Part 6

5.3K 178 0
                                    

Sudah dua hari ini aku tidak bisa menghubungi Emilie. Semua yang berhubungan denganku diblocknya. Dia juga mematikan handphonenya. Emilie sedang menghukumku dengan hukuman yang tak kumengerti. Aku sudah kehilangan akal bagaimaa caranya lagi supaya aku bisa bertemu dengannya.

Aku tidak mungkin kerumahnya. Aku tidak mau lagi bertemu dengan satpam brengsek itu. Dia selalu menghalangiku supaya aku tidak bisa masuk kedalam rumah Emilie. Seperti sudah tak ada lagi harga diriku.

Aku beranjak dari ruanganku menuju ruangan dr. Dennis. Tapi aku tak menemuinya. Hanya dia yang bisa membantuku, iya dia dan Jasmine. Aku segera meraih handphone dari saku jas putihku. Panggilan keluar untuk dr. Dennis.

"Lu dimana? Nanti siang temui gue di Green cafè, oke?"

"....."

Aku berjalan menuju ruanganku kembali. Aku menyandarkan tubuhku pada sebuah kursi empuk. Berat sekali bebanku sekarang. Baru saja aku menikmati rasanya memiliki gadis itu,sekarang dia menyeretku kembali pada masa lalu disaat dia masih menganggapku orang yang tak penting.

"Eheemm...." suara deheman seorang perempuan mengagetkanku.

"Dokter lagi gak enak badan yah?"

"Eh, suster Lily. Gak papa kok. Saya lagi Baik-baik saja. Cuma kurang tidur aja kok. Agak ngantuk."

"Perlu saya pesankan kopi dok? Kita banyak pasien hari ini dok"

"Oke,suruh mereka masuk satu persatu. Saya sudah selesai"

***

Parkiran BMC International Hospital Pukul 12.00

Aku bergegas menuju mobilku. Aku meninggalkan rumah sakit untuk menemui Dennis dan Jasmine. Kemacetan Jakarta semakin membuatku sesak. Aku sibuk mengklakson para pengendara sepeda motor yang berdesakan menghalangi jalanku. Tak jarang aku merasa kesal melihat ulah mereka. Nanti giliran kesenggol aku yang harus bertanggung jawab mengingat aku membawa mobil.

Jam 12.37

Aku sampai disebuah cafè bergaya 80's tempat yang sudah kami janjikan. Aku bergegas masuk kedalam cafè tersebut dan menemui mereka berdua. Aku mengambil posisi disebelah Dennis.

"Lu cuti ga bilang - bilang. "

"Gue lupa. Istri gue lagi manja - manjanya. Gak mau ditinggalin."

Aku melirik Jasmine dan memohon agar dia mau membantuku.

"Oke. Sebagai imbalan. Lu harus kasih gue ruangan VIP pas ntar gue lahiran. "

Aku mengiyakan permintaan Jasmine agar dia mau membantuku.

Sebuah panggilan keluar kepada Emilie.

"Hi, elu dimana? Ketemuan di Green cafè yuk sekarang..."

"....."

Setengah jam kemudian Emilie tiba di Green cafè. Dia tampak begitu anggun siang ini,dia menggunakan rok mini motif tartan dan high heels yang membuat kakinya tampak begitu indah. Rasanya ingin aku berlari memeluk tubuh indah itu, tapi aku tahu ini bukan momen yang tepat.

"Hhhhiiii sayang..."

"Hiii Jasmine. .."

Emilie menghiraukan aku. Dia menyapa Jasmine. Bukan menyapaku.

"Kamu mau minum apa sayang? Pesen aja. Italian soda? Green Island? Atau fruit punch?"

Lagi - lagi aku dicuekin.

Please don't get tired of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang