Bagian 1 : Kabar Buruk

14 3 0
                                    


Aku menatap sendu senja yang akan mulai pamit dari hadapan ku.Entah mengapa rasanya aku begitu cemas sore ini.Hufft,mungkin hanya karena aku begitu gugup di acara yang sakral itu pikir ku.Ku tepiskan jauh-jauh pikiran burukku,lalu ku tatap kekasihku yang kini duduk disampingku.

Ya, Aditya Erdiwinata adalah kekasihku dan akan menjadi suami sah ku besok.Tatapannya terlihat sayu namun terlihat teduh.Kami telah menjadi sepasang kekasih sejak masa kuliah dulu.Aku terus tersenyum mengingat awal pertemuan kami dulu.Alangkah bahagianya aku saat itu ketika dia menyatakan perasaannya padaku.
Dia mengelus pangkal rambutku dan membuatku tersadar dari lamunanku.

“Kenapa terus tersenyum? ” tanyanya penasaran.

“Aku cuma gak nyangka aja kalau kita akan menjadi suami istri besok.” Jawabku dengan tersenyum bahagia.

“Ra,kalau aku besok gak hadir dipernikahan kita.Kamu gak boleh sedih ya!” Ucapnya dengan menatapku lekat.

Untuk sesaat aku terdiam. Mungkin perkataan Adit hanyalah gurauan semata nya untukku. "Kok kamu ngomong gitu sih dit? Yang ada aku bakalan marah dan akan melabrak rumah kamu.” Ucapku dengan nada tertawa namun terdengar bergetar.

Dia hanya memelukku dan mencium puncak kepalaku.Kami pun menghabiskan sore itu dengan menatap senja yang merona.

***

Hari bahagia ku dan Adit pun tiba.Ku lihat semua orang sibuk dengan urusan nya masing-masing,ada yang menata makanan,menata bunga hingga menata kursi-kursi tamu.
Setelah wajahku diberi polesan make up oleh Kak Yanti,akupun segera berdiri dan melihat diriku yang dibalut gaun pengantin dari pantulan cermin.Aku sedikit gugup yang disertai rasa cemas tak menentu,berharap semuanya akan baik-baik saja.

Saat hendak mengambil handphone ku yang tertera tak jauh dari meja rias,Ayah datang menghampiriku dan memberikan pelukan seolah tak mau kehilangan putri semata wayangnya.

“Putri Ayah cantik pakai gaun ini”.Ucap Ayah melepaskan pelukannya.

“Putri Ayah memang cantik”.Balasku pada Ayah dengan sedikit tertawa.

“Kamu cantik seperti Ibu mu.Jika Ibumu disini,dia pasti bangga melihat putrinya yang tumbuh dengan ceria.Ayah harap kamu selalu bahagia ya Ra! ”

“Ayahhhh....”Ucapku terharu dan kembali memeluk Ayah.

“Ya sudah jangan nangis lagi nanti cantik nya hilang.Kita turun ke bawah yuk ,acara ijab qabulnya akan segera dimulai.”

Ku seka air mata yang mengalir dipipiku,aku tak mau jika polesan make up ku luntur hanya karena menangis.Aku dan Ayah pun mulai menuruni anak tangga.

Hampir lebih dari satu jam aku dan Ayah menunggu kedatangan keluarganya Adit.Kulihat para tamu undangan mulai resah.Pak KUA juga tak henti-hentinya bertanya pada Ayah.Aku mulai kebingungan,rasa cemas pun kembali hadir menguasai pikiran dan hati ku.Kemanakah Adit??Apa yang terjadi padanya?? Pikir ku.

Tak berapa lama kemudian,mobil bernuansa hitam berhenti tepat di depan rumahku.Ya aku kenal mobil itu,mobil itu adalah mobilnya Kak Andri,kakaknya Adit.Setelah keluar dari mobil,ku lihat dia berlari kearah ku.Dengan rasa yang masih berkecamuk di hati, segera ku beri pertanyaan ke Kak Andri.

“Adit dimana kak? Kenapa cuma kakak sendiri yang datang? ” Ucapku tak karuan.

“Maaf Ayra,Aaa...dit mengalami kecelakaan tadi malam dan dia tidak bisa di selamatkan.” Ucap Kak Andri dengan tegas namun cara bicaranya masih terdengar bergetar.

Bagai sambaran petir bagiku,mendengar kabar buruk yang terjadi dihari pernikahanku.Seketika aku syok,lututku terasa lemas,nafasku begitu sesak seperti tak ada oksigen yang akan di hirup.Dan seketika aku pingsan tak sadarkan diri.
Sedih? marah? kecewa? tentu saja.Semuanya tercampur aduk,tak mampu ku utarakan perasaan ku saat ini.Bagaimana tidak, ditinggalkan seorang kekasih di hari pernikahan untuk selama-lamanya.Aku yakin,kalian yang membaca kisah ku ini juga akan merasa hancur kehilangan seseorang yang sangat berarti bagi kalian.

Aku mulai sadarkan diri setelah lebih dari dua jam pingsan.Perlahan ku buka mata ku dan menyadari aku sedang terbaring lemas di tempat tidur ku dan masih dengan pakaian yang sama,pakaian pengantin.Ku lihat Ayah memegang tangan ku,ia begitu khawatir dan sedih dengan hal yang ku alami.

“Yah,Adit mana? ” Ucapku dengan nada lirih dan bergetar.

Kulihat tatapan Ayah yang begitu sendu seolah sedang tersakiti sembari memelukku dengan peluk hangatnya. “Kamu yang sabar ya nak.Ini cobaan dari Allah,kita harus kuat menjalani semua ini.”

Aku menangis sejadi-jadinya di pelukan Ayah.Air mataku terus saja mengalir seolah ada beban berat yang harus aku pikul.

“Yah,Ayra pengen ketemu Adit untuk terakhir kalinya.” Ucapku melepas pelukan Ayah.

“Baiklah nak.”

***

Di kediaman Adit,kulihat mamanya Adit sudah menungguku.Matanya terlihat bengkak.Di depanku sudah terlihat jelas Adit yang tertutupi kain putih.Ku beranikan diriku untuk membuka kain penutup yang menutupi sebagian wajah Adit.Lagi dan lagi aku menangis,tak sanggup menerima kenyataan ini. Mama memelukku,berusaha menghilangkan kesedihanku.

“kamu yang sabar ya Ra."

Aku tetap menangis di pelukan mama.

"Maafin Adit ya,dia gak nepatin janji untuk nikah dengan kamu."

“Adit gak salah ma.Ini udah takdir,yang harus Ayra lakukan hanya melepasnya dengan ikhlas.” Ucapku dengan tetesan air yang masih jatuh dari mataku.

Yah walaupun aku gak ikhlas melepaskan Adit.Tapi aku harus percaya pada Allah bahwa takdir ini takdir yang terbaik untukku.

Selamat jalan Adit,aku harap kamu tenang disana!

***

Peristiwa terjadinya kecelakaan Adit :

Malam itu terlihat percakapan serius antara papa dan anaknya,yakni Pak Bagas dan Adit.Percakapan mereka terlihat memanas setelah pak Bagas membahas perusahaan nya yang ada di Maroko.

“Setelah kamu menikah,kamu harus langsung berangkat ke Maroko.Papa sudah menyiapkan tiketnya untuk keberangkatan mu” Tegas Pak Bagas

“Untuk apa ke Maroko, pa? “

“Untuk mengurus perusahaan Papa.Dan tentunya akan menjadi milikmu nanti”
Adit langsung berdiri “Kalau Adit pergi ke Maroko,Ayra akan sendirian.Adit gak mau,pa.”

Dengan marahnya Pak Bagas langsung melayangkan tamparan ke pipi Adit “Perusahaan itu untuk masa depan mu.Kamu ke Maroko juga hanya selama 3 bulan.”

“3 bulan itu gak sebentar pa.Jika Adit harus ninggalin Ayra meskipun itu seminggu,Adit tetap gak mau.” Ucap Adit berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Adit mengendarai sepeda motor miliknya dengan kecepatan tinggi layaknya seorang pembalap.Tak tahu arah yang akan ditujunya,ia begitu frustasi.

Di malam yang semakin larut itu, ia belum kepikiran untuk pulang.Sampai di persimpangan jalan,ketika hendak membelok ia menabrak tiang dan membuatnya terjatuh.Adit berusaha untuk bangun tapi truk besar lebih dulu melintas hingga akhirnya menindasnya.

***

Mohon direspon ya teman-teman🙏,kalau perlu berikan komentar baik berupa kritikan maupun saran.Karena itu akan membuat aku lebih semangat untuk mempostingnya.
Trimakasih untuk yang udah mampir.🙏

Bisakah Bahagia ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang