Sejak kejadian semalam Venus masih belum mau keluar kamar. Ia malu bertemu Selatan. Padahal ini sudah tengah siang. Matahari sedang bersinar terik-teriknya.
Dia juga belum sarapan. Padahal ini sudah waktunya makan siang. Perutnya sudah keroncongan minta diisi. Biasanya jika hari-hari biasa ia sudah makan tiga piring nasi. Tapi sekarang sama sekali belum makan.
Venus melenguh, dan menggeliat. Mulutya menguap lebar. Rambutnya acak-acakan seperti singa karena sama sekali belum disisir. Boro-boro nyisir rambut, cuci muka saja belum. Keadaannya tidak jauh beda dengan gelandang di pinggir jalan raya.
Bukan hanya malu dengan Selatan. Kakinya pun serasa malas ingin beranjak. Kalian tau tadi malam Venus tidur jam berapa? Jam 5 pagi. Matanya pun masih lengket.
Venus membuka gorden jendelanya hingga sinar matahari menyorot dirinya. Burung camar berterbangan, ia juga menoleh ke taman depan rumahnya, penuh anak-anak bermain.
Berjalan menuju meja rias, melihat seberapa buruk tampilannya. Ia tak menampik jika dirinya sudah mirip dengan gembel.
“Gila.” Satu kata yang keluar dari mulut Venus.
“Laper banget, nih perut bunyi mulu, ish.” Venus mengusap-usap perutnya.
“Selatan ada di rumah gak, ya?” gumamnya.
“Bodo, lah. Orang ini rumah gue.”
Selesai mencuci muka Venus keluar kamar mandi dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Ia tidak mandi, terlalu malas. Perutnya pun sudah meronta-ronta sejak tadi. Mandi nanti sore aja. Kakinya melangkah menuju pintu. Ia membuka gagang pintu itu dan keluar. Masih mengenakan piyama biru pastelnya.
Saat ia menuruni tangga seketika heran. Yang biasanya rumah ini selalu rame seperti pasar baru, kenapa ini hanya ada suara dari televisi?
“Miska ... Abege kruyut?”
Itu sih yang didengar Venus. Dari suara cempreng kartun anak perempuan nakal yang suka mengganggu ketenangan beruang.
Venus menapakkan kakinya di tangga terakhir. Tepat berada di ruang tengah. Matanya menoleh, menjelajah seisi ruangan. Dan ia menangkap sosok tak asing sedang fokus dengan televisi sampai tak menyadari kehadiran Venus.
Venus segera berbalik berniat menuju kamar ketika mendapati Selatan sedang leha-leha di sofa sembari menikmati minuman bersoda.
“Mau ke mana lo?” Selatan menginterupsi Venus yang akan melangkahkan kakinya pada tangga.
“A-anu,” Venus menggaruk pucuk hidungnya yang tiba-tiba gatal. “Balik ke kamar,” jawabnya singkat. Kemudian segera berjalan tergesa-gesa menaiki tangga.
Selatan tak membiarkan Venus menuju sarangnya lagi. Ia berlari mengejar Venus. Mencekal pergelangan dan menarik paksa Venus hingga meja makan.
Cukup ia harus menunggu rumah karena semua orang pergi keluar. Gara yang menemui temannya. Barat yang ada keperluan mendadak. Dan Utara dan Mars yang sedang ke pusat perbelanjaan. Ia harus menemani Venus di rumah.
“Makan,” titah Selatan. Menjulurkan piring berisi nasi goreng dan telur mata sapi.
“Gue gak laper,” alibi Venus.
Kruyuk.
Bukan. Itu bukan suara Marsha. Tapi itu suara berasal dari perut Venus.
Selatan menarik kursi di samping Venus. Menyendokkan nasi goreng dan mengarahkan pada mulut Venus.
“Buka. Gue tau lo laper,” ujar Selatan. “Makan atau gue perkosa?”
Venus membuka mulutnya ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara, Dare!
Novela Juvenil❝𝐏𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮.❞ Sebuah cerita tentang Selatan si playboy yang mendapatkan tantangan dari sebuah permainan. Ia harus menjadikan seorang gadis sebagai pacarnya dalam kurun waktu sa...