Note: Jika terdapat typo atau ada kata yang di ulang tolong dikomentari biar aku perbaiki.
-
-Lagi dan lagi kelas XII IPA 4 free class. Guru yang mengajar tidak datang tanpa alasan. Sudah menjadi hal biasa jika di kelas itu sering mengalami jamkos. Mungkin saja guru yang mengajar di situ tidak datang karena kesal atau karena malas menghadapi murid-murid nakal. Tapi itu tidak masalah bagi mereka, bahkan mereka sangat suka jika guru yang mengajar tidak datang ke kelas. Entahlah, tujuan mereka datang ke sekolah itu apa. Niatnya belajar namun malas belajar, ke sekolah hanya untuk bertemu teman serta menghabiskan uang sakunya di kantin.
Biasanya guru menyebut kelas XII IPA 4 dengan sebutan 'Kelas 3D' bukan tanpa alasan. Karena semua penghuni kelas tersebut ke sekolah hanya 3D.
3D: Datang, Duduk, Diam.
Untuk poin ketiga mungkin salah, karena mereka tidak bisa diam justru sebaliknya, tukang buat onar. Cewek cowok sama saja. Sama-sama bar-bar.
Saat ini, sebagian para cewek sedang membentuk gerombolan, dan kalian tahu pasti apa yang mereka lakukan yaitu 'gibah'. Satu hal kebiasaan kaum hawa jika sudah berkumpul. Mulai dari guru A dan guru B, adik kelas, rambut baru Rabel, cogan, kosmetik, skincare, dan masih banyak hal tidak penting yang mereka bicarakan.
Ada juga yang sedang pacaran, tidur, bernyanyi, bercerita, Selfi, membuat Boomerang, curhat, bermain game dan juga ada satu anak yang sedang membaca buku ialah Bayu.
Sedangkan beberapa segerombolan cowok di belakang sibuk dengan game online yang sedang populer. Ada juga yang sedang... entah menonton video apa, suaranya begitu menjijiknya. Tanpa earphone hingga suaranya terdengar jelas.
"Woi Varo! Suaranya kecilin bisa? Pakai headphone sana! Jijik ya," teriak Rabel kesal, kembali fokus pada kemera HP-nya.
Varo mejeda videonya agar tidak ada adegan yang terlewat kemudian mendongak, "Apa, sih, Beb. Sini kalau mau nonton bareng," ajaknya menampilkan senyum menyeringgai.
Rabel bergidik ngeri, kemudian melempar Tipe-X miliknya ke muka Varo. "Mati aja lu sono!"
Varo mengangkat bahunya acuh kembali menekan tombol play video yang ia tonton tadi.
Putra yang sedang tidur pun merasa terusik, kemudian bersuara tanpa membuka matanya, "Apasih Varo, anjing! Berisik. Kecilin volumenya,"
"Halah! Biasanya juga lu doyan nonton beginian."
"Putra mah kalau kayak gitu berada di garda terdepan," sahut Devano yang sedang nyanyi di atas meja.
"Bacot," desis Putra.
"Apa? Bekicot?"
Putra menggeram kesal, menutup mukanya dengan tas yang tadi ia gunakan sebagai bantal. "Budek, makan tuh bekicot."
"Jangan ganggu Van, Putra lagi PMS," Teriak Selatan yang fokus terhadap HP-nya membalas pesan-pesan yang dikirimkan oleh para gebetannya.
"Oh, iya. Lupa gue." Devano menepuk dahinya. "Putra lagi masa puber," ucap Devano cekikikan.
"Berisik, siap-siap aja sepatu gue melayang ke mulut lo!" gertak Putra menelungsupkan kepalanya ke dalam tas yang tak ada isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara, Dare!
Teen Fiction❝𝐏𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮.❞ Sebuah cerita tentang Selatan si playboy yang mendapatkan tantangan dari sebuah permainan. Ia harus menjadikan seorang gadis sebagai pacarnya dalam kurun waktu sa...