~Happy Reading~
.
.
.
.
.Suara alunan musik yang di mainkan seorang pianist di kafe itu membuat para pelanggannya tak bersuara karena menikmatinya. Seperti pada dua orang pelanggan yang duduk dalam satu meja itu. Mereka menyantap hidangan dalam diam.
"Nih, seperti janjiku," kata Gerald setelah mengelap mulutnya dengan tissue. Lantas menyodorkan sebuah buku ke wanita yang duduk di hadapannya.
Senyum itu mengembang sempurna. Buru-buru gadis itu mengunyah makanan di mulutnya. Lantas menyeruput segelas iced lemon tea, dan segera mengambil buku itu "Makasih," ucapnya.
Begitu pula dengan Gerald, ia ikut tersenyum kala merasa lucu dengan gadis itu.
Setelah selesai menyantap hidangan sekaligus membayarnya, mereka pun keluar dari gedung itu menuju tempat parkir.
"Kenapa?" tanya laki-laki itu ketika melihat Caca terlihat bingung memperhatikan ban motornya.
"Ini... ban motorku sepertinya bocor," jawab Caca.
"Kok bisa? Memangnya dari awal kamu ke sini sudah bocor seperti itu?" tanya Gerald lagi.
"Tidak lah. Kalau sudah bocor mana mungkin aku bawa ke sini."
"Ya sudah bareng aku saja, mau?" tawarnya.
"Kamu ke sini naik apa?"
"Tuh!" Gerald menunjuk salah satu mobil berwarna putih mengkilap sebagai dominasi di padu dengan warna hitam. Kini porsche itu sejajar rapi dengan mobil-mobil lainnya.
"Tapi bagaimana dengan motorku?". Ya, bagaimana dengan motor gadis itu? Tidak mungkin kan kalau di tinggal begitu saja?
"Tak perlu cemas, aku akan menghubungi Montir kenalanku."
Sekitar sepuluh menit menunggu pekerja bengkel itu, scoopy merah muda milik Caca pun di bawa olehnya. Lantas gadis itu di antar pulang oleh Gerald.
Sampailah mobil itu di depan rumah mini yang di belikan Almarhum Niskan, Ayah Caca yang biasa ia panggil Abi.
"Gak di suruh mampir dulu nih?" sindir Gerald ketika Caca hendak menutup pintu rumahnya.
"Aku tinggal sendirian. Apalagi sekarang sudah maghrib, apa kata orang kalau aku membawa pria masuk ke rumahku?"
"Oh, sendirian..." gumam laki-laki itu, "Nanti aku hubungi kalau motormu sudah selesai," ujarnya kemudian. Sementara Caca, ia hanya mengangguk setuju.
"Ya sudah aku pulang," pamit Gerald.
"Oh ya, makasih untuk makanan tadi sama tumpangannya, dan... novel ini tentunya," Caca berucap sembari menepuk-nepuk saddle bag nya menunjuk buku milik Gerald yang berada di dalam tas itu.
"Okay, thanks juga buat hari ini."
Caca tidak menanggapi ucapan pria itu. Entah dia berterimakasih untuk apa, yang jelas ia merasa hari ini sudah lumayan merepotkannya.
Gerald pun membalikkan tubuhnya hendak pergi dari situ. Namun sebuah suara menghentikannya, "Kau pergi tanpa mengucapkan salam?" sindir gadis itu. Dengan segera, Gerald kembali menghadap Caca.
Laki-laki itu terdiam, lantas Caca kembali membuka suaranya, "Assalamu'alaikum..."
"Walaykumsalam."
"Huft... WA'ALAIKUMUSSALAM!" Gadis itu membenarkan pengucapan Gerald. Sementara laki-laki itu, ia hanya tersenyum kikuk.
"Cepat jawab yang benar! Kalau pengucapanmu salah, maka artinya juga salah," titah gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Is It Different?
RomanceHIATUS (Revisiin cerita kapan aja) Langsung aja yuk, di baca ceritanya ~HAPPY READING~ WARNING! NO COPAS!!!