3

70 34 33
                                    

Note: Jika terdapat typo atau ada kata yang di ulang tolong dikomentari biar aku perbaiki.

-
-

Hari Senin telah tiba, hari paling menyebalkan menurut para murid. Karena, harus melakukan upacara bendera dibawah teriknya matahari. Semua murid pun sudah pada gerak-gerak tidak jelas pada sudah tidak tertib. Ada yang mengobrol, ada yang bercanda, celometan, ketawa, injak-injakan dan lain-lain, Adapun juga yang mengeluh, berdiri pun sudah tidak tegak.

Setelah satu jam lebih lamanya mereka berdiri di tengah lapangan, akhirnya upacara bendera selesai. Semua barisan sudah dibubarkan oleh pemimpin barisan. Semua murid berhamburan menuju kelas masing-masing ada juga yang pergi ke kantin.

Venus dan teman-temannya sedang berjalan di lorong mengibas-ngibaskan topinya di depan wajah.

“Eh eh, ada apa tuh? rame bener,” ujar Vivi menunjuk ke arah depan. Mereka berhenti.

Terlihat banyak murid yang membuat lingkaran entah apa yang mereka kerubungi dan dijadikan tontonan.

Venus menggidikkan bahunya,“Enggak tau. Mending kita segera ke kelas, bentar lagi masuk nih, lo pada lupa nanti ulangan?”

Namanya juga Vivi, ia tidak akan pernah mau jika ketinggalan hot news. Vivi menarik mereka semua,  berjalan menghampiri gerombolan diikuti yang lainnya. Mencari celah agar ia juga bisa melihat apa yang sedang mereka lihat.

Terlihat Selatan dan Gilang tengah bergelud ria. Keduanya pun sudah babak belur. Saling tonjok menonjok, tendang-menendang, pukul-memukul.

“Belum aja gue rasenggan lo, curut,” ujar Selatan, nafasnya naik turun tidak beraturan. Kembali menendang perut Gilang hingga sang empu tersungkur dilantai kesakitan, tak berdaya lagi untuk melawan serangan Selatan.

Sudah menjadi rahasia umum jika Selatan dan Gilang adalah sebuah musuh, bahkan dari kelas sepuluh. Mulai dari merebutkan kekuasaan, perempuan, kawasan dan yang lainnya.

“Ada apa ini?!” Pak Budi berteriak diujung lorong. Menghampiri gerombolan tersebut. “Bubar bubar bubar!” titahnya lagi.

Semua murid hanya menatap Pak Budi, tidak melakukan apa yang diperintahkan gurunya. “BUBAR!” gertaknya.

Mereka pada bubar melenggang pergi, tapi tidak untuk Vivi ia masih berdiri di tempat. Ia penasaran.

“Ayo Vi, ke kelas,” ajak Sasa menarik-narik tangan Vivi.

“Bentar ini hot news.”

“Ikut bapak ke ruang BK.” Pak Budi langsung menarik tangan dua orang yang baru saja membuat keributan tadi.

***

Pak Bambang sedang duduk di kursi kebanggaannya dengan dua murid bandel yang duduk di meja seberang. Menatap tajam Selatan dan Gilang, kemudian mengusap kumisnya naik turun, “Kalian lagi kalian lagi. Enggak bosen ya masuk ruangan ini setiap hari?” Pak Bambang berdiri, kedua telapak tangannya berada di atas meja, sementara wajahnya mendekat pada dua siswa itu. “Kalau bapak sih bosen,” gumamnya kemudian kembali duduk.

“Saya juga bosen liat bapak terus, benget malah. Udah muak.” Jawab Selatan yang dihadiahi tatapan horor dari mata bintit Pak Bambang. “Kalau gitu keluarin saya dari ruang BK Pak,” ujarnya santai, dengan kaki saling injak-injakan dibawah meja dengan Gilang. Tanpa disadari Pak Bambang tentunya.

Gara-gara, Dare!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang