6

55 29 9
                                    

Note: Jika terdapat typo atau ada kata yang di ulang tolong dikomentari biar aku perbaiki.

-
-

Ini hari Minggu. Langit masih menyisakan mendung setelah hujan deras tadi malam. Venus membuka pintu utama rumahnya lebar-lebar. Pagi ini matahari tak menampakkan dirinya seperti biasa, karena tertutup awan hitam. Hanya berdiam diri di rumah yang dilakukan dilakukan Venus hari ini. Bosan sebenarnya. Tapi mau gimana lagi?

“Venus!” mamahnya memanggil.

Venus yang sedang menikmati aroma tanah khas selepas hujan pun menyahut, “Iya Mah. Kenapa?”

“Kesini dulu, Nak, penting.”

Venus segera lari menuju mamanya.

“Ada apa?” Venus bertanya dengan nafas ngos-ngosan. Baru juga lari dengan jarak segitu. Kalau kata Mars, itu kurang olahraga karena Venus itu tipikal orang mageran.

“Tolong dong, anterin berkas Papah ke rumah sakit, ketinggalan,” ucap mamahnya. Menyerahkan map hijau.

“Kenapa enggak Mamah aja?”

“Mamah repot. Mau bersih-bersih taman belakang rumah.”

“Aku sendiri? Soalnya jalanan masih licin, Venus enggak berani bawa mobil sendiri, Mah.”

“Oh, ajakin Abang sana. Kalau enggak mau, siram air aja. Pasti bangun.” Setelah mengatakan itu, Bulan keluar dari kamar menyisakan Venus sendiri.

Venus menghela nafas, berjalan menuju kamar Mars. Setelah susah payah membangunkan Mars, mereka pun berangkat menggunakan mobil. Karena cuaca hari ini sedikit buruk, masih gerimis, awan pun gelap.

Setelah sampai Venus masuk gedung rumah sakit sendiri. Karena tadi Mars bilang akan menunggunya di kantin. Mau ngopi, sekalian cuci mata lihat cewek cakep.

Venus memasuki gedung bercat putih bertuliskan 'RUMAH SAKIT WIJAYA'  memang ayahnya berprofesi sebagai dokter, dan ini rumah sakit milik keluarganya.

Venus melangkahkan kaki kecilnya di koridor, tak jarang beberapa orang yang berlalu lalang tersenyum ramah kepadanya.

Membuka pintu ruangan papahnya kemudian mendudukkan dirinya di kursi depan Hari. “Nih, Papah ada-ada aja pakai acara ketinggalan segala.” Venus menggerutu.

“Makasih, Cantik. Gitu aja cemberut.”

Venus mengangguk. “Sama-sama Papahnya Venus yang ganteng maksimal.”

Hari tertawa menanggapinya. “Tadi sendirian?”

“Enggak. Tadi sama Abang.”

“Mana Abang?”

“Ngapel.” Maksud Venus ngapel ialah, Mars memang nge-fans dengan salah satu anak penjual di kantin. Katanya, bening semriwing, cocok dengan dia yang ganteng. Itu kata Mars sendiri ya!

“Ya udah, Venus pamit dulu ya Pah.” Venus berpamitan, sembari berdiri.

“Enggak disini dulu?”

Gara-gara, Dare!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang