4 · Caught Up

104K 14.3K 1.8K
                                    

VOTE DAN KOMENTAR YA

𝒽ℯ𝓎 𝓈𝒽𝒶𝓌𝓉𝓎

Tidak sengaja Dara melihat Annastasia ke luar rumah dengan gerak-gerik mencurigakan. Sudah pukul sembilan malam dan Ibu pasti sudah tidur, jadi Dara memutuskan untuk mengikuti Annastasia. Menguntit sebenarnya bukan keahlian Dara, tapi dia cukup baik dalam hal itu sampai-sampai Annastasia tidak sadar sedang diikuti. Mereka berakhir di jalan raya, ada motor hitam yang menjemput Annastasia dan Dara kelabakan, buru-buru mencari taksi untuk mengikuti cewek itu.

Sopir taksi terus mengikuti motor hitam tadi sampai meninggalkan cahaya jalanan raya, memasuki jalanan yang lebih sepi dengan banyak gedung. Dara diam-diam meneguk ludah, untuk apa pun yang akan dilihatnya nanti, Dara tahu dia pasti akan menyesal.

Dibawa rasa penasaran Dara sampai pada sebuah gedung empat lantai yang pembangunannya tidak dilanjutkan. Taksi pergi, Dara memasuki gerbang yang dilintasi motor hitam tadi. Entah kenapa, tapi cewek itu merasa sedang diawasi. Bagian samping gedung itu terlihat seperti pemakaman, meskipun sebenarnya hanya batu-batu yang terletak secara acak. Dara menelan ludah ketika melihat deretan motor ninja hitam di area luas di dekat kolam renang.

Dara pasti sudah gila, tapi kalaupun dia tersesat, setidaknya Dara masih memegang ponsel untuk menelepon bantuan. Cewek itu berdiri kebingungan di depan pintu kaca yang tertutup, tapi kacanya pecah dan Dara yakin orang-orang masuk lewat lubang di kaca itu. Dengan susah payah Dara masuk dan menghindari kaca-kaca tajam yang mungkin saja bisa merobek kulitnya, cewek itu tidak tahu harus melangkah ke lorong dan tangga yang mana.

Setelah dilihat dari dalam begini, Dara yakin gedung empat tingkat ini adalah sebuah hotel tua. Banyak sofa-sofa yang sudah rusak di bawah tangga, dan di sana sangat kotor karena puntung rokok dan pecahan botol kaca. Dara berjalan menunduk, menghindari pecahan-pecahan kaca di lantai, dan ketika langkahnya sampai di tangga teratas, Dara terperanjat hampir jatuh. Sial, Dara tertangkap.

“Lepas!” pekik Dara ketika cowok jangkung yang menemukannya menarik lengan cewek itu.

“Lo udah berani masuk ke sini tanpa izin, jadi jangan pikir lo bisa ke luar dengan selamat,” kata cowok itu kesal.

Dara menelan ludah, lagi-lagi menyesal karena tidak bisa menahan diri. Harusnya dia tidak perlu ikut campur tentang urusan Annastasia. “Gue bakal telfon polisi! Lepasin gue, Bangsat!” Kali ini Dara berteriak kencang.

“Ngelapor ke polisi malah bikin keselamatan lo makin terancam, Bego.” Cowok itu tetap menarik Dara, melewati deretan tangga lain yang gelap.

Sampai Dara melihat cahaya, dan cewek itu yakin mereka sampai ke rooftop. Di sana ramai sekali, Dara terengah-engah, dia melihat Annastasia yang membelalak padanya di antara cewek-cewek  yang jumlahnya lebih sedikit dibanding cowok-cowok di sini. Mereka semua, bertampang menyeramkan.

Dara dibawa melintasi drum berapi, dan yang membuat cewek itu terperanjat setelahnya adalah sesorang di sofa tunggal biru tua. Orang itu bersama dengan dua cewek yang masing-masing duduk di lengan sofa, dan entah yang ke berapa kali untuk hari ini Dara mengumpat kasar dalam hati.

“Ketua, liat siapa yang diem-diem masuk ke sini,” ucap cowok yang menangkap Dara sambil mendorong bahu Dara pelan. “Mungkin salah satu suruhan Black Panther lagi.”

Dua cewek di lengan sofa itu pergi setelah menatap Dara seolah dia menganggu mereka, dan tatapan Dara kembali seutuhnya pada cowok yang dipanggil-panggil sebagai Ketua.

“Cewek ini kayaknya dari sekolah kita juga,” imbuh cowok yang menangkap Dara.

“Lo boleh pergi,” jawab cowok yang disebut Ketua. Cowok itu lalu menatap Dara. “Lo, Dara. Ikut gue.”

A-String [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang