Semesta, mengapa masih ada rasa yang tersisa?
By:Alfi RH
______________________________________بسم الله الرحمن الرحيم ...
"Arka, kamu bawa mobil sendiri ya? Ayah sama Bunda berangkat duluan soalnya, Ayah juga kebetulan ada ketemu client disana, gakpapa kan?" ucap Abimana, Ayah Arka.
"Loh, kenapa gak bareng aja Yah?" tanya Arka dengan bingung.
"Adik kamu belum pulang, Ka. Masih ada bimbel katanya, kamu tunggu dia pulang, terus nanti berangkat berdua," jelas Abimana.
"Oh, gitu. Yaudah iya gakpapa, Ayah sama Bunda berangkat duluan aja."
"Beneran? Kamu inget jalannya kan? Kita nanti nginepnya di villa Ayah loh, nak. Kamu inget jalannya kan?" Nasya, Sang Bunda kini angkat bicara, pasalnya mereka sudah lama tidak ke villa itu.
"InsyaAllah Arka masih inget kok Bun," ucapnya dengan senyum, menatap Sang Bunda dengan yakin.
"Yaudah kalau kamu yakin, Bunda sama Ayah berangkat ya, Assalamu'alaikum." Nasya menyodorkan tangannya di depan Sang anak, dan di sambut dengan kecupan di punggung tangannya.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullah. Iya, hati-hati," balas Arka. Setelahnya, ia kembali masuk ke dalam rumah, ia duduk di sofa ruang tamu sambil membaca buku sembari menunggu adiknya pulang.
Tak berselang lama, suara yang sangat ia kenali terdengar dari balik pintu, sosok itu masuk dengan senyum indah yang menghiasi wajah cantiknya, lengkap dengan seragam SMP yang masih melekat pada tubuhnya. Ialah Raisya Zahwa Nasution, adik dari Arka. Gadis yang kerap disapa Raisya itu masih menduduki bangku SMP kelas sembilan, dan tahun ini ia akan segera lulus, itulah sebabnya ia kerap kali disibukkan dengan segala macam bimbel tambahan.
"Assalamu'alaikum," ucapnya dengan ceria, kemudian menuju sofa dimana Sang Abang ada disana.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullah." Arka segera menutup buku yang ia baca, kemudian beralih menatap Sang adik yang sudah berdiri di depannya sambil menyodorkan tangannya, salim.
"Kok sore banget? Gak keluyuran ke mana-mana kan?" tanya nya dengan tatapan datar andalannya.
"Bimbel Abang, enak aja nuduh yang enggak-enggak," Raisya mencebik, Abangnya ini memang menyebalkan.
"Nanya sama nuduh itu beda, Sya." jawabnya, kemudian berdiri.
"Tapi tadi tuh Abang--"
"Udah, mending sekarang kamu mandi, terus siap-siap, kita berangkat ke Jogja." ucapnya memotong perkataan Adiknya, kemudian mendorong pelan tubuh Sang adik agar segera naik ke kamarnya.
"Eh eh, ih! Gini amat punya Abang!" dumelnya kemudian menaiki tangga menuju kamarnya.
Sedangkan Arka, ia kembali duduk di sofa, dan melanjutkan membaca bukunya yang tadi.
***
Di lain tempat, tepatnya di kediaman tantenya, keluarga besar Naira sedang berkumpul sekarang. Benar, anak tante nya Naira yang merupakan dosen di sebuah Universitas Jogja itu akan menikah lusa, dengan seorang pengusaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berku.
Novela Juvenil11 Tahun yang lalu... "Kakak kok kaku banget bicara sama Naira? Kakak nggak suka ya, sama Naira?" tanya Naira dengan sendu. Ia memang gadis kecil yang cerewet. Karena Itulah Kafka, abangnya selalu bilang suaranya mirip penjual jamu keliling. "Gak...