12

387 63 11
                                    

Happy Reading!

Di sekolah, mereka sedang melakukan upacara.

Badan Jean sudah berkeringat dan berdiri dengan posisi miring. Mungkin sebentar lagi akan pingsan. Ya, pagi tadi Jean tidak sarapan.

Ia berharap dirinya dapat bertahan sampai upacara selesai. Namun tidak sesuai dengan harapannya, Jean pingsan yang langsung ditangkap Azkan yang berdiri di sampingnya.

Azkan menggendong Jean lalu berjalan cepat ke UKS, diikuti dengan Jisa dan yang lain.

***

Sekarang mereka sedang menunggu Jean bangun. Azkan tidak ada di sana karena sesang membeli sarapan untuk Jean di kantin.

Jean melenguh. Mereka mengalihkan pandangannya.

"Jean!" pekik Rose dan Lisa. Mereka langsung ditatap tajam oleh penjaga UKS.

"Kalian jangan teriak," lirih Jean sambil bersandar di headboard tempat tidur.

"Enggak ada yang mau dijelasin gitu?" Jisa bertanya.

"Iya, kenapa bisa pingsan sih? Terus kenapa enggak sarapan pagi?" Lisa bertanya dengan kesal.

"Oh, Jean takut telat jadi langsung ke sekolah," ujar Jean sambil terkekeh agar mereka tidak curiga.

"Lain kali makan, Jean." Junaldo berbicara.

"Iya, biar sedikit yang penting isi perut." Lagi-lagi Jean hanya mengangguk.

"Azkan lagi beli makanan buat lo. Lo di sini dulu sampai dia balik."

"Jangan cuma ngangguk doang. Harus dilaksanain juga," tambah Jisa.

"Iya, Jisa. Makasih udah khawatirin aku" Baru kali ini dia merasa ada orang lain yang menyayanginya selain ibunya dan Maria.

Tidak lama, Azkan muncul dengan bubur di tangannya serta botol air milik Jean yang dia ambil di kelas.

"Makan dulu." Jean yang memang dasarnya sudah lapar langsung memakannya dengan lahap.

•••

"Eh, katanya ada murid baru." Lisa memulai percakapan.

"Siapa?" tanya Dominic yang penasaran

"Enggak tau. Katanya sih cewe," jawab Rose sambil melihat ponselnya.

"Cantik enggak?" tanya Jaeden. Rose langsung mencubit lengannya dengan kuat.

"Sakit By, sorry, sorry." Jaeden meringis.

"Kelas berapa?" tanya Dominic.

"Banyak nanya kayak wartawan," ujar Lisa sambil mendelik tajam.

Dominic tersentak lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Katanya nanti sekelas sama kita," jawab Jisa.

"Namanya siapa?" tanya Dominic lagi.

"Sinting, ya, lo!" Lisa memekik tertahan, gemas dengan Dominic yang banyak tanya.

"Bentar, gue tanya temen gue." Rose berujar sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

"Kata temen gue, namanya Yura." Jean yang sebelumnya menutup mata langsung membuka matanya.

"Bangsat!" Batin Jean mengumpat.

Pergerakan Jean sedari tadi diawasi Azkan, namun Jean tidak menyadarinya.

Azkan penasaran melihat raut wajah Jean yang terlihat menekuk.

10 menit kemudian.

Bel berbunyi menandakan jam pelajaran sudah dimulai.

"Balik ke kelas, yuk!" Jean mengajak mereka.

Jaeden mendelik. "Jean, mau ngapain?!"

"Belajar." Dengan polosnya, Jean menjawab.

Jisa tertawa saat melihat wajah Jaeden yang terlihat lucu.

Jaeden berujar kembali, "Enggak usah, lo harus istirahat. Biar kita yang jagain lo di sini."

"Halah, bilang aja enggak mau belajar." Dominic berujar sambil mendorong kepala Jaeden.

Jaeden menyikut pinggang Dominic, menyalurkan rasa kesalnya. "Ganggu banget lo!"

"Lo istirahat aja."

"Iya, Azkan."

TBC

Innocent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang