Sungguh Cinta

4 1 1
                                    

  "Kamu nggak peduli perasaanku ya?"
tanya seorang cewek, tangannya sibuk melilit perban pada lengan seorang cowok sepantarannya.
Laki-laki itu meringis,mengacak-
ngacak rambutnya yang tipis di bagian samping kanan dan kiri,namun malah panjang dan lebat di bagian tengah,model rambut yang aneh dan tidak efisien, tapi malah terlihat keren untuk beberapa cewek do sekolahnya,termasuk cewek yang tengah mengobatinya.

  "Ya... maaf,kamu kan' tau sendiri kenapa aku  ngelakuin ini?"jawab cowok itu,sembari mengibaskan sedikit poni yang menutupi sudut matanya.Entah kenapa,meski gaya rambut itu jelas-jelas menganggunya,
Namun cowok itu tetap saja ngotot dengan model rambut yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah.Meskipun dia harus beberapa kali mengasah kemampuan 'petak umpetnya' guna menghindari 'tukang pangkas rambut dadakan' di sekolahnya.

  Cewek yang tengah mengobatinya melotot,dengan sengaja ia tekan kuat bekas luka yang kini telah terbalut perban,membuat cowok itu refleks mengasuh."maksudmu, alasannya kamu tawuran sampai tangan kamu dibacok pakai parang cuman buat perjuangin pacar teman kamu yang diambil sama murid sekolah lain, BEGITU?!"cecar cewek itu berang,ia bahkan tak sekalipun mengendurkan cengkeramannya.

  Cowok itu mulai mengerang "iya iya,sorry,, nggak bakal aku ulangi.Lagipula aku kan' harus memenuhi asas-asa pertamanan gitu"

  Hati cewek itu mulai luluh, cengkeramannya mengendur.Tangannya kemudian sibuk mengobati lebam di wajah cowok itu dengan menggunakan sapu tangan yang basah juga hangat, seketika cowok itu meringis.

  "Perih?"tanya cewek itu cemas.

  Cowok itu menggeleng "nggak" dan denga lembut cowok itu mengulas senyumnya "karena ada kamu".

  Cewek itu seketika berhenti bernapas.Ya ampun!, tubuhnya terasa panas seluruhnya,padahal itu hanya kata-kata sederhana yang siapapun bisa mengucapkannya.Tapi bagi cewek ini,kata cowok itu lebih berharga dari apapun.

  "Ngomong-ngomong ortu-mu  di mana?,tiap kali aku dateng kok nggak keliatan?"tanya cowok itu tiba-tiba.

  Pertanyaan sederhana cowok itu langsung merubah hati berbunga-bunga cewek di hadapannya berubah menjadi mendung dan gelap.

  "Nggak tau dan nggak mau tau!,mereka sibuk entah kemana dan ngapain juga aku nggak peduli.Dan juga,kamu jangan pernah nanya-nanya tentang itu lagi,itu sensitif buatku"jawab cewek itu ketus.

  Raut kaget muncul di wajah cowok itu, sepertinya dia tak menyangka bahwa reaksi 'pacarnya' akan seperti itu,tapi dengan cepat dia kembali tersenyum."kalo gitu,kamu nggak perlu mikirin mereka,kamu ceritain masalahmu sama aku,moga-moga aku bisa bantu,jadi jangan marah dong..."
hibur cowok itu.

  Urat-urat leher yang sepertinya hendak meledak dari cewek itu berangsur hilang.Ah,denga senyum 'pacarnya' saja,sudah cukup merubah perasaannya yang mendung lenyap bersamaan munculnya sinar matahari di hatinya.

  "Oh ya,kamu bisa bikinin aku surat izin nggak?,soalnya kalau aku ke sekolah dengan tangan kayak gini,aku bisa ketahuan sama guru BK"pinta cowok itu tiba-tiba, sepertinya dia baru memikirkan akibat dari perbuatannya.

  Cewek itu seketika membisu,otaknya mulai berpikir keras dan sebuah ide gila muncul di benaknya.

  Tanpa disangka siapapun,cewek itu mengambil gunting pemotong perban, dan dengan cepat,ia mengiris kulit lengannya sendiri,hingga ke daging di dalamnya, tentu saja darah mengalir berceceran.

TALUKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang