1 · Bad Bitch

158K 14.8K 1K
                                    

VOTE DAN SPAM KOMENTAR YA

𝒽ℯ𝓎 𝓈𝒽𝒶𝓌𝓉𝓎

“Dara Shefania.”

Dara memasang wajah datar, tampak tenang karena sudah yakin tidak ada masalah dalam kehadirannya di sekolah. Guru yang satu itu memang selalu menyebutkan data absensi setiap akhir bulan, dan Dara sudah tahu bahwa dia tidak akan punya satu pun absen, sakit, atau izin. Dara selalu hadir di sekolah apa pun keadaannya, walaupun hujan badai, dia tetap hadir.

“Kamu absen satu kali di mata pelajaran saya, minggu ke dua bulan ini.”

Dara melotot, tangannya yang semula terlipat di dada, jadi mendorong tubuhnya untuk berdiri, bertumpu pada meja. “Kok bisa, Miss?” tanya cewek rambut sebahu itu kaget. “Saya hadir terus, kok!”

Wanita muda itu menurunkan kacamata di hidung mancungnya, menatap Dara tak kalah datar. “Saya nggak tahu, Dara. Kamu absen di hari itu, dan saya nggak mungkin salah,” ucapnya tenang, tapi menusuk.

Tidak terima karena yakin tak pernah absen, Dara berdiri tegak dan melipat tangan di dada. Kelas hening dan suasana jadi mencekam. Dara yang bersidekap sambil berdiri dengan tatapan menghunus itu adalah Dara si monster rubah betina. Sudut bibir yang agak melengkung ke bawah, hidung mancung, alis agak menjorok ke dalam, dan matanya yang sayu. Dara terkenal ketus dan sombong.

Miss Nova bisa tanya sama setiap murid yang punya mata di kelas ini. Saya selalu hadir di sekolah, meskipun saya sakit.” Kalimat Dara meruncing, ujungnya seperti mata pisau yang baru diasah. Menusuk tepat sasaran. “Sebutin tanggal berapa saya absen,” lanjutnya dingin.

Miss Nova berdehem, masih tidak ingin kalah. “Tujuh, tanggal tujuh,” kata Miss Nova tenang dan meyakinkan.

Dara mendengkus. “Oke, saya terlambat tanggal tujuh. Di luar hujan deras, meskipun seragam saya setengah basah, saya tetep masuk sebelum pukul sembilan. Jadi saya rasa, Miss nggak bisa seenaknya bikin saya absen di mata pelajaran Miss Nova.” Dara menjelaskan rinci, sebenarnya sudah ingin menyerang wanita itu, tapi berhubung Dara sangat menghormati guru maka dia menahan diri.

Dara ingat jelas kapan saja dia terlambat masuk kelas karena hujan yang sialannya sedang dalam curah tinggi bulan ini. Sekolah menentukan absen untuk murid yang masuk sekolah lewat dari pukul sembilan, dan saat itu Dara masuk pukul delapan lebih lima puluh menit. Dara Shefania menjunjung pendidikan di atas segalanya, dan absen ke sekolah adalah hal yang tidak mungkin dia lakukan.

“Saya tetap nggak akan ngubah ini, Dara. Yang saya tahu, kamu terlambat, dan absensi ini akan segera saya kumpulkan ke guru piket.”

Sialan, pikir Dara kesal. Cewek cantik bertampang bringas itu sudah membuka mulut hendak protes. Dara ingin tanda A itu diubah jadi check list yang artinya Dara hadir di sekolah hari itu, tanggal tujuh, pukul delapan lebih lima puluh menit.

“Dara, udahlah,” celetuk Tian memotong kalimat tajam yang hampir Dara keluarkan lagi.

Kali ini Dara benar-benar diam, cewek itu mengetatkan rahang, meredam kalimatnya yang sudah di ujung bibir. Dara tidak suka dilarang dan diberi peraturan, tapi selagi ini demi nilai dan pendidikan, sekolah dan prestasi, harga diri dan nama baik, Dara mengalah. Cewek itu mengalahkan egonya. Dara duduk setelah mendengkus kasar.

Zulhetian De Rijcke menepuk-nepuk bahu Dara dari belakang, menyalurkan kesabaran pada cewek jangkung itu. Dara mendesah pelan, kalau Tian tidak memperingati cewek itu tadi, Dara pasti akan diberi nilai sikap yang lebih jelek lagi. Semester lalu, Dara mendapat nilai C untuk sikapnya, nilai itu dari Miss Nova sementara dengan guru lain Dara baik-baik saja. Dara kesal, merasa tidak pernah membuat masalah apa pun, merasa tidak pernah memaki siapa pun saat mata pelajaran berlangsung di kelas.

A-String [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang