Lo istri gue. Meskipun dia pacar lo, tapi gue lebih berhak. Jaga batasan. Selagi gue masih sabar.
🐥🐥🐥
Hal tersial dalam hidupku sepertinya jatuh pada hari ini. Hari di mana aku memakai baju pengantin dengan Jemmy yang ada di depan mengucap ijab kabul. Suara yang menyerukan satu kata itu terdengar jelas oleh telingaku.
Kemudian, mama datang dengan tangis haru di balik pintu. Ia memeluk erat tubuhku sambil berucap, "Selamat ya, Sayang. Kamu sudah sah menjadi istri Jeremy."
Degup jantungku berpacu keras membuat sesak pada dada hingga mampu mengeluarkan air mata. Tangan mama dengan cepat mengambil tisu, menghentikan hal itu.
"Kamu harus tetap cantik. Sekarang ayo temui suamimu."
Aku benar-benar ingin menangis. Kenapa hidupku berubah begitu cepat? Apakah aku mempunyai kesalahan di kehidupan sebelumnya? Rasanya hidupku telah dikutuk. Bagaimana bisa semua hal yang aku rencanakan menjadi bumerang. Alih-alih pernikahan ini ditunda karena ujian, para orang tua itu malah memajukannya dengan cepat.
Hidupku seperti mainan bagi mereka. Kenapa aku tak diperbolehkan untuk mengambil keputusan? Padahal ini hidupku, sesusah apa pun kehidupanku kelak itu tetap menjadi hidupku.
Aku merenung sepanjang malam seusai pernikahan kami. Duduk di sofa dengan kaki ditekuk dalam pelukan dan pandangan menghadap pada jendela terbuka di rumah baru kami.
Sudah dua hari aku seperti ini dan besok adalah hari Senin. Hari di mana aku akan bertemu dengan Riko dan berpura-pura menjadi kekasihnya di saat aku sudah berstatus menjadi istri orang.
Kejadian ini sangat meremukkan perasaanku. Bagaimana bisa aku menyakiti perasaan Riko dan terus-menerus memberinya sebuah harapan yang tak akan mungkin terjadi? Bukankah aku menjadi orang yang jahat? Di saat banyak orang terkhianati oleh cinta, di sini aku memainkannya dengan semaunya. Bahkan aku memiliki dua pria sekaligus.
"Kir ... lo mau sampai kapan kayak gini?" ujar Jemmy lembut. Pemuda itu berdiri di sampingku.
Tanpa bantahan apa pun aku beranjak, pergi masuk ke kamar mandi. Aku tahu, Jemmy pasti tengah melihatku dengan tatapan menyedihkan.
Namun, yang aku butuhkan sekarang adalah kewarasan. Mentalku benar-benar dibentuk oleh keadaan. Mungkin merendam tubuhku di bathtub berisi air dingin bisa menjernihkan pikiran. Aku harus benar-benar bersiap untuk besok.
°°°
Riko seperti biasa menyambutku dengan senyuman. Ia duduk di bangku marmer di depan kelas 12 IPS 1 menungguku datang.
"Morning," sapa Riko bangkit dan memelukku.
"Morning."
"Lah? Lo bareng Jemmy?" tanya Riko dengan melepas pelukan dan membuatku membalik diri melihat Jemmy yang kini ada di belakangku.
"Ah? Enggak kok. Kebetulan kita ketemu di depan tadi, jadi sekalian bareng. Kelas juga sebelahan, kan," jelasku cepat memasang senyum manis.
Riko mengangguk setuju yang membuatku bernapas lega. Untungnya tadi aku meminta Jemmy menurunkanku di depan kedai teh manis yang ada di samping sekolah. Sehingga saat aku turun tak ada yang melihat karena terhalang oleh kontiner kedai itu.
"Gue duluan," pamit Jemmy berjalan melewati kami dan masuk ke kelas sebelah.
"Wajah lo kok kusut? Pasti abis begadang ya?" tanya Riko menebak saat memperhatikan kantung mata yang terlihat jelas di wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY THE BEST HUSBAND [13] Jaemin
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [SLOW UPDATE] Lo pernah denger gak sih, kalau pilihan orang tua gak pernah salah? Mereka bilang gitu ke gue pas mereka mau jodohin gue. Tapi ... masa calon suami gue temen satu tongkrongan pas ngerokok sama bolos sekolah sih...