05 • Tidak Tahu Mengapa

17 6 6
                                    

"Berat itu ketika kamu tersenyum
saat tidak baik-baik saja."

~Aliya

Song: Kamu dan Kenangan- Ost Habibie dan Ainun

• × •

Benda tajam itu terjatuh ke lantai saat pintu kamar Aliya diketuk. Tangannya terkulai lemas. Entah apa yang dipikirannya kali ini. Tiba-tiba otaknya serasa berhenti bekerja, telinganya seolah menuli, mulutnya turut membisu.

Aliya nge-blank. Ia duduk di lantai dan tak merasakan apa-apa. Hingga beberapa saat kemudian ia tersadar, ia mengerjapkan netranya, menghembuskan napas dalam.

"Aku kenapa?" Batin Aliya yang kebingungan.

"Aliyaa, cepet keluar. Kamu makan dulu," kata seseorang dibalik pintu kamar.

"Iyaa, sebentar," balas Aliya.

Gadis itu meraba dada kiri atasnya, detak jantungnya terasa cepat dan cukup keras. Napasnya sempat berat tadi, namun kini ia menghembuskan dan menghirupnya perlahan.

Aliya bingung, apa yang dipikirkannya tadi? Mengapa ia melakukannya? Dan apa yang terjadi pada dirinya saat pikirannya kosong?

Dia beristigfar, merapalkan do'a dan meneguk segelas air putih yang ada di atas meja belajarnya.

Setelah dirasa cukup tenang, ia baru keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju ke ruang keluarga. Rupanya anggota keluarganya sudah selesai makan malamnya.

"Kamu ngapain sih? Dari tadi digedor pintunya gabisa dibuka?" Bunda bertanya.

"Ketiduran bun hehehe," Aliya tersenyum gugup, ia berbohong. Remaja itu menggaruk kepalanya yag tak gatal.

"Yaudah ayo makan dulu, ini makanannya di meja," pungkas Bunda yang berlalu ke dapur.

Gadis itu bergumam, "Apa aku ceritain ya kejadian barusan?" Tapi akhirnya ia urung, tak ingin keluarganya khawatir.

Alita yang sedang duduk memainkan ponselnya berceletuk, "Tidur mulu ih dasar kebo."

"Sabar Aliya, orang sabar di sayang Allah," Aliya menetralkan deru napasnya, mnenajamkan mata ke arah adiknya itu.

"Ngapain liat-liat? Cantik ya ? Bilang aja kalo baru nyadar."

Aliya mendelik, tak menggubris kepercaya dirian adiknya itu.

"Ka, kamu udah mandi?" Tanya ayah yang membawa segelas kopi.

"Udah kok yah, kenapa?" balas Aliya.

"Engga apa-apa," jawab ayah yang kemudian berlalu.

Alita  kembali bergumam namun masih terdengar oleh kakaknya. "Mandi atau ga mandi gaada bedanya sih," gumamnya lalu terkikik sendiri.

"Kedengeran de, kalo mau jelek-jelekin nanti pas gaada orangnya dong!" Kesal Aliya.

"Dih, siapa yang ngomongin kaka, ge-er banget," jawab Alita dengan nada menyebalkan.

Aliya menggeram, "Ini rambut masih basah de, kulit juga masih bau sabun, baju udah ganti. Masa ga keliatan abis mandi sih??!" Ia menunjukkan rambutnya yang legam sebahu, lalu menunjuk bajunya yang sudah setelan mau tidur. "Aku harus gimana sih, biar keliatan udah mandi, hah?"

Gadis itu tersenyum, agar ucapannya tak nampak seperti sedang emosi. Ia berusaha memainkan nadanya agar terkesan penuh canda. Namun kenyataannya kebalikannya.

"Skincare-an, ngurusin badan kek, apa kek. Seengganya ada perbedaan gitu loh kak abis mandi sama sebelum mandi," santai Alita yang terdengar seperti nasihat bagi Aliya.

Low Self-EsteemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang