بسم الله الرحمن الرحيم
Di antara bisikan angin senja, langkahku melangkah sunyi di jalan yang tak berpeta. Wajahnya seteduh lautan samudera biru, membentang dalam pandanganku. Nayanikamu yang bagaikan embun pagi, menyiratkan kesegaran yang selalu kurindukan. Namun bagiku, engkau laksana arunika diujung cakrawala, indah tak terjamah. Lengkung bibirmu, dayita, bagai bunga yang mekar di taman Amerta, harum tetapi tak tersentuh oleh daksa ku. Renjana hati ini membuncah, namun apa daya, engkau bukanlah milikku dalam asmaraloka yang kurangkai dalam angan.
By: AlfiRH.__________________________________________________
Alnaira Syahla Salsabila Ameer, remaja berusia 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA Nusa Bangsa, tepatnya di kelas Xl MIPA 1. Gadis yang memiliki wajah cantik nan manis itu, tengah memakai kembali sepatu sekolahnya, setelah selesai menunaikan shalat dhuha di mushola sekolah.
"Assalamu'alaikum, Naira! " pekik seorang gadis yang memakai seragam yang sama dengan Naira itu dengan berkacak pinggang. Ia berjalan dengan tergesa menuju sahabatnya, Naira.
Sedangkan Naira yang di panggil pun mendongak menatap sahabatnya, yang sekarang tepat berada di depannya. "Wa'alaikumsalam, ck. Kenapa harus teriak-teriak sih, wa?!"Sedangkan gadis yang tengah berdiri itu hanya menyengir. "Kamu sih, lama banget di tungguin." jawab Najwa dengan bibir yang sudah mengerucut.
"Ya, namanya juga shalat, masa iya cepet-cepetan sih?" balas Naira yang kini sudah berdiri di depan Najwa, setelah selesai mengenakan sepatunya kembali. Ia sedikit membenarkan letak jilbabnya, Najwa memang sedang berhalangan, sehingga tak bisa menunaikan ibadah tersebut. Namanya juga cewek!
"Iya Ustadzah! Dah yuk, aku udah laper. Nunggu kamu dari tadi ga selesai-selesai." tanpa menunggu persetujuan Naira, gadis itu sudah seenaknya menyeret pergelangan tangan Naira dengan tergesa. Ck, sangat tidak sabaran sekali.
"Pelan-pelan dong, wa! Kamu kayak orang nggak pernah makan aja!" gerutu Naira yang sekarang menahan kekesalannya karena tangannya terus ditarik dengan kasar. Astaghfirullah, padahal cewek.
Sebenarnya, sekarang bukanlah jam istirahat, tetapi karena para guru sedang ada rapat, jadi semua kelas kosong, alhasil semua siswa jadi keluyuran ada dimana-mana. Sesampainya di area kantin, keduanya langsung mencari tempat yang kosong, dan Alhamdulillah masih tersisa satu meja yang kosong, di pojok sebelah kanan. Tanpa babibu, Najwa segera menarik pergelangan Naira lagi untuk menuju kearah meja tersebut. Sedangkan Naira sudah pasrah, toh percuma berdebat dengan singa yang sedang kelaparan.
"Aku pesen makan dulu ya Ra, kamu tunggu sini. Kamu mau nitip apa?"
"Jus jeruk aja Wa, aku belum laper." Najwa hanya mengangguk, kemudian mulai masuk kedalam kerumunan para siswa yang juga sedang mengantre untuk mendapatkan pesanan mereka.
Setelah beberapa menit menunggu, Naira melihat Najwa yang membawa nampan di tangannya, sedang berjalan menuju kearahnya.
"Gila, ini kantin rame banget. Gabisa nafas tau gak!" baru saja duduk, Najwa sudah mengomel tidak jelas, sedangkan Naira hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Najwa.
Setelah itu, tidak ada obrolan yang keluar dari mulut mereka berdua. Hingga Najwa yang sudah menyelesaikan memakan bakso yang ia beli tadi, pun membuka suara.
"Em, Ra. Kita disini dulu ya? Males mau balik ke kelas. Toh, hari ini juga mungkin bakalan jamkos semua deh." jam masuk memang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berku.
Teen Fiction11 Tahun yang lalu... "Kakak kok kaku banget bicara sama Naira? Kakak nggak suka ya, sama Naira?" tanya Naira dengan sendu. Ia memang gadis kecil yang cerewet. Karena Itulah Kafka, abangnya selalu bilang suaranya mirip penjual jamu keliling. "Gak...