Part 3

359 53 1
                                    

Braakkk!

Untuk yang kesekian kalinya Iqbaal terkapar dengan tubuh yang sudah lemas, wajah nya penuh babak belur, ia hanya bisa pasrah tak ingin membalas sedikit pun pukulan demi pukulan yang dilayangkan Rijal sanjaya padanya. Iqbaal sangat faham bagaimana kemarahan Pria paruh baya itu padanya, ia salah, telah menghancurkan masadepan seorang gadis yang dijaga dengan sangat baik oleh seorang Ayah.

Srakkk!

Iqbaal merintih tertahan saat Rijal menarik kerah kemejanya kuat, ia telah membiarkan Rijal menghajarnya habis-habisan hingga tubuhnya terasa lemas.

"Siapa keluargamu?" Suara Berat itu mulai kembali terdengar dengan kemarahan yang tak redam sedikitpun

"Hery, Hery hernawa- ash!"

"SIAL!" Rutukan Rijal begitu telak setelah melempar kembali Iqbaal begitu saja kelantai

Pria paruh baya itu memijat ujung dahinya yang berdenyut, ia merasa telah dikhianati hingga harga dirinya terasa diinjak-injak.

"Erick?"

"Ya, Pa?" Erick, kakak (Namakamu) yang sedari tadi menahan diri untuk tidak ikut memukul Iqbaal pun langsung menghampiri sang Ayah. Ia melirik sekilas Iqbaal yg masih terkapar dengan memegangi perut.

"Bawa dia!" Tukas Rijal lalu terlebih dahulu berjalan keluar menuju mobilnya.

Erick mengerti, ia kembali menatap Iqbaal lalu menarik kerah kemeja Iqbaal hingga pria itu bangkit terpaksa, tanpa belas kasih Erick menyeret Iqbaal menuju mobil meski sesekali Iqbaal terjatuh karena tak dapat menahan bobot tubuhnya sendiri.

"Pelan-pelan Bang," Ringis Iqbaal

"Bacot!" Desis Erick

Meski sudah babak belur dan seluruh tubuhnya terasa sakit, Iqbaal tak pernah menyesali pengakuannya.

Kesalahan tetap Salah.

***

Ting nong! Ting nong!

Rike, Wanita berhijab itu buru-buru menuruni tangga karena bel rumah mereka terus berbunyi, bahkan terdengar gedoran dipintu beberapa kali. Dalam hati Rike, siapa orang yang bertamu pagi-pagi, bahkan dengan tidak sabaran.

"Ya, sebentar!" Ujar Rike sesaat sebelum memutar kunci pintu utama, lalu memutar knop-nya.

"AAAAAAKHH!"

Teriakan Rike begitu keras menggema hingga membuat orang-orang yang ada dirumah itu berhamburan menghampiri sang Nyonya rumah.

"Ya Allah, Iqbaal!" Pekik Fildza Anak sulung Rike,

"Aa!" Disa, Putri bungsu Rike berlari saat melihat Iqbaal terkapar didepan pintu

Terakhir Heri, Tuan rumah itu berjalan tergesa kearah anak-anak dan istrinya yang tengah berebut membangunkan Iqbaal yang sudah setengah sadar.

"Rijal! Ada apa ini?" Ujar Heri kebingungan

Rijal terkekeh sinis, Pria itu lalu menunjuk Iqbaal, mengeluarkan semua kalimat penuh makian, kekecewaan, bahkan amarah yang tak redam.

"Jadi itu, Anak yang kamu bangga-banggakan didepan semua orang? Cih, dia bahkan lebih buruk dari tumpukan sampah Heri!"

"Jaga bicara kamu Ya!" Tukas Heri setelah mengambil ancang-ancang akan memukul dengan menarik kerah baju Rijal.

Rijal dan Heri, adalah Rekan bisnis yang dekat, bahkan sangat, mereka tak hanya membicarakan soal pekerjaan saja setiap kali bertemu, tapi juga keluarga masing-masing yang sama-sama selalu mereka banggakan. Dan sekarang, rasanya mereka seperti sama-sama meludah diatas wajah masing-masing.

"Putramu itu telah menodai putriku Heri!!! Tabiat buruk apa yang kamu turunkan pada Putramu itu, aku bahkan malu melihatnya!"

"Tidak mungkin!" Tukas Heri sangat membantah ucapan Rijal, Iqbaal adalah Putranya yang akan selalu membanggakan, tidak mungkin ia bisa percaya begitu saja.

"Ini hanya Fitnah, tidak mungkin putraku yang melakukannya, apa bukti yang kamu punya hingga menuduh putraku seperti itu Rijal?!"

Lagi-lagi Rijal berdecih, "Putramu sendiri yang mengakuinya dihadapanku!" Kata Rijal penuh penekanan

Mendengar Ucapan Rijal yang penuh keyakinan, Heri berbalik menatap Iqbaal yang masih meringis dibawah. Ia menatap putranya itu menunggu Iqbaal mengatakan Tidak. Ucapan Rijal pasti tidak ada yang benar, Putranya itu sangat yang terbaik.

"Iqbaal-"

"Maaf Ayah.. Itu benar, Iqbaal yang telah melakukannya,"

"IQBAAL!"

"KAMU BENAR-BENAR-Akh!"

"AYAH!!!" Pekik kedua putri Heri dan Rike, langsung menghampiri Heri yang hampir tumbang sembari memegang bagian Dada.

Merasa jantungnya tidak sesakit tadi, Heri melepas rangkulan Anak-anak dan istrinya, Pria itu berjalan kearah Iqbaal, mereka semua mewanti-wanti agar Heri tak meluapkan kemarahannya.

"Katakan Bohong! Kamu tidak mungkin mengecewakan Ayah Iqbaal," Tukas Heri masih berharap ini semua hanya mimpinya

Iqbaal meringsit ke kaki Heri, gumaman maaf terdengar membuat Heri menghela nafas berat. Ini benar-benar hantaman telak di dadanya.

Iqbaal betul-betul telah mengecewakannya.

Kalut, Heri mengangkat satu kursi di sebelahnya, ia menghantamkan kursi itu pada Iqbaal hingga mengundang teriakan histeris dari seisi rumah.

Iqbaal hanya bisa meringis sebelum kesadarannya benar-benar hilang.

Kenyataan-tak ayalnya seperti mimpi buruk.

***

"(Namakamu), you Okay? Everything's fine, right? Cerita sama gue (Namakamu)," Caitline, Gadis itu langsung menuju rumah (Namakamu) saat mendapat telpon dari Elma, Mama (Namakamu).

Tak menjawab (Namakamu) malah menyandarkan kepalanya, Caitline yang mengerti langsung merengkuh temannya itu dan mengusap-usap rambut lurus (Namakamu)

"It's Okay (Namakamu), lo tenang ya, semuanya pasti bakal baik-baik aja."

"Gue nggak ngerti Cait, kenapa gue ngelakuin hal kotor itu, gue bego banget, sumpah."

"Shut! Lo nggak boleh ngomong gitu. Gue yakin Nichol pasti tanggung jawab kok,"

(Namakamu) menarik dirinya dari pelukan Caitline, ia menatap Caitline mengintimidasi.

"Kok jadi Nichol sih?" Tukas (Namakamu) bingung juga penuh kecurigaan.

Caitline yang sama-sama bingung pun hanya mampu terdiam dengan kalimat yang menggantung di ujung lidah. Memang Nichol kan, yang melakukan hal kotor itu bersama (Namakamu)?

Ceklek!

"(Namakamu), Pria itu, Iqbaal. Dibawa kerumah sakit!" Ujar Elma setelah membuka pintu kamar (Namakamu)

Caitline semakin heran hingga keningnya berkerut. "Iqbaal?" Gumam Caitline, 'Bukan Nichol? Mati gue!'

--------------

Tobat skrg cait, sblm nyawa berada di kerongkongan:v


HAL HEBAT [𝐈𝐃𝐑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang