6 · Don't Wanna Fall in Love

99.4K 12.8K 1.7K
                                    

VOTE DAN SPAM KOMENTAR

𝒽ℯ𝓎 𝓈𝒽𝒶𝓌𝓉𝓎

Andreas melanggar ucapannya untuk tidak menggangu Dara. Itu adalah alasan paling tepat bagi Dara untuk mengikuti Annastasia lagi. Dia bahkan sudah mengamati cara berpakaian anak-anak Phoenix.

Dara memakai t-shirt yang sobek di beberapa bagian, melapisinya dengan jaket kulit hitam, celana ripped jeans biru muda, serta sepatu putih. Sudah mempersiapkan taksi, Dara tinggal diam-diam mengikuti motor yang menjemput Annastasia seperti saat itu.

Jalanan malam ini sedikit berisi, mungkin karena sedang malam minggu, jadi banyak pasangan yang mencari tempat sepi untuk melakukan sesuatu.

Dua kali Dara tersesat dan berujung di lorong gelap ketika ingin mengikuti Annastasia ke rooftop, cewek kurus ringkih itu menghilang cepat sekali. Entah karena di sana gelap, atau karena memang ada jalan tikus sampai Annastasia bisa hilang dalam waktu singkat.

Dara pikir dirinya tersesat lagi, tapi dia menemukan pintu bercahaya. Ada cahaya yang tampak dari celah pintu, Dara mendorong pintu perlahan dan memastikan tidak ada sedikit pun bunyi.

Cewek itu membelalak ketika yang dia dapat adalah sepasang remaja. Ruangan itu merupakan dapur yang masih bagus, terlihat seperti dapur biasa. Ada Annastasia di sana sedang mendekat ke arah seorang cowok, Annastasia tampak tersenyum agak menggoda.

Dara tidak ingin tahu apa yang terjadi ketika adiknya itu mendekatkan wajah pada Andreas yang bersandar di meja pantry. Buru-buru Dara menghindari tempat itu, dan dia justru berakhir di lantai dasar.

“Ah, sial. Harusnya gue ke atas,” gerutu Dara. Dia melihat sesuatu yang memantulkan cahaya bulan, itu adalah kolam renang dengan air yang sangat kotor.

“Ngapain lo?”

Suara itu membuat Dara terlonjak dan hampir jatuh ke dalam kolam, tapi orang yang memergoki Dara segera menarik cewek itu. Mereka berakhir jatuh di lantai dengan Dara di atas cowok itu.

Seketika Dara terbelalak saat matanya menangkap wajah Tian. Cewek itu duduk, dan masih melotot. “Lo anggota geng ini juga?” tanya Dara kaget.

Tapi Tian menutup mulut Dara dengan telapak tangan, cowok itu segera menarik Dara untuk berdiri, kemudian mengendap-endap membawa cewek itu ke bawah tangga. “Ngapain lo di sini?” Tian berbisik.

Dara tidak mengindahkan pertanyaan Tian. “Lo nyusup, ya?” Cewek itu jadi ikutan berbisik. “Apa yang lo cari di sini?”

“Sejak kapan lo ikut geng beginian?”

Mereka hanya saling melempar pertanyaan, dan tidak ada yang berniat memberi jawaban lebih dulu. Sampai akhirnya Dara menghela napas kesal. “Gue ngikutin Anna,” ujarnya. “Lo? Mata-mata?” tanya Dara kemudian. Dia menyipit curiga.

Tian menggerakkan telunjuk ke depan bibir ketika mendengar suara langkah, mereka jadi sama-sama diam menunggu langkah dan suara-suara cowok itu pergi. Kemudian Tian menatap Dara lagi. “Lo harus pulang. Kalo sampe ketahuan, lo bakal abis tau nggak,” ucapnya penuh penekanan.

“Lo sendiri? Lo jelas-jelas penyusup, lo yang bakal abis!” Dara jadi menebak-nebak, bahwa Tian mungkin salah satu anggota Black Panther dan sedang ditugaskan untuk memata-matai. Lagi pula, informasi apa yang ingin mereka curi?

Cowok itu berdecak. “Lo ke sini naik taksi?” Tian melihat ke belakang, kanan dan kiri, memastikan tidak ada siapa-siapa. Cowok itu memegangi lengan Dara. “Dara, lo harus pulang. Di sini nggak baik buat anak ambis kayak lo.”

A-String [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang