Wanita itu memekik bertepatan dengan pintu yang terbuka. Jungkook masuk dengan wajah datar, kontras sekali dengan keterkejutan yang menghampiri wajah Taehyung.
Lelaki itu maju lebih dekat, melihat dengan jelas bagaimana Taehyung berada di atas tubuh perempuan tersebut dengan pakaian yang sudah terkoyak. "Apa aku mengganggu kalian?" Jungkook berkata terlalu santai, hingga mendapat umpatan dari Taehyung.
Namun, Taehyung tetap melanjutkan kegiatannya. Jungkook berdecih, melihat bagaimana dua anak manusia itu berpagutan, menjijikkan. "Ikut aku dan kau bisa mendapatkan barang baru yang lebih menarik."
Kalimat Jungkook barusan berhasil menghentikan Taehyung, lelaki itu terlihat tertarik dan tidak keberatan meninggalkan tubuh wanita di bawahnya. "Dua ... aku ingin dua."
Jungkook hanya mengendikkan bahu acuh, terlihat tak peduli dengan jumlah berapa pun yang Taehyung ajukan. Sementara Taehyung tergesa membetulkan pakaiannya.
"Kau, pergilah. Kau bisa bersama yang lain," ujar Taehyung dengan wajah dingin membuat perempuan itu tak sempat merapikan apa pun, dan hanya mengambil sobekan kainnya untuk menutupi bagian yang terekspos.
Jungkook mengamati pelacur yang berjalan keluar dari salah satu kamar di markasnya. Tempat itu dijuluki neraka, tetapi bagi anggota kelompok itu, markas tersebut merupakan surga. Ada banyak barang haram dan berbagai kenikmatan dalam segala jenis bentuk, mulai dari minuman sampai wanita, kecuali satu. Dan hal itulah yang menjadi pengamatan jeli Jungkook, pelacur itu tidak mabuk, tapi bahkan kesulitan untuk mempertahankan tubuhnya berjalan dengan benar, dan Jungkook tahu betul penyebabnya.
"Sekarang, katakan, ada apa?" Jungkook beralih pada Taehyung yang terlihat tidak sabaran.
"Pertama yang harus kau lakukan, berdoalah, agar permintaanmu tentang dua wanita itu bisa terpenuhi."
"Apa?! Jadi kau tidak berniat memberikannya?"
"Tidak, aku bisa mendatangkannya sekarang juga. Hanya saja aku tidak tahu, apakah setelah ikut denganku sekarang, kepalamu masih utuh atau tidak."
"Maksudmu?"
Jungkook mendesah, menunjuk ponsel Taehyung dengan dagunya. "Kau sengaja mematikan ponsel, menghindari panggilan, dan membuat Yoongi siap menembakmu."
Taehyung patut merasa takut, Yoongi adalah salah satu orang yang tidak keberatan mewujudkan setiap ucapannya jika berkaitan dengan menghilangkan nyawa seseorang, tanpa pandang bulu. Belum sempat Taehyung kembali bertanya, Jungkook sudah lebih dulu meninggalkannya, membuat ia harus mulai mengejarnya. Ya, tentu, jika benar-benar masih ingin hidup.
❄❄❄
Hoseok meletakkan minuman dan menghempaskan diri di kursinya, duduk di samping Taehyung yang mendapat banyak tatapan mengerikan. Bahkan, Cici sempat menodongkan sebuah pisau padanya. Hal itu justru membuat Jimin tak bisa menahan senyum penuh ejekannya. "Hei, Kim. Kau sepertinya butuh ke kamar mandi."
"Sepertinya aku ingin mematahkan lehermu."
Jimin terkekeh, ancaman Taehyung jelas tidak serius. "Kau sepertinya dilanda kegagalan yang cukup serius."
"Masa bodoh, Jimin! Semoga kau bahagia. Sekarang, ada apa? Kenapa wajah kalian terlihat seperti mayat hidup?"
"Serius, Taehyung? Kau memilih jalur kekerasan untuk ini? Bahkan aku bisa menyelesaikanmu dengan mudah." Cici yang sejak tadi sudah tersulut emosi semakin berambisi untuk menutup mulut pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Memoir [COMPLETED]
Fanfiction|SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS| Selama beberapa waktu kebersamaan, kata cinta itu tak pernah saling ditukar. Di satu sisi, Tzuyu sebagai sosok yang selalu menanti mendapatkan pengakuan cinta dari prianya, di sisi lain Jungkook yang mungkin tak pernah...