Telah Pulang.

0 0 0
                                    

Ibuk,bagaimana kabarmu?.

  Ibuk,aku sudah pulang,kini diri duduk bersimpuh di depan ibuk,tak tahan hati ini menahan rindu di perantauan.

  Ibuk,ini teman-temanku.Mereka senang bertemu dengan ibuk.Temanku yang perempuan cantik dan mirip dengan ibuk,yang laki-laki kuat badanya seperti bapak.Ah,mereka ingin buk menjamu dan bercerita tentang pengalaman ibuk saat muda.Namun sayangnya,waktu dan keadaan ibuk tidak memungkinkan sekarang.

  Ibuk,sekolahku di perantauan baik.Aku tinggal di kos bersama teman-temanku,mereka bermacam-macam perangainya,baik yang terpuji maupun tercela.

Ah,ada apa buk?

  Oh,tanganku ini,kenapa dibebat perban?.

  Ah,ibuk jangan panik!,aku baik-baik saja.Tapi ibuk jangan marah,dengarkanlah aku dengan sabar.

  Ibuk,teman-temanku punya permainan yang seru,aku tak tahu sampai aku mulai mengasah cerulit.Tapi saat aku berdiri bagai prajurit,aku tahu bahwa ini adalah ‘permainan’ perkelahian antar anak sekolahan.

  Ibuk,tentu saja aku menolaknya,aku masih sayang nyawaku.Tapi ibuk,mereka mempertanyakan solidaritasku.Mereka membujukku untuk ikut permainan ini atas dasar mmpertahankan nama baik sekolah,tidak ada yang tidak terhasut atas argumen itu.

  Ibuk,awalnya tujuanku hanya untuk itu,memperbaiki nama anak sekolah kita di depan anak tak tahu diri itu.Namun ibuk,permainan ini memiliki sensasi tak terlupakan.Saat teriakan mnyebar di udara,suara tinju, sepak berirama,dan cerulit melenting dengan tangkas.Aku seperti ksatria hebat ketika menyepak tubuh orang yang menjadi korban.

  Lalu ibuk ingat?,saat hari itu,ibuk dipanggil ke ruangan bimbingan kesiswaan.Ibuk tiba-tiba seperti hamba atau budak ketika memohan maaf atas kesalahanku.Tapi ibuk,aku malu dengan teman-temanku,mereka tertawakan aku sebagai anak pengadu,tentu diri ini tak terima.

  Aku marah pada ibuk.Tangan ini menempeleng,kaki ini menginjak,tak ada yang menahan,bahkan bapak telah tiada dahulu,jadi semua murka terlampiaskan saat itu.

  Ibuk,aku tak lihat ceceran air mata,aku tak tahu siapa yang baru saja kumurkai,dan aku bahkan tak sadar statusku.Kini,setelah hari itu,tak ada yang sesuatupun dapat kubawa untuk menebusnya,selain permintaan maaf padamu ibuk.

  Ibuk,atas nama solidaritas yang mengekangku di perantauan,tak ada yan terbawa pulang dari diriku selain permintaan tambahan uang,Ibuk,aku bahkan tak pernah mengucapkan kata rindu padamu sedikitpun. Bahkan,tak sepintas pun terlewat keinginan untuk melihat rupamu saat itu.

  Ibuk,setelah pulang,aku sangat merindukanmu.Kini,semua meruah di atas genggaman bunga kesukaanmu.Andai penciuman ibuk tajam,maka bunga ini sangatlah harum.

  Ibuk,maaf berhenti sebentar,aku perlu mengusap air mataku.

  Ibuk,ada kejanggalan di hatiku yang menyiksa,sesuatu yang melenceng dari mulut ibuk yang biasanya jujur.

  Ibuk,mengapa ibuk sembunyikan sakit ibuk?.

Stadium satu.

  Mengapa ibuk tak kirim surat pemberitahuan sakit ibuk padaku?.

  Apakah ini disebabkan oleh aku yang membiakan terbengkalai  kasih sayang ibuk?.

Stadium dua.

  Ibuk kan,bisa meneloponku berulang-ulang?.

  Apakah terhambat oleh panggilan masa mudaku?.

Stadium tiga.
 
  Bagaimana kalau ibuk kemari?,melihatku dan memperingatkanku.

  Apakah karena anakmu tak peduli dimana keberadaan dirimu?.

Stadium empat.

  Ibuk,apa yang ibuk perbuat?.Ibuk ampun!.Anakmu khilah.Mohon berpalinglah!.
 
  Ibuk jahat sekali!,ibuk tolong kembalilah seperti dahulu.

  Ibuk tolong hentikan!,berdirilah dan lihatlah anakmu.

Ibuk aku di sini.
Ibuk,aku tersungkur.
Ibuk,aku telah pulang.
Kembali ke pusaramu.

TAMAT.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TALUKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang