Teror di Sekolah (Bagian 4)

0 0 0
                                    

Orang Baik

   "Terima kasih Lara,berkatmu Mira menceritakan seluruh perbuatannya,sehingga itu cukup sebagai bukti di pengadilan nanti".Nara berjongkok di dekatku,tangannya bergerak gesit membuka ikatan tali.Di sakunya terlihat sebuah alat perekam suara.

  “Namun sayangnya,cerita itu juga sebagai bukti atas apa yang telah kau lakukan terhadap sekolah kita”.Nara bangkit setelah ikatan di tanganku terlepas,wajahnya terlihat kecewa dan sendu.

  Meski tanganku bebas,aku tak sanggup berdiri,bahkan menatap wajah penolongku pun tidak berani.Aku menunduk,menatap nanar lantai sembari menekuri apa yang sudah terjadi malam ini.

  Melihatku yang membisu,Nara tetap berbicara.”Aku menelepon polisi setelah melihatmu di seret Mira di belakang rumahku.Untunglah gudang tempat mengurungmu tertutup belukar,sehingga aku dan polisi bisa bersembunyi tanpa membuat Mira mengetahui kehadiran kami”.

  Aku tetap tak mengucapkan sepatah kata pun.Nara melanjutkan kisahnya meski tidak kuminta.”Setelah bangkai kucing di sekolah kita,aku menjadi penasaran dan mencoba menyelidiki malam esoknya di sekolah.Berharap pelaku itu muncul dan aku bisa membuntutinya,tak kusangka bahwa penjahatnya adalah kamu”.Nara menghembuskan nafas sedih.

  “Setelah memaku sayap tiga ekor burung hantu,kamu kembali ke rumah.Aku tetap tinggal di sekolah lebih lama untuk mengambil beberapa foto dan agar tidak berpapasan denganmu.Tapi,hanya dalam waktu satu jam,kulihat kau kembali lagi ke sekolah.Namun,sikapmu sangat berbeda,kamu tidak lagi terlihat seperti gadis yang mengerikan, bahkan kamu akrab berbicara dengan Pak Satpam.Seolah kamu tak tahu apa-apa”.Nara berhenti sejenak.Dari gaya bicaranya,aku tahu betapa kaget dan herannya dia pada saat itu.Nara melanjutkan.

  “Meski begitu,aku tak mau lengah,kamu bisa saja mencelakakan Pak Satpam.Jadi, tanpa sepengatahuan kalian,aku membakar pos satpam dan bersembunyi di dalam kelas agar tidak ketahuan oleh warga sekitar.Aku beharap orang-orang datang dan membuat niatmu untuk melukai Pak satpam tertunda.Tapi tak kusangka,kamu justru melihatku di depan tiga ekor burung hantu,dan aku yakin kau mengira aku pelakunya”.Nara berhenti lagi,dia mendapati wajahku yan sedikit kaget karna tak kusangka Nara mengetahui keberadaanku waktu itu.

  “Aku hendak melaporkanmu,tapi aku merasa ragu melihatmu yang seperti dua orang yan berbeda.Aku tak berani bertanya langsung padamu,takut kau akan mencelakaiku.Sampai ketika aku melihatmu diculik Mira,aku tahu sudah saatnya aku bertindak”.

  Nara mengakhiri kisahnya.Meski semua hal sudah jelas,aku yakin otak Nara masih berpikir akan situasi sulit yang dihadapinya.Gadis itu mengulurkan tangannya.”Kamu bisa berdiri?atau perlu ditandu?”.

  Aku menyambut uluran tangan Nara,menunjukkan bahwa aku tidak perlu ditandu.Dibantu Nara yang memapahku,kami berdua keluar dari gudang.

  “Lara tidak salah apa-apa!,semua yang dilakukannya hanya untuk mengurangi rasa sakitnya,bukankah menyebarkan rasa sakit dan ketakutan ke orang lain membuat kita merasa lebih baik!”.Teriak seseorang.

  Aku menoleh ke asal suara,mataku tak kuasa melihat Mira diseret paksa ke dalam mobil polisi.Dia berteriak-teriak membelaku,dan ia terpaksa menjadi tahanan akibat perbuatanku.

  Apapun yang telah di lakukannya,bukankah itu semua demi diriku?.

  Tanpa sadar,Nara melepaskan pegangannya dariku,dan dengan cepat dia meninju wajah Mira,sehingga gadis itu tidak bisa bisa berteriak-teriak lagi.

Aku menahan nafas.Berani sekali dia!.

  “Memangnya menyakiti orang lain bisa membuat rasa sakitmu hilang HAH!.Menyakiti makhluk lain hanya akan membuatmu semakin brutal.Jika kau temannya,kau harusnya sadar itu!.”.Tuntut Nara.Nafasnya memburu,ia tak peduli polisi yang mungkin saja juga akan menahannya karena main hakim sendiri terhadap pelaku.

  “Tapi,jika kamu meman sayang padanya,kamu sehausnya memeluknyamembuatnya merasa nyaman,dan mendengarkan seluruh masalanya.Menurutku,justru itu lebih baik dan berarti bagi Lara”.Kata-kata terakhir Nara terdengar melembut.

  Air mataku menetes.Yang dikatakan Nara benar.Rasa akit dan dendam yang diiringi dengan menyakiti  atau melampiaskan kepaa orang lain hanya akn membuatmu semakin tersiksa.Sebaliknya,jika sebuah kemarahan dihadapi dengan lembut dan cinta,maka hal itu akan berubah menjadi sebuah kasih sayang dan ikatan yang lebih kuat.

  Dalam pandanganku yang berkaca-kaca,kulihat Mira.Gadis itu tidak membalas dia menutup matanya,sebulir air mata mengalir di pipinya.Dia akhirnya membiarkan dirinya masuk mobil polisi.
  Pintu mobil pun tertutup,sirene di hidupkan dan mobil itu melesat meninggalkan gudang.

Membawa pergi teman terbaikku.
……………………………………………………….
  “Mungkin selanjutnya akan sulit,tapi kamu harus berjuang!”.Nara berkata optimis sembari mengantarku menuju ambulans.

  Aku menatap wajahnya yang penuh keyakinan.”Entahlah,aku tak yakin ada orang yang menerimaku setelah semua yang kulakukan pada sekolah kita”.Suaraku tercekat.

  “Tentu saja ada!,menurutmu untuk apa aku di sini dan ikut menolongmu?”.Nara tersenyum tulus.

  Aku menatap Nara tak percaya.”Kau tidak takut padaku?,aku bisa saja membunuhmu karena ayahmu telah membuat bapakku terbunuh,apa kau yakin?”.

  Pandangan  Nara terlihat menerawang jauh.”Ada tiga hal yang membuat rasa takutku hilang.Pertama,aku harus menebus segala kesalahan ayahku padamu,karena dia yang membuatmu menjadi yatim.Kedua,karena kita sama-sama tak memiliki ayah,aku tahu banyak tentang perasaanmu.Dan yan terakhir…”Ucapan Nara terputusdia menatapku dengan lembut.

Aku penasaran “Apa yang ketiga?”.

  Nara menyibak sedikit rambutku yang menutupi wajah,membuatku besa melihat lebih jelas wajahnya yang murni dan jujur.”Karena kau orang baik”.

Eh?

  “Kau tidak langsung melaporkanku ke poisi meski melihatku di depan tiga ekor burung hantu,bahkan kau bersikukuh ingin menemui dan menyadarkanku meski kau tahu ibumu melarang bertemu denganku.Dengan segala hal yang telah kau lakukan,bagaimana bisa aku takut padamu?.

  Aku ternganga tidak percaya “Tapi hal itu tidak bisa di jadikan jaminan.Ketika aku berada di kepribadian asliku,aku tidak inat peristiwa kematian bapak.Bagaiman jika kepribadian  lainku muncul dan mencoba membalas dendam.

  Nara kembali tersenyum.”Kenapa kamu harus menyankal perkataanku,apa kamu tidak mau kita berteman?”.Peranyaan Nara seketika membuatku terdiam.

  “Mungkin kamu akan diadili dengan tuntutan menyebarkan ketakutan dan menyakiti hewan.Tapi aku yakin tuntutanmu bisa diperingan mengingat penyakit mentalmu sekarang.Tenang saja,aku akan menjadi saksi di pengadilan nanti “.Nara menghiburku sembari melepas tanganku karena kami telah sampai di ambulans.

  Setelah beberapa lama,aku akhirnya mengulas senyum.”Apakah kita sekarang berteman?”.

  Nara mengangguk dengan tulus.Anggukan yang membuatku yakin,meski beberapa waktu kemudian yang kuhadapi akan sangat sulit,tapi setidaknya aku mempunyai teman yang membimbingku untuk melihat masa depan dengan lebih indah.

Dan pintu ambulans pun tertutup.
Menutup kengerian malam itu.
Menutup seluruh rasa dendam.
Menutup segala tanda tanya.
Dan menutup teror di sekolah kami.

TAMAT.

TALUKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang