Gak tau gue, gimana amburadulnya cerita ini. Tapi I don't care, ini bukti tulisan gue kelas 8 SMP sih hahahaha.
Note: Jika terdapat typo atau ada kata yang di ulang tolong dikomentari biar aku perbaiki.
-
-Bel Masuk sudah berbunyi sejak tadi, namun guru yang mengajar di kelas XII IPA 4 masih belum datang juga. Tapi itu tidak masalah bagi mereka. Hanya hal-hal konyol dan keberisikan yang mendominasi keadaan kelas tersebut. Harusnya mereka melakukan literasi namun kegiatan itu sama sekali tidak dihiraukan. Mereka lebih memilih bergosip ria, dan membuat kerusuhan sana sini.
Braak
Arik sang pembawa info dengan badan segede tong itu membuka pintu dengan kasar, taulah mereka bahwa Arik mempunyai kabar terbaru.
"WOI, b-bu Wahyu enggak datang ke kelas, ada urusan. Jadi kita free class," ujar Arik dengan nafas ngos-ngosan.
"Tapi enggak usah keras-keras juga buka pintunya,udah tau badan segede gaban. Kalau pintunya rusak mau tanggung jawab lo?!" protes Rara, sang biduan kelas.
"Sorry, iya lain kali enggak lagi," ujar Arik mengatur nafasnya.
"Beneran jamkos kan?" tanya Putra memastikan.
Arik mengangguk. "Iya, gue denger dari guru piket tadi."
Ucapan Arik barusan mampu membuat keadaan kelas menjadi lebih rusuh. Mereka semua bersorak ria, heboh, seperti baru saja memenangkan lotre.
Seperti segerombolan anak laki-laki dibelakang, wajah mereka terlihat senang. Tadi yang awalnya mereka mengantuk karena katanya hari ini ada ulangan lisan dan mereka sama sekali tidak belajar. Ini sebuah keberuntungan. Seperti mendapat uang sekarung. Stop ini memang berlebihan.
"Main Tod, yoo," ajak siswa dengan name tag Putra Ardiansyah.
"Ayoo lahhh, gass," Sahut Selatan.
"Bay, lo mau ikut enggak?" tanya Devan, cowok yang memiliki jambul.
"Enggak," Jawab Bayu datar, singkat, padat ,dan jelas. Memang hanya Bayu lah yang sedikit waras di antara mereka mereka.
"Halah, sekali-kali lah Bay," bujuk Putra.
"Ya." Bayu menjawab singkat.
"Tumben lo Bay, biasanya bilang gini 'enggak mau main permainan menyesatkan' gitu," ujar Selatan.
"Heh cepet-cepet,kejadian langka loh ini," ucap Putra, lebay.
"Cari botol dulu," ucap Devan. Berjalan menuju tempat sampah yang ada di depan kelas.
"Woi Van, lo jorok banget. Pakai bolpoin aja lah," saran Selatan.
Selatan mengambil bolpoin Bayu yang tergeletak di atas meja. Kemudian memutar bolpoin warna hitam di atas meja. Selang beberapa detik, bolpoin tersebut berhenti. Atensi mereka fokus pada bolpoin yang sedang berhenti ke arah -Putra.
Suara tawa Selatan dan Devan menggema, entah apa yang mereka tertawakan.
"Truth or dare? " tanya Bayu yang ingin cepat-cepat menyelesaikan permainan gila ini.
"Truth."
Bayu berpikir, melirik Selatan. Selatan yang peka pun langsung mengangguk. "Cewek paling bohay di sekolah ini siapa?" tanya Selatan.
Putra tersenyum sumringah. Awalnya ia takut mereka akan bertanya yang aneh-aneh. "Mantannya Selatan," jawab Putra.
"Mantan Selatan yang mana, bodoh?" Devan menonyor kepala Putra. "Mantan Selatan bukan cuman satu," ujarnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara, Dare!
Teen Fiction❝𝐏𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮.❞ Sebuah cerita tentang Selatan si playboy yang mendapatkan tantangan dari sebuah permainan. Ia harus menjadikan seorang gadis sebagai pacarnya dalam kurun waktu sa...