03 • Kesabaran Di Pagi Hari

46 8 19
                                    

"Sabar, sabar, Aliya pasti sabar. Jangan rusak mood pagi hari ini dengan marah-marah. Senyumnya mana Aliya?"
~Aliya

Song: Selamat Pagi- Ran

•×•

Malam kemarin, Aliya diberikan wejangan panjang kali lebar kali tinggi. Ayah dan bunda nya mengkhawatirkan keberadaannya yang tak kunjung memberi kabar dan susah dihubungi. Seandainya ia pulang lebih lama lagi, ayahnya sudah bersiap untuk menyusul ke kampus. Ditambah adiknya ikut mengompori, Aliya kesal bukan main.

Pagi ini sarapan nasi goreng dan omelet. Keluarga Aliya sedang makan bersama di meja makan, diiringi bincang pagi cukup banyak dan makan hingga habis. Setelah selesai ,Aliya membereskan piring kotor dan segera mencucinya.

Aliya hendak bersiap-siap berangkat ke kampus, Ayah Bunda juga sedang bersiap untuk pergi kerja. Namun kembali melanjutkan wejangannya.

"Lain kali kalau ada apa-apa kabarin, jangan kaya kemarin ya," nasihat Ayah. Aliya mengangguk.

Bunda ikut angkat suara, "Kalau sekiranya kegiatan ga perlu. Pulang aja, jangan main terus."

Kalimat itu sudah ke 4 kalinya terhitung dari kemarin dan hari ini. Aliya jelas hapal hingga nadanya pun sepertinya bisa ia tiru dengan sempurna.

Dalam batinnya ia berkata, "Aku jarang main Bun, kemarin kan dukung temen-temen tanding basket. Kompetisi itu ga tiap hari juga. Aku bahkan ga sempet liat ka Arka lagi main basket." Sudut bibirnya melengkung ke bawah.

Bunda menegur, "Masih pagi jangan ngelamun."

Aliya mengangguk, "iya bun."

"Tuh dengerin, jangan iya iya aja," seorang gadis berseragam putih abu sok menasihati.

"Berisik. Mau disuapin sambel ha?" Ancam Aliya kesal.

Gadis yang berseragam itu bernama Alita, adik kandung Aliya yang terpaut jarak 2 tahun. Kini Alita meniru perkataan Aliya dengan menyebalkan, "Bisik. Miui di sipin simbil hi?"

Aliya hendak membalas tapi urung ketika bunda angkat suara. "Udah udah, jangan berantem terus. Cepet siap-siap nanti terlambat," suruh ibu yang membuat kedua gadis itu segera membubarkan diri.

Tapi sebelum melangkah Alita membisik ke telinga Aliya yang tingginya tak terlalu jauh, "jangan marah marah ka ros, nanti serupa dengan mamut. "

Aliya segera menangkap Alita tapi nihil gadis itu telah berlari kencang ke kamarnya. "Jelmaan upin ipin dasar," kesalnya dalam hati mengingat masih ada kedua orang tuanya di ruang makan itu.

Aliya menghentakkan kaki, melangkah kesal ke kamarnya. "Awas aja, dibales nanti tau rasa kau Markonah." serapahnya.

Ayah dan Bundanya menggelengkan kepala.

"Punya dua gadis serasa melihara Tom sama Jerry, ckckck," heran Bunda

"Haduh, heran juga ya." Ayah tertawa receh.

10 menit kemudian, Aliya sudah bersiap. Ia tengah memanaskan motor dan memakai helm dan menggendong tasnya. Kini ia memasang sarung tangannya.

"ALITAA, CEPETAN IH KEBURU MACETT!!" Teriak Aliya di halaman depan.

Yang dipanggil ternyata sudah ada di depan pintu, sedang mengikat tali sepatu hitamnya. "Berisik ya ka Rosalinda ini," gumam Alita yang terdengar oleh sang kakak.

"APA??" Seru Aliya.

Alita menggelengkan kepala, "Engga ka. Tadi ada cicak nyanyi balonku."

Sang kakak hanya mendengus, mengabaikan ke-random-an adiknya ini.

Low Self-EsteemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang