25# Scoundrel

765 157 10
                                    

"Masih sibuk berkutat dengan kenyataan yang menyakitkan?"

"Serius, Cici? Kau ingin membuatku kesal?" tanya Jungkook tak suka saat melihat perempuan itu berdiri di ambang pintu.

Tanpa menunggu titah atau izin, Cici melenggang masuk, melepaskan tahanan yang membuat pintu ruangan pribadi Jungkook berdebum cukup keras. Ia menarik kursi di seberang lelaki itu, menumpangkan kaki sambil menatap Jungkook datar. "Kau terlihat sudah kesal bahkan sejak kemarin."

Jungkook menyandarkan tubuh, mengusap dagunya tak sabaran. "Ini membuatku akan gila."

"Memang sudah ... sejak dulu."

"Apa?"

"Kau."

"Kenapa?"

"Gila." perempuan itu tergelak ketika berhasil menangkap lemparan map dari Jungkook dengan mudah. "Serius. Tidak ada orang yang cukup gila, yang bisa melakukan semua seperti dirimu."

Jungkook tertegun sebelum akhirnya menyeringai, menangkap maksud penuh arti dari ucapan sahabatnya. Lelaki tua sialan. Jungkook bersumpah bahwa kali ini takkan pernah memberi ruang yang cukup untuk membuat sisa hidupnya merasa aman. Jungkook tak pernah pandang bulu, dan kesempatan yang selama ini dimiliki kepala polisi itu, adalah sebuah pengecualian, yang sayangnya, tidak berlaku lagi sekarang.

"Benar. Dia hanya tidak tahu saja kegilaanku tidak ada obatnya."

"Well ... dilihat dari ekspresimu, sepertinya masalah pribadi antara calon mertua dan menantu yang tak kunjung bersatu sudah teratasi." Cici tahu bahwa Jungkook siap membantainya, tapi ia benar-benar tidak memerdulikan itu. "Sekarang, apakah kita bisa kembali fokus untuk melumat para tikus itu?"

Cici melempar balik map yang tadi dilempar Jungkook. Lelaki itu tengah membaca laporan-laporan yang baru saja diberikan Namjoon tadi pagi mengenai Kibum, dan tiba-tiba teringat dengan kenyataan bahwa lelaki ini adalah sepupunya Tzuyu.

Jungkook menyipitkan mata ketika membaca baris yang menunjukkan informasi penting mengenai posisi lelaki itu di kelompoknya.

Salah satu tangan kanan pimpinan black eagle. Menarik.

"Minta semua untuk berkumpul. Kita akan menghabiskan banyak waktu hari ini." Jungkook menenggak sisa minumannya dan membereskan kertas-kertas yang berserakan.

Cici mendesah, menyandarkan tubuhnya malas. "Terlambat. Semua sudah berkumpul sejak 15 menit yang lalu, Boss."

"Tidak, tidak. Koreksi kata pertamamu. Aku pemimpinnya, ingat?"

"Ya, ya. Anggap saja aku ingat jika tidak mengingat wajahmu tadi malam."

"Sialan!"

❄❄❄

Seungho menatap anak buahnya dan menyeringai. Mereka baru saja kembali dari tempat pelacuran setelah menunggu kedatangan Jungkook selama berhari-hari. Lelaki itu kembali mengembuskan asap dari rokok yang baru dihisapnya, membuat ruangan itu semakin pengap saja. "Jadi ... akhirnya, dia sendiri yang datang?"

Keenam anak buahnya serentak mengangguk. Terlihat bangga karena berhasil membawa informasi untuk atasannya. "Mereka masuk kamar."

"Dan ... keadaan Hyein setelah ditinggalkan benar-benar mengenaskan." salah satu yang berambut panjang menambahkan. Pria itu mengingat bagaimana akhirnya mendapati pelacur itu yang terbaring tak berdaya tanpa busana di ranjang, membuatnya menilai seberapa ganas pimpinan Dynamite itu memperlakukannya.

A Memoir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang