-TUJUH-

45 37 86
                                        

Ditunggu vote&comment nya!

~Happy Reading~
.
.
.
.
.
.

Hari ini hari Minggu. Gadis itu tengah sibuk menyelesaikan tugas hukuman dari salah satu guru killer nya, Pak Bara.

Jarum jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Selesai sudah tugas-tugas nya itu. Selain tugas hukuman, gadis itu juga mengerjakan tugas mata kuliah lainnya.

Suara Adzan menunjukan kalau sudah saatnya ia menunaikan ibadah wajib sebagai seorang Muslim. Gadis itu segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sekaligus mengambil air wudhu.

Setelah sholat Ashar, gadis berambut hitam lurus nan panjang itu berjalan menuju ruang TV berniat untuk santai di hari Minggu yang seharusnya memang hari dimana kebanyakan orang melakukannya. Bahkan gadis itu tidak menerima pesanan donat di hari Minggu. Kecuali pesannya di hari Sabtu sore. Maka ia akan membuatkan pesanan itu di malam harinya langsung, bukan di hari Minggunya. Namun karena tugas-tugas yang menumpuk, hari yang seharusnya ia habiskan untuk rebahan sambil membaca novel atau sesekali membaca buku pengetahuan, justru malah disibukkan untuk mengerjakan tugas-tugas itu. Barulah sekarang ia bisa beristirahat.

Tok... tok... tok...

Assalamu'alaikum...

"Bang Rizal?" Caca bergumam ketika merasa sangat kenal dengan suara seseorang yang tengah menunggu di depan rumahnya.

Gadis itu meraih sehelai kerudung instan yang kebetulan terletak di sebelahnya. Setelah memakaikannya ke kepala, ia pun bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu utama, "Wa'alaikumussalam..." sahutnya sembari menarik gagang pintu.

Laki-laki itu tersenyum sapa, lantas berjalan menuju kursi tempat ia biasa mengobrol dengan Caca ketika sedang mengunjungi rumah gadis itu. Seperti saat ini, ia pun duduk di kursi yang sama.

"Kenapa Bang?" Caca bertanya seraya ikut duduk di kursi yang kosong.

"Beberapa hari lalu aku bingkisin beberapa donat buatan kamu untuk salah satu pelanggan setia di kafe," Rizal mulai membuka suara. Sedangkan yang menjadi lawan bicaranya hanya mengangguk menuggu penjelasan lebih lanjut.

"Nah, semalam saat pelanggan itu datang lagi ke kafe, dia muji-muji donat kamu itu..."

"Dia tau kalau donat itu buatan aku?" tanya Caca di tengah-tengah penjelasan Rizal.

"Dia kan gak kenal kamu, aku cuma ngasih tau kalau donatnya buatan temanku," jawabnya yang diangguki oleh Caca "Trus dia bilang, kalau donat kamu itu dimasukkan kedalam daftar menu, pasti akan banyak yang menyukainya," jelas laki-laki itu lanjut.

"Masa sih?"

"Sebenarnya bukan hanya pelanggan itu yang bilang, sebelumnya teman-temanku yang juga sering nongkrong di kafe, rekan-rekan kerjaku, mereka yang udah pada nyoba donat buatan kamu saat aku bawa kesana, semuanya pada berfikiran yang sama..."

"Jadi kamu kesini mau ngajak kerja sama gitu?"

"Yups! Seratus buat kamu," katanya sambil menggerakan salah satu tangannya dengan jari telunjuk dan jempol yang dibentuk seperti tanda ceklis. Yang jari telunjuknya menghadap ke Caca.

"Eumm... gimana ya?" gumam gadis itu seolah memikirkan ajakan Rizal.

"Kok gimana? Memangnya kamu gak menginginkannya?" ia fikir gadis itu akan dengan cepat menyetujuinya. Namun melihat tanggapan Caca yang seperti sedang memikirkan jawabannya, ia rasa sahabatnya itu tidak akan setuju dengan ajakan kerja samanya.

Why Is It Different?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang