Teror di sekolah

4 1 0
                                    

Kebingungan

Keringat menetes.
Wajah memucat.
Dan bisik-bisik mengambang.
  Aku di sana,di tengah kumpulan orang yang suaranya berdengung membicarakan suatu hal,yakni “pagar sekolah kami”
  Tidak ada topik apapun yang dibicarakan selain pagar sekolah.Sekumpulan murid berkerumun mengelilingi salah satu sudut pagar sekolah.Sambil menahan ngeri dan jijik,pandangan mereka semua tertuju pada seekor makhluk malang di sana.
  Seekor kucing menggantung tak bernyawa,lehernya nyaris putus tertancap pada ujung pagar sekolah yang runcing.
………………………………………………………
  Suasana di kelas juga tak jauh beda,meski sudah dibubarkan oleh satpam sekolah untuk segera memasuki kelas masing-masing,tetap saja hawa dan desas-desus masih bergelayut di kelas kami.
“kasihan sekali kucingnya”
“siapa sih yang tega ngelakuin kayak gitu”
“mungkin salah satu murid di sini”
Dasar orangnggak punya hati”
“mungkin aja kucingnya kepeleset terus jatuh ke ujung pagar”
“mana mungkin,kucing yang lincah kayak gitu kok bisa salah”
“kayaknya pelaku mau ngasih peringatan ke sekolah kita”
  Aku menunduk,sebagai pecinta kucing,tentu saja mendengar rumao-rumor seperti itu membuat rasa marahku kian memuncak.Seseorang yang benci kucingpun bahkan tak sampai hati melakukan perbuatan seperti itu,perbuatannya bahkan sudah melanggar undang-undang,benar-benar tidak bisa dimaafkan.
“menurutmu siapa pelakunya?”
  Aku menoleh,Mira teman sebangkuku bertanya sambil melihat pemandang dari jendela kelas “menurutku pelakunya murid di sekolah ini”lanjut Mira.
“entahlah”aku mengangkat bahu “walau bukan murid sekolah ini,tetap saja kelakuannya udah keterlaluan”
  Mata mira menyipit “Aku mendengar perkataan pak satpam dengan kepala sekolah kita waktu pura-pura izin ke toilet”ujar Mira.  “katanya,sebelum leher kucing itu ditusuk ke ujung pagar,tubuh kucing itu diiris menggunakan pisau dan itu berulang kali,makanya tubuh kucing itu penuh darah”jelasnya
  Aku menatap wajah Mira,wajah yang biasanya hangat sekarang berubah menjadi benar-benar dingin,dia terus berbicara denganku tanpa menatap wajahku,bahkan melirik pun tidak.
Beda dari yang biasanya.
Bel memulai pelajaran pun berbunyi,mengakhiri pembicaraan kami.
……………………………………………………….
“Arrghhh,sial!”aku mendengus.
  Saat membereskan buku pelajaran,aku baru sadar bahwa hasil penelitianku tentang cacing tanah belum selesai,sudah setengah jam kamarku kuobrak-abrik,tapi belum juga kutemukan kertas penelitianku,ditambah lagi pengumpulan tugas itu besok,dan akhirnya aku hanya bisa menahan kesal saat ingat kertas itu tertinggal di laci meja kelasku.
“Atau aku ambil sekarang aja ya”
  Ide gila itu tiba-tiba terlintas dipikiranku,pasalnya sekarang sudah jam 10 malam,dan hanya maling dan hantu yang nekat berkeliaran jam segini.
  “Yah, mau bagaimana lagi” aku menggumam sambil mengenakan jaket dan menyandang taskecil.”Lebih baik berhadapan dengan maling dan hantu daripada ngehadapin nilai F dan guru biologi yang kayak komandah tentara” desahku.
  Tanpa sepengetahuan orang tuaku,aku mengendap-ngendap keluar rumah,untunglah rumahku disamping  sekolah,tentu saja dalam jarak 5 meter,batang hidungku sudah keliatan oleh satpam sekolah.
  “Heh bocah sini!” panggil pak satpam.
  Aku mendengus,enak saja pak satpam memanggil anak SMA dengan panggilan 'bocah'
“Ngapain kesini malem-malem?”
“Ngambil tugas biologi,ketinggalan di laci meja”
“kenapa nggak besok aja?
“nggak bisa! Tugasnya belum selesai,nanti kena semprot sama buk Sera”
“Ya ampun!,masih kecil kok nekat? ya sudah, kita ambil,tapi bapak temenin ya”
  Aku mengangguk,untunglah pak satpam mengizinkan,sepertinya belum ada satupun murid yang pernah mau masuk sekolah malam-malam,makanya pak satpam setuju.Yah,lebih baik begini daripada aku terpaksa memanjat pagar sekolah kayak maling.
  Bertemankan senter,aku berjalan melewati lorong sekolah,suasananya benar-benar sunyi,hiruk-pikuk sekolah saat siang hari sama sekali tak berbekas pada saat malam,bulan yang menggantung terlihat seperti pembukaan film horor,dan suara daun yang bergesekan terdengar jelas hingga telinga terdalam.
“Kita sudah sampai” pak satpam membuyarkan lamunanku,”kelas XI-B kan?”
  Aku mengangguk,tanpa basa-basi aku melest memasuki kelas dan memeriksa laci mejaku,untunglah dugaanku tepat,kertas penelitianku memang ada disana.
“Suudah ketemu?,kalau begitu,ayo cepat balik,sebelum…”
BLAARR!!!
  Wajah pak satpam terlihat waspada,seketika pandangannya tertuju pada gerbang sekolah,bola mataku membesar,kini mataku yang sebelumnya gelap karena pekatnya malam,kini diwarnai oleh kobaran jingga yang menyilaukan.
Pos satpam telah dibakat oleh seseorang.
  “Cepat nak!,kita harus kesana,seluruh sekolah bisa terbakar”
  Aku mengangguk cepat,menepis segala kekhawatiran.Tanpa menghiraukan apapun,aku mengikuti pak satpam dari belakang.
  Nafasku memburu,meski aku sudah berlari sekuat tenaga,tetap saja aku masih belem bisa menyaingi pak satpam yang langkahnya panjang-panjang,akhirnya aku tertinggal jauh dari beliau,dan…
Eh?
Apa itu?
Apa aku salah liat?
Atau perasaanku saja?
  Ayunan kakiku terhenti,pak satpam yang sepertinya sangat cemas bahkan sudah jauh meninggalkanku,tapi bukan itu masalahnya.
Di kelas yang baru kulalui,aku melihat seseorang di dalamnya.
……………………………………………………...
  Aku menahan nafas.Ya!,aku tak salah lihat,memang tadi ada orang di sana.
  Pos satpam yang terbakar sama sekali hilang dari tujuanku,pelan-pelan,aku kembali ke kelas itu.Aku mengintip dari jendela kelas dan mendapati bahwa orang itu sudah tak ada.
  Di samping kelas itu,ada tangga yang menuju lantai atas,kelas itu hanya punya satu sisi bagian yang memiliki jendela,jendela yang tadi kugunakan untuk melihat ke dalam kelas,berarti jika orang itu kabur,maka hanya ada satu jalan orang itu bisa melarikan diri tanpa terlihat olehku.
Melewati tangga menuju lantai atas.
  Aku mengumpulkan nyali,membuka aplikasi kamera di ponselku.Ada dua hal yang membuat seseorang datang kesini.Pertama,orang itu hanyalah maling yang ingin mencuri lampu bohlam atau barang siswa yang mungkin tertinggal di kelas.Dan yang kedua,orang itu adalah orang yang membakar pos satpam,dan melihat situasinya,satu-satunya kemungkinan adalah yang kedua.
  Pegangan tangga yang dingin menjalar hingga seluruh tubuh.Antara berani dan takut aku terus menuju lantai atas.Tangga sekolah kemudian berbelok menuju lantai berikutnya,dan di sanalh aku melihatnya.
  Tiga ekor burung hantu yang sayapnya dipaku ke dinding depan belokan tangga.
  Nafasku naik turun,meski hanya hewan,tetap saja itu membuatku menggigil setengah mati.Burung hantu itu tampak masih hidup,beberapa bahkan ada yang masih menggelepar,darah pelan-pelan menutup permukaan dinding dan aromanya mulai menusuk hidung.
  Apakah itu saja yang kulihat malam ini?
Tidak!
   Malam itu,diterangi cahaya bulan dari lubang ventilasi,aku melihat seseorang di depan tiga ekor burung hantu.
Nara,teman sekelasku.
……………………………………………………….
“Jadi bisa bapak ceritakan kronologi kejadiannya?”
  Pak satpam menarik nafas “Jadi kira-kira jam sepuluhan,saya pergi sebentar ke toilet,waktu saya balik,eh tau-taunya pos satpam udah terbakar”
  Seseorang dari kepolisian terlihat menulis “Apa bapak melihat seseorang?” tanyanya lanjut.
  Pak satpam menggeleng,dia memang tidak melihat siapapun.
  “Lalu kenapa anak ini bisa ada di tempat kejadian?,bahkan dia datng lebih cepat datangnya warga” petugas polisi itu melihatku dengan tajam.
  Aku menunduk,memilin ujung lengan jaketku,sekarang sudah jam setengah tujuh pagi,beberapa temanku mungkin sudah berangkat ke sekolah.Tapi sekarang aku bersama pak satpam di bawa ke kantor polisi,walaupun kami saksi mata,tetap saja aku merasa seperti pesakitan,ditambah lagi pak satpam memberikan keterangan yang berbeda agar aku (dan tentu saja pak satpam itu sendiri) terhindar dari amukan pihak sekolah.
  “bocah ini rumahnya di samping sekolah.jadi waktu api tiba-tiba muncul,dia langsung keluar rumah, terus membantu saya padamin api,sayangnya bocah ini juga nggak ngeliat siapa-siapa”jawab pak satpam.
  Aku mengembuskan nafas lega,meski pak satpam memberikan keterangan berbeda,tapi untung saja tak melenceng jauh dari kondisi kami saat itu.Tapi,tetap saja aku kesal dipanggil bocah.
………………………………………………………
  "Kenapa kamu nggak masuk sekolah kemarin?”
  Aku sedikit mendongak.Andi ,ketua kelasku yang tinggi menatapku penuh tanya.
  “Polisi minta keterangan saksi mata tentang kebakaran kemari malam,soalnya aku datang ke sekolah kecepetan di banding warga yang lain”jawabku “tenang aja,surat izinnya udah dikasih ke wali kelas sama ibuku kok” lanjutku sambil melangkah memasuki kelas.
  “Aku bukan mau nanya tentang itu aja” Andi terlihat ingin menghadangku masuk kelas,wajahnya serius.
Aku mengangkat sebelah alis “Terus?”
  “Kamu datang ke sekolah malem-malem kan?,,kamu tau sesuatu tentang bangkai burung hantu?”suara Andi memelan.
  Aku meneguk ludah.Ya!,polisi juga bertanya tentang itu,ditambah lagi teman sekelasku yang mendengar kata tiga bangkai burung hantu segera mengerubungiku seperti semut dan gula.
  Aku menatap wajah Andi yang serius,wajah Mira yang tetap dingin,wajah teman-teman yang penuh tanya,dan wajah Nara yang menatapku tajam dari bangkunya.
  “Mana mungkin aku tahu,udah kubilang kan,aku keluar rumah terus bantuin madamin api,man sempat aku masuk sekolah terus ngeliat siapa pelakunya”
  Aku menatap wajah semua orang dengan tenag,walau punggungku basah oleh keringat dan ranselku terasa berat dari yang biasanya,aku tetap berusaha membpertahankan wajah senormal mungkin.
  Kening Andi berkerut,kelihatannya dia tidak puas dengan jawabanku,tapi diaterlihat  tidak ingin bertanya-tanya lagi.
  “Ya sudah!,maaf udah bikin kamu tertekan,semuanya tolong bubar ya!”Andi membalas sambil membubarkan kerumunan.
Ya!aku memang tidak bilang siapapun tentang Nara.
……………………………………………………….

TALUKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang