D

224 33 5
                                    


"Lain kali kalau mau kabur berdua aja, jangan sendiri."

🐥🐥🐥

Selesai makan kami pun berjalan-jalan mengelilingi Enoshima. Mata ini benar-benar disuguhi banyak sekali cinderamata. Rasanya gatal ingin membeli. Aku melihati toko satu persatu. Mulai dari yang menjual makanan dan minuman. Hingga aku berhenti di sebuah toko yang menjual pernak-pernik dari laut.

Semua terlihat indah, mulai dari kalung mutiara, anting kerang dan kuda laut, figura. Walaupun aku terkesan tomboi bukan berarti aku bisa menyampingkan hal-hal seperti ini. Tetap saja aku menyukai apapun yang menggemaskan.

"Mau beli?" tanya Jemmy yang sedikit membuatku terkejut karena pemuda itu tepat di belakangku.

Ia menempelkan dagunya seraya ikut melihat apa yang tengah menjadi pusat perhatianku. Skin ship semacam ini bukan hal baru bagiku jika itu bersama Riko, tetapi sekarang nyatanya Jemmy yang melakukan hal itu.

Ada rasa berbeda karena degup jantungku jadi memacu. Memang di awal-awal pacaran dulu aku sempat merasakan hal ini. Tetapi aku dan Jemmy tidak sedang berpacaran!

Aku berupaya menjauhkan diri dengan berpindah tempat. Namun nihilnya, Jemmy mengikuti.

Aku menggigit bibir bawah merasa gelisah sendiri.

"Kir."

"Hm?"

"Siniin tangan lo."

Ia mengambil tanganku, setelahnya ada sebuah gelang melingkar manis di sana. Sebuah gelang dengan kerang-kerang kecil mengkilap menghiasi tanganku. Ini benar-benar manis.

"Bagus gak?"

Kepalaku mengangguk dan tanpa sadar telah menyunggingkan senyuman merasa senang.

"Syukur deh, cocok sama lo yang manis."

Pipiku menghangat dengan detak jantung yang semakin berdegup. Ah! Aku bisa gila jika seperti ini!

"Hilih," cibirku mengalihkan perasaan yang tiba-tiba menggila ini.

"Lah? Gue salah?"

"Gak salah. Cuma lo kasih gombalan gitu ke gue gak mempan, dikira gue sama kayak cewek-cewek lo sebelumnya?" ujarku mencari alasan.

"Iya, sih, lo emang beda. Bedanya lo pacar sahabat gue sendiri. Pusingkan jadinya," ujarnya sok resah.

"Nyadar juga lo."

"Kenapa bahas Riko lagi, sih?" tanyanya tiba-tiba protes.

Aku memasang wajah tak terima karena ia seolah telah menyalahkanku.

"Lo sendiri yang bahas, Monyet!" geramku.

"Li sindiri ying bihis, Minyit!"

Ia mengejek sambil memasang wajah menjengkelkan yang dengan cepat kulayangkan pukulan mematikan ke lengannya.

"Sakit bogeman lo, Kir!" aduhnya memegangi bahu.

MY THE BEST HUSBAND [13] Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang