Note: Jika terdapat typo atau ada kata yang di ulang tolong dikomentari biar aku perbaiki.
-
-Pagi-pagi Venus sudah dibuat kesal oleh Mars, karena mobilnya mogok di tengah jalan. Alhasil ia harus menunggu di pinggiran trotoar jalan. “Kak, terus gimana ini? Kalau gue telat ni salah lo ya! Gue nggak mau dihukum Pak Bambang!” cerocos Venus membuat Mars mendengus.
“Bisa enggak lo Jangan banyak bacot? Lo pikir gue juga nggak telat?” ucap Mars, masih fokus mengotak-atik mesin mobilnya.
Venus duduk di trotoar menselonjorkan kakinya memainkan tali sepatu. “Jangan jangan mobil lo habis bensin ya, cih, nggak modal amat.”
Mars menoleh, “Sembarangan!” melempar tasnya yang sedari tadi tersampir di pundak, dengan sigap Venus menangkap tas hitam milik Mars.
Tin tin
Suara klakson dari motor seseorang membuat mereka berdua menoleh. Orang itu menepikan motornya pas di depan mobil Mars. kemudian turun membuka helm full face nya.
“Kenapa Bang?” orang itu bertanya, menghampiri Mars dan ikut melihat apa yang sedang Mars otak-atik.
Selatan mangut mangut seperti mengerti apa yang sedang dialami Mars. “Butuh bantuan, enggak?”
“Nah, iya gue butuh. Lo satu sekolah kan sama Venus?”
Mata Selatan mengikuti arah jari Mars yang menunjukkan Venus. sedikit tertegun, tak lama kemudian Selatan mengangguk lagi, “Iya kenapa?”
“Tolong angkut tuh bocah.” Mars menoleh Venus, “Lo enggak mau telat kan? Sana bareng Selatan, gih.”
“Terus lo ke kampusnya gimana?” Venus bertanya sembari menepuk-nepuk roknya yang sedikit kotor karena duduk di trotoar.
“Gampang.” Mars menjawab singkat.
Venus mengangguk kemudian berjalan mendekat ke motor Selatan terparkir.
“Cepet naik,” perintah Selatan tidak sabaran. Venus naik, memegang kedua bahu Selatan sebagai pegangan. “Duluan, Bang.” Selatan berpamitan, dibalas acungan jempol oleh Mars.
Selatan langsung melajukan motornya dengan kecepatan lumayan tinggi. Venus yang tidak pegangan pun hampir terjengkang untung saja tangannya refleks mencengkeram tas Selatan.
“Aduh Selatan, kalau gue jatuh gimana?” pekik Venus memegang dadanya. Jantungnya serasa mau copot.
“Makanya pegangan”
“Yeu, bilang aja lo modus!”
“Tepos gitu, juga gue ogah kali.”
mendengar perkataan Selatan yang menurutnya body shaming itu Venus langsung memukul bahu Selatan.
Menunggu tangan Venus yang tak juga melingkar di perutnya, Selatan iseng menambah laju motornya, kemudian mengerem secara mendadak, hingga beberapa pengguna jalan lain di sekitar misuh-misuh atas tindakan Selatan. Tubuh Venus langsung terdorong ke depan menubruk badan Selatan.
“Ih Selatan! Lo lulus mengemudi enggak sih?!”
Selatan cengengesan dibalik kaca helm nya. “Nggak apa-apa, kok, kan sama pacar sendiri,”
bodoamat, udah. Rasanya Venus ingin salto serata guling-guling di tengah jalan.
“Apasih? Gaje lo!” Venus berkata. “Buruan jalanin motornya, nanti kita telat.”
Kali ini Selatan melajukan motornya dengan kecepatan sedang. “Jangan gengsian gitu jadi cewek. Kalau mantan-mantan gue yang dulu-dulu enggak gue suruh pun langsung meluk gue.” Selatan berucap kemudian berkata lagi, “Kapan lagi bisa meluk seorang Selatan Adijaya? Enggak semua orang bisa, loh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara, Dare!
Teen Fiction❝𝐏𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮.❞ Sebuah cerita tentang Selatan si playboy yang mendapatkan tantangan dari sebuah permainan. Ia harus menjadikan seorang gadis sebagai pacarnya dalam kurun waktu sa...