"Rik, udah." Jeno melerai dengan menarik Riko mundur. Sementara ekspresi Riko masih tak percaya dan menduga apa yang ia katakan adalah kebenaran.
Jemmy masih di belakangku dan Kevin.
Saat Riko terduduk di bangkunya, ia menunjuk Jemmy dengan wajah penuh remeh.
"Lo gak akan dapatin Kirana selama gue masih hidup!"
Aku menutup mata penuh cemas karena takut Jemmy mengatakan hal bodoh yang kembali menyulut emosi Riko.
"Gu—"
"Rik, ngebela temen itu wajar," potong Kevin pada ucapan Jemmy yang membuatku merasa bersyukur. Setidaknya pemuda menyebalkan itu menyelamatkan diriku.
"Jangan dilihat dari sisi lain, selain persahabatan. Kita udah lama bareng, jadi mungkin perasaan Jemmy lebih sensitif saat temennya sakit hati. Dia reflek marah sama lo."
"Lo ngebela dia??!!" bentak Riko dengan mata melotot.
"Rik, lo gak paham apa yang gue omongin, hah??!" tanya Kevin jadi ikut emosi.
"Lo berani sama gua!!" Riko bangkit hendak menerjang Kevin, tetapi segera ditahan oleh Jeno yang memiliki kekuatan imbang dengan Riko.
"Riko, calm down," kata Jeno.
"Lo diem bangs—"
Jeno menahan pukulan Riko ke wajahnya dengan telapak tangan terbuka. Kemudian ia menggenggam tangan Riko yang mengepal, memundurkan paksa tinju Riko hingga terdorong cukup kuat.
"Mentang-mentang lo pemimpin di grup kita, lo jadi seenaknya, Rik! Lo jangan jadi lemah dan terbutakan emosi! Lo kapten di sini, tunjukkin kalau lo kapten bukan cuma bocah yang suka main tinju!"
Jeno berteriak tepat di wajah Riko yang kini menatap pemuda itu dengan mata merah murka.
Aku mohon jangan ada pertarungan lagi.
Namun, hal tak terduga terjadi. Riko terkekeh mendengar perkataan Jeno, lalu kepalanya mendongak semakin tergelak.
"Gue kayak anak kecil?" tanya Riko masih dengan kekehan. "Jadi lo udah dewasa di sini? Kenapa bukan elo aja yang jadi kapten di sini," kata Riko kini dengan tatapan tajam dan suara mulai ketus. Telunjuk Riko menunjuk-nunjuk dada Jeno.
"Bukan gini maksud gue, Rik." Jeno kembali memegang tangan Riko, lalu diturunkan.
"Kir, temen-temen lo dipanggil ke ruang kepala sekolah," ujar seseorang di ambang pintu yang ternyata adalah Andrea, teman sekelasku.
"Jemmy sama Riko aja, kan?" tanya Kevin.
"Semua," jawab Andrea.
🐥🐥🐥
Kini kami berlima berdiri dengan kepala menunduk di depan kepala sekolah yang duduk di kursinya.
Bu Yeni kemudian berdiri, beliau melipat tangan di dada dengan pandangan tajam.
"Kalian sudah kelas 12, seharusnya kalian bisa memberikan contoh untuk adik kelas lainnya. Kenapa berkelahi??” tanya Bu Yeni dengan nada garang.
"Ini hanya pertengkaran antar teman saja, Bu. Kami tidak bermusuhan," ujar Jemmy berani menjawab.
Mungkin saat ini aku hanya akan diam saja. Biar Jemmy yang mengurusi.
"Lalu kenapa anak IPA juga ikut-ikut?" tanya Bu Yeni lagi.
"Kami hanya melerai. Keduanya sudah berbaikan. Cara kami saling memahami satu sama lain memang lebih ampuh lewat pukulan," jawab Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY THE BEST HUSBAND [13] Jaemin
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [SLOW UPDATE] Lo pernah denger gak sih, kalau pilihan orang tua gak pernah salah? Mereka bilang gitu ke gue pas mereka mau jodohin gue. Tapi ... masa calon suami gue temen satu tongkrongan pas ngerokok sama bolos sekolah sih...