunda lembut.

Aliya masih memejamkan matanya, bergeming di tempat.

Bunda memanggil halus, "Aliya..."

Yang dipanggil kini perlahan mengangkat wajahnya. Ia membuka mata dan netranya bertabrakan dengan milik bunda yang teduh.

"Kamu butuh uang?"

Hening kembali. Kini mulut Aliya membisu, lidahnya kelu, ia tak mampu menjawab pertanyaan itu.

"Ayah sama bunda bekerja setiap hari biar kamu dan adikmu bisa sekolah dan mencapai pendidikan tinggi, tidak seperti bunda," tutur wanita paruh baya yang dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Lagi pula, kamu mau kerja patuh waktu dimana?"

"M-mini market, Bun. Sama pilihan ke 2 ada di toko buku yang kemarin baru buka cabang baru," jawab Aliya takut.

Bunda menghela napas, Aliya memerhatikan itu dan semakin merasa bersalah.

"Kamu tahu resiko kalau bekerja paruh waktu di minimarket sebagai kasir atau apapun itu?"

Kepala Aliya menggeleng, tanda tidak tahu.

"Kamu harus ganti rugi setiap ada kerugian dari barang yang hilang, Aliya. Belum lagi tanggung jawab yang besar dan upah yang kurang setimpal sama waktu dan tenaga yang kamu keluarkan."

"Kenapa bunda tau? Karena bunda udah ngerasain semuanya, Ka. Bekerja di mini market, jadi kasir, jual makanan, jual barang, jadi sales yang jualan sambil mengetuk ke tiap pintu dan masih banyak lagi. "

"M-maaf bunda," satu kata yang terucap Aliya kini.

Bunda menggeleng, "Sudah, sudah. Kamu engga perlu minta maaf. Besok Bunda kasih tambahan kamu uang untuk keperluan kamu ya."

"Sekarang, biarkan Bunda dan Ayah jalanin kewajiban kami buat mencari nafkah. Tugas dan kewajiban kamu hanya belajar sekarang Aliya. Satu permohonan Bunda, jaga adikmu. Mungkin sekarang kami bisa menyekolahkanmu di pendidikan tinggi. Tapi, tidak ada yang tahu masa depan, ka. Ayah sama Bunda juga seiring waktu akan ada akhirnya. Bunda harap kamu nanti bisa menjaga dan menyekolahkan Adik dan keluargamu kelak."

"Cukup bunda yang pernah rasain kehidupan yang keras, anak-anak bunda jangan. Dulu bunda gabisa kuliah bukan karena bunda tak ingin kuliah, bukan karena bunda otaknya tidak encer, tapi karena terhalang ekonomi. Jelas bunda sangat paham perasaanmu yang ingin berpenghasilan dan tidak merepotkan orang tuamu. Tapi percayalah, kelak kamu akan jadi perempuan pertama di keluarga Bunda yang berpendidikan tinggi dan mengangkat derajat keluarga."

Low Self-EsteemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang