Chapter 6

35.7K 4.1K 115
                                    

"pada intinya, ketika kita mencintai seseorang, kita akan lebih sering mencari tahu tentangnya, bahkan mungkin hal hal kecil tentangnya bisa membuat kita menjadi lebih bahagia"

-

Aku berjalan keluar gerbang asrama untuk membuang sampah. Hari hari berat sudah terlewati, tidak terasa sudah satu bulan aku berada di pesantren.

Pesantren kami tidak berhenti membangun gedung. Semakin di perluas dan semakin banyak bangunan bangunan baru. Rasanya satu bukan tidak berada disini sudah seperti satu tahun.

Karena banyak yang berubah.

Hari ini hari Ahad (Minggu). Rutinitas kami di pagi hari Ahad adalah bersih bersih asrama. Biasa nya mbak mbak Rusanti yang membagikan jatah per orangnya.

Minggu ini kebetulan aku mendapat jatah paling mudah. Yaitu membersihkan tempat tempat sampah dan membuang sampah. Di depan gerbang asrama ada kali kecil untuk membersihkan tempat sampah agar bau nya tidak terlalu menyengat ke dalam asrama.

Aku dan Mira ( yang juga bertugas membersihkan tempat sampah ) membawa 8 tempat sampah dari asrama. Gak papa sih walaupun bau, daripada dapet jatah bersihin kamar mandi.

Bagian paling berat dalam piket mingguan adalah membersihkan kamar mandi. Selain karena harus menguras bak, kami juga harus membersihkan bak nya dengan menyikat nya.

Belum lagi harus bertemu dengan hewan hewan kecil seperti cacing dan lain sebagainya. Hii, kalau aku sih gak takut cacing, tapi kasihan anak anak lain yang fobhia dengan hewan kecil itu.

Aku menyikat nyikat bak sampah sambil memberinya sedikit detergen agar bau busuknya hilang. Lalu mencucinya dengan air kali.

"Ada sate" kata Mira girang melihat tukang sate yang datang. Setiap hari Ahad tukang sate itu selalu datang ke depan asrama kami. Itu membuatnya langsung di serbu oleh para santri.

"Aku pesenin sekalian" kataku sambil tetap fokus membersihkan bak sampah.

"Lima ribu" lanjutku.

Mira yang belum menceburkan satu bak sampah ke dalam kali pun langsung berlari ke arah tukang sate. Mumpung belum rame, jadi kita tidak perlu berdesak desakan atau antri untuk memesan.

"Huh selesai juga" aku menaruh 4 bak sampah yang sudah ku bersihkan. Setelah mencuci tangan menggunakan sabun dan mengeringkan tanganku, aku berjalan menuju tukang sate.

"Mir gantian" kataku sedikit berteriak karena Mira masih di depan tukang sate.

Mira mengangguk lalu memberikan uangnya padaku.

Setelah mira selesai membersihkan 4 bak sampah yang lain, aku dan Mira pun berjalan menuju suatu tempat untuk makan sate yang kami beli.

"Eh ke kantin depan lapangan situ yuk" ajak Mira menunjuk lapangan utama.

"Eh, emang boleh pagi pagi?" Tanya ku ragu.

"Yaudah sih gak papa" jawabnya santai.

"Sambil beli minum, emang mau makannya seret" lanjutnya sambil terkekeh.

Aku pun menurut akhirnya berjalan bersama Mira menuju kantin.

-

"A'udzubillah hi minasy syaitoonirrojiiim....
Bismillahirrahmanirrahim....."

Aku mendengar seseorang membaca Al Qur'an di mushola seberang. Mushola itu baru dibangun sekitar dua bulan lalu, dan sekarang sudah berdiri kokoh seperti mushola mushola lain.

"Gila bagus banget suaranya, MasyaAllah," kataku memuji sambil menggigit sate yang ada di tanganku.

Mira mengangguk.

Dia Bukan Hanya Ustadzku ✓[SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang