Part 2

588 83 19
                                    

Merenung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Merenung. Iqbaal menatap kosong cahaya yang mulai menyembul sedikit dari ufuk Timur. Ini sudah hampir pagi, Iqbaal masih berada dimobilnya dengan seorang wanita yang masih lelap.

Menghembuskan nafas berat Iqbaal menunduk menyandarkan kepalanya yang pening pada stir. Ia sangat amat merasa bersalah saat melihat wajah polos itu. Apa yang telah ia lakukan pada wanita itu tuhan?

Siapa sebenarnya wanita itu? Jika wanita malam, kenapa ia masih virgin? Jika bukan, kenapa ia berada di sebuah Club tadi malam? Dan siapa yang memberinya obat persangsang? Iqbaal yakin wanita itu pasti semula dijebak hendak dimanfaatkan. Brengsek sekali orang yang telah memanfaatkan wanita lugu itu, tapi... Ia yang lebih brengsek karena merenggut kesucian wanita itu.

Iqbaal menggeram memukul stir cukup keras. Ia sangat marah pada dirinya sendiri. Ia tak bisa menjaga seorang wanita, bagaimana jika hal ini terjadi pada keluarganya? Bagaimana jika kakak, adik, atau saudara nya yang lain berada diposisi wanita itu? Iqbaal sangat buruk sekali.

Ternyata orang-orang salah menilai Iqbaal selama ini, Iqbaal tak sebaik yang terlihat, ia sudah mengecewakan banyak orang.

Bunda..

Ayah..

Teteh..

Disa...

Nama-nama itu terus berdatangan dikepala Iqbaal, bagaimana ekspresi mereka saat mengetahui perbuatan Iqbaal? Iqbaal tidak bisa membayangkan wajah-wajah bahagia itu berganti dengan kekecewaan saat melihatnya.

"Eughh.."

Mendengar lenguhan disebelahnya Iqbaal menghentikan fikirannya yang masih berkecamuk dengan menatap wanita mulai mengerjapkan matanya.

***

Terkejut. Tentu saja. Itu yang dialami (Namakamu) saat pertama kali membuka mata dan melihat seorang Pria bertelanjang dada tengah menatapnya instens. Ia berteriak meluapkan keterkejutannya. Namun belum usai, ia kembali dibuat terbelalak saat dirinya sendiri justru lebih naked dari Pria itu.

Marah. Itu yang pertama kali dirasakannya saat menatap mata Pria yang sudah merenggut sesuatu dari dirinya, sesuatu yang begitu ia jaga selama ini. Terus berontak dan berteriak, (Namakamu) tidak memperdulikan selimut ditubuhnya yang merosot, ia begitu histeris.

Iqbaal sendiri hanya diam dengan berusaha menutupi tubuh (Namakamu) dengan selimut yang ia ambil dari belakang mobil, kebiasaan Disa, Adiknya yang selalu ingin memakai selimut didalam mobil yang ber-AC. Iqbaal terus memegangi selimut itu agar tidak merosot dan membiarkan wanita itu terus memukul tubuhnya. Iqbaal pantas mendapatkan ini. Bahkan kalo bisa lebih. Ia hanya laki-laki bajingan sekarang, yang telah memanfaatkan ketidak-sadaran wanita hanya untuk memuaskan nafsunya.

(Namakamu) menyerah, ia lelah hingga memilih menghentikan aksinya. Namun tangisnya semakin keras saat ia tak bisa mengembalikan sesuatu yang hilang. Ia tak berdaya.

Iqbaal menarik kembali tangannya saat (Namakamu) menepisnya. Ia lalu mengambil kemejanya dan gaun (Namakamu) yang terjatuh dibawah. Memberikan terlebih dahulu pakaian wanita itu dengan hati-hati, lalu memakai kembali kemeja formal nya, kemeja yang semula diolok-olokan teman-temannya, mereka bilang Iqbaal terlalu berlebihan dan kaku sampai ke Club saja memakai pakaian formal.

"Saya akan tanggung jawab."

Suara Iqbaal menghentikan kebisuan setelah sekian lama. Pria itu bertekad kepada dirinya sendiri untuk bertanggung jawab pada apa yang sudah ia perbuat, sudah seharusnya.

(Namakamu), wanita itu sudah lebih tenang, bahkan ia sudah memakai gaunnya kembali. Berdecih, (Namakamu) menganggap remeh pria disebelahnya itu. "Tidak usah."

Iqbaal menoleh tak percaya. Apa katanya tadi? Oh, ayolah Iqbaal takut hanya berhalusinasi. "Maksudmu?"

"Lupakan saja apa yang sudah terjadi.
Anggap kita tidak pernah bertemu. Dan jangan pernah ada dihadapanku lagi."

Semudah itu? Apa wanita itu sudah frustrasi, atau gila?

***

Sebuah mobil berhenti didepan kediaman keluarga Sanjaya. Iqbaal telah menang saat bersikeras mengantarkan gadis... Well, wanita itu pulang. Iqbaal keluar terlebih dahulu dari mobil, membukakan pintu untuk seorang wanita yang bahkan saat bergerak saja meringis setelah selaput dara nya dirobek Iqbaal tadi malam. Ayolah, Iqbaal semakin merasa bersalah dan ia akan tetap menyebut dirinya brengsek jika tidak bertanggung jawab dan menyetujui ucapan wanita itu tadi.

"Ku Bantu," Tawar Iqbaal berusaha meraih tangan (Namakamu) namun wanita itu menepisnya.

"Tidak usah. Cepat pergi sebelum ada yang melihatmu."

Iqbaal tetap diam. Ia tak ingin menyandang Pria brengsek setelah ini. Apapun resiko nya Iqbaal harus tetap berani dan gentleman.

"Eh! Berhenti, mau kemana kamu!" Pekik (Namakamu) saat Iqbaal malah melangkah menuju pintu utama rumahnya. Tidak, jangan sampai.

Meski masih tertatih-tatih (Namakamu) tetap mengejar Iqbaal. Terlambat, Pria itu sudah terlebih dahulu memencet bel dan saat ia sudah disebelah Iqbaal pintu terbuka menampilkan sosok yang sangat ia takuti akan kemarahannya.

"(Namakamu), kenapa baru pulang?" Tanya Pria paruh baya itu tegas.

Iqbaal sedikit goyah saat melihat wajah yang ia yakini ayah dari (Namakamu). Tapi ia harus tetap mengakui perbuatannya 'kan?

"Nggg.. Anu Pa, eum... (Namakamu) -"

"Eh? (Namakamu)!" Pekikan dari Mama (Namakamu) yang melihat anak gadis nya sudah pulang terlihat lega melihat (Namakamu) yang baik-baik saja.

"Udah pulang kan Ma!" Ujar salah seorang Pria yang ikut menghampiri mereka, dia Erick, Kakak (Namakamu)

Mampus. Semuanya ada dirumah dan (Namakamu) harap Iqbaal tidak mengatakan sesuatu yang akan membahayakan mereka berdua.

Ya, harusnya (Namakamu) tau pengharapan nya tak pernah terwujud. Bagai pergerakan yang menggetarkan lempengan bumi kalimat yang dilontarkan Iqbaal seolah mampu membuat (Namakamu) mati berdiri.

"Maaf Om. Kedatangan saya kesini ingin bertanggung jawab. Saya telah mengambil kesucian putri Om."


-------------------

Ngeri kena tebas ga si bay?

HAL HEBAT [𝐈𝐃𝐑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang