[S E P U L U H]

399 26 9
                                    

Jangan lupa vote dan komen:)




















































*****

Satu minggu setelah pemeriksaan itu, galang memilih pergi dari rumah, ia mencari apartemen yang dekat dengan rumah Yuri. Dan hari ini, hari rencananya.

Ia juga tidak mau keluarganya curiga akan kondisinya selama ini, lebih baik ia memendamnya sendiri. Lagi pula kalau mereka tau Galang mengidam penyakit jantung koroner, mana mungkin mereka akan khawatir, mereka pasti akan bodo amat dengan kondisinya, kecuali sang kakak. Rencananya ia akan pergi dari rumah setelah masuk ke universitas impiannya, tapi sepertinya rencananya berjalan lebih awal.

Gea, orang yang pertama tidak setuju kalau adiknya keluar dari rumah. Cowok itu telah meminta izin kepada orang tuanya, sang ibu telah mengizinkan, tapi dengan nada datar, sepertinya ia akan senang kalau anaknya pergi dari rumah ini. Sedangkan sang ayah acuh, tidak berkomentar apapun.

Ia telah menduganya dari lama kalau orang tuanya akan nampak senang.

"Galang... Jangan pergi" rengek Gea.

"Berhentilah merengek kak" ujar Galang. Ia memasukkan baju dan buku pelajaran ke dalam kardus yang akan ia bawa.

"Tinggal sendiri tidak enak Lang, apalagi kamu di apartemen"

Tekat Galang sudah bulat, ia akan menjauh dari neraka yang di sebut rumah ini.

"Aku ingin mandiri kak, dan juga aku sudah membeli apartemen itu dengan uang tabungan yang ku sisihkan dari uang jajan yang ayah beri. Tidak usah khawatir kak, aku sudah besar"

Gea dengan tidak ikhlas itupun mengizinkan. Gea tau pasti Galang merasa sakit ketika orang tua mereka terus menerus membandingkan dia dan sang adik.

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik. Aku pasti akan mampir ke apartemen mu" ujar Gea.

"Iya kak, terima kasih"

"Kakak sangat menyayangimu Lang"

Galang terkekeh geli saat melihat wajah memelas kakaknya. "Apaasih kak geli tau, iya Galang juga sayang kakak"

















*Kamu dan kenangan*

















"Apartemen ini mewah sekali" gumam Yuri.

Galang meminta tolong pada Yuri untuk membantunya membereskan barang-barang.

"Orang kaya beda banget ya" lagi-lagi ia bergumam.

Galang berdecak. Ia bukan orang kaya, hanya ayahnya saja.

"Eh pendek! Kamu ke sini untuk membantuku, bukan malah mengangumi apartemen ini. Cepat bantu aku bereskan buku itu" kesal Galang sambil menunjukkan kardus berisi buku sekolahnya.

Yuri mendengus, dengan kesal ia pun menuruti perkataan Galang. Tanpa Yuri tau Galang tersenyum melihat tingkahnya.

Gadis itu membuka kardus tersebut, barang yang pertama ia lihat adalah pigura kecil dengan berisi foto keluarga. Di belakang ada suami-istri sedang tersenyum manis, di depan mereka ada anak cewek dan cowok yang Yuri yakin cowok itu adalah Galang.

Foto Galang masih berumur sekitar 6 tahun terlihat sama dengan Galang yang sekarang. Tetap tampan dan manis saat tersenyum, apalagi matanya yang tajam itu.

"Sayang, liat apaansih" kata Galang saat melihat Yuri berdiam sambil memegang sesuatu.

Yuri tersenyum. "Kamu memiliki kakak?" tanya Yuri.

"Iya" jawabg singkat Galang.

"Pasti sangat cantik" gumam Yuri.

"Kamu lebih cantik" Yuri tersenyum malu, sedangkan Galang ia tersenyum tipis sambil merapikan bajunya.

"Ayahmu kerja apa?"

Galang mendengus, tanpa menoleh ke Yuri ia menjawab. "Pemilik cafe. Dan ibu bekerja di airport"

"Kakak kamu?"

"Mahasiswa universitas jurusan Kedokteran"

Yuri bedecak kagum. Pantas saja Galang membeli apartemen mewah ini.

"Aku menjelaskan ini bukan secara gratis ya, harus ada balasannya"

Yuri bedecak kesal, ia tau yang di maksud Galang.

"Ibu hanya berkerja di rumah makan dan aku anak tunggal"

"Ayahmu?"

Yuri terdiam. Merasa tak ada jawaban, Galang menoleh ke gadis itu, ia melihat Yuri yang terdiam dengan wajah binggung.

"Ayah.... Dia dulu pilot, tapi saat itu kecelakaan pesawat saat aku masih umur 14 tahun, dan ayah.... Meninggal. Ibu cukup terpuruk atas apa yang menimpa kami, tapi lama-lama ibu merelakan ayah"

Galang merasa tidak enak hati saat Yuri bercerita sambil menatap lantai dengan tatapan kosong.

Lalu ia berjalan ke gadis itu dan memeluknya.

"Maaf menanyakan itu, aku berdoa semoga ia tenang di alam sana"

Yuri membalas pelukan dan mengangguk. "Tidak apa-apa. Oh iya, kamu sudah makan?"

"Belum"

"Baiklah, ayo makan. Tadi ibu memasak makanan kesukaan mu" Yuri melepaskan pelukannya dan mengambil tas yang ia bawa.

"Wahh, benarkah?" Yuri mengangguk dan membuka bekal.

"Ini, aku buatkan cumi asam manis untuk mu. Ayo buka mulutmu" Yuri menyodorkan sendok ke Galang dan langsung di lahap oleh cowok itu.

"Apa enak?"

"Bisa saja"

Yuri memukul lengan Galang. "Ck, kamu ini bisa tidak berbohong untuk membuat mood orang senang!"

Galang tertawa. Ia senang saat menggoda gadis di depannya ini, dan ia juga terhibur dengan kecemberutan yang di lakukan Yuri.

Lagi-lagi Yuri mendengus kesal saat mendengar tawa Galang.





















































"Aku mencintaimu"

















































Deg

Sungguh jantungnya berdetak kencang saat Galang mengatakan itu.

"Aku hanya mengatakan itu, tapi kenapa..... Wajahmu memerah. Bagaimana nanti aku menciummu ya?"

"GALANG!! SIALAN LU!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kamu dan Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang