32. tolong

228 33 7
                                    

udah hampir sebulan gue ada di Singapur. kondisinya Mark memburuk. sakit kepalanya bahkan udah mulai berkepanjangan, badannya makin lemes dan kurus, penglihatannya memburuk. selama ada disini gue cuma bisa nangisin Mark.

udah berapa liter air mata yang keluar karena nangisin seorang Mark Lee. dia bilang, dia gak masalah kalau sekarang ini tinggal menunggu ajal jemput dia. yang masalah itu gue wahai Mark Lee tersayang.

bahkan bang Jaehyun sampai nyusul gue kesini karena khawatir. ya khawatir tentang kondisi Mark, khawatir tentang gue juga. katanya, gue kalau udah ngurusin Mark takut lupa ngurusin diri sendiri. makanya bang Jaehyun dibela-belain dateng kesini sendiri.

kita semua ada di ruangannya Mark sekarang. menatap seorang Mark Lee yang terbaring lemah di tempat tidur dengan segala macam peralatan rumah sakit yang nempel di badan dan kepalanya.

keadaan gue sama mama Lee hampir sama, mata bengkak dan wajah yang keliatan capek. dengan begitu, kita berdua saling menguatkan satu sama lain. saling mengingatkan untuk berdoa terus buat Mark.

gak ada suasana menyenangkan sama sekali di ruangan ini. gue juga cuma duduk di sofa dengan kepala yang sandaran di pundaknya bang Jaehyun. dia juga ngerengkuh gue dan nepuk-nepuk pundak gue pelan.

"udah jam segini, abang jemput Jaemin dulu di bandara ya?"

gue ngangguk dan milih buat senderan di sofa. iya, hari ini Jaemin mutusin buat dateng kesini. seluruh badannya udah sembuh total. jadi setelah dinyatakan sembuh, dia langsung terbang kesini buat sahabatnya.

sahabat-sahabat kita semua tau tentang kondisi Mark sekarang. kalau gak dicegah sama gue mungkin mereka semua pengen nyusul kesini. tapi gue bilang kondisinya gak memungkinkan, dan juga kan jauh.

"..Jaey.."

begitu denger suara Jaemin, gue langsung berdiri di sampingnya dan genggam tangannya. "ada apa, Mark? sakit?"

"Jaemin udah dateng?" suaranya emang pelan banget. tapi gue masih tau apa yang dia bilang.

"bang Jaehyun lagi jemput Jaemin sekarang. tunggu yah."

Jaemin ngangguk lemah. entah apa masalah mereka di masa lalu, seserius apapun mereka berantem di masa lalu, mereka tetap saling membutuhkan. hati mereka tetap milih jadi sahabat dalam kondisi apapun.

mama Lee masih nangis sesekali. beliau yang paling terpukul disini ngeliat kondisi Mark. anak laki-lakinya yang biasanya gagah, selalu tertawa karena hal kecil, ramah pada semuanya, sekarang terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya.

mungkin sekitar satu jam setelah Mark nanyain Jaemin, pintu ruangan terbuka dan muncullah orang yang dicari oleh Mark. dia bertukar kabar dengan orang tua Mark ala kadarnya dan ngangguk ke gue sambil senyum. gue yang paham langsung mundur dari dekatnya Mark dan mengajak semuanya keluar dari ruangan ini. mereka perlu bicara berdua sekarang.


















flashback

"Jaey, bisa minta tolong." kata Mark ke Jaeyeon.

Jaeyeon yang lagi makan jeruk agak kaget. "apa?"

"bisa ambilin air putih? kayaknya habis deh."

"oke aku beliin botolan aja gimana?"

Mark ngangguk dan ngebiarin Jaeyeon keluar dari kamar Jaemin sampai benar-benar menutup pintu. karena ada pembicaraan penting yang bakal dia bahas dengan Jaemin.

"air masih dikit tuh," ujar Jaemin melirik air minum yang ada di dekatnya.

"gue mau ngomong serius ke elo." kata Mark, nadanya tiba-tiba menjadi serius.

THE LAST | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang