VOTE, DAN SPAM NEXT DI UJUNG 🥰
𝒽ℯ𝓎 𝓈𝒽𝒶𝓌𝓉𝓎
Dara perang dingin dengan Annastasia, tapi Dara tidak peduli soal itu. Dia telanjur risih pada orang-orang yang beberapa kali menatapnya dengan tatapan mengenali. Atau justru yang terang-terangan tersenyum pada Dara.
Tentu saja Dara mengenali beberapa di antara mereka, dan dia yakin mereka adalah anak-anak Phoenix. Dara berusaha terlihat datar saat Mia menatapnya penuh keingintahuan.
“Kenapa, deh?” tanya Mia ingin tahu. “Tumben-tumbenan banget mereka nyapa lo?”
Dara tetap melanjutkan makan siang dengan ekspresi datar, berusaha terlihat tak mencurigakan. “Biarin, aja,” jawab Dara kemudian.
“Nggak, nih, pasti ada sesuatu! Ayo ngaku.” Mia mencondongkan badan ke arah Dara sambil menyipit.
“Gak usah ikut-ikutan repot deh lo,” sergah Dara sebelum Mia jadi semakin curiga padanya. “Diemin, aja, mereka bisa gak?”
“Huh, oke.”
Dara buru-buru menyelesaikan makan siangnya, dan Mia jadi terpaksa ditinggalkan karena Dara berbohong dengan bilang bahwa cewek itu punya urusan penting.
Padahal Dara hanya ingin menghindar, cewek itu merasa hidupnya jadi tidak nyaman dikenali orang-orang itu. Dara ingin dikenali karena prestasi, bukan karena dengan sengaja mengendap-endap di sarang predator dan tertangkap basah.
Seseorang menarik lengan Dara ke lorong toilet yang pendek dan gelap, cewek itu memekik, tapi suaranya bahkan tidak terdengar karena mulut Dara dibungkam. Orang itu mengurung Dara di dinding, kemudian menarik ke belakang penutup kepala dari hoodie hitam yang orang itu gunakan. Dara terbelalak, cewek itu seketika diam dan menganga di beberapa detik awal.
Ketika sadar bahwa dirinya dalam bahaya, Dara berusaha lari dan menerobos lengan Andreas, tapi cowok itu menahan Dara dengan menarik pinggangnya. Sekeras kepala apa pun usaha yang Dara lakukan untuk kabur, Andreas tetap berhasil mengunci cewek itu di dinding.
“Apa mau lo?!” tanya Dara murka.
Andreas meletakkan siku di samping kepala Dara, kemudian mengusap pipi cewek itu dengan punggung jari telunjuk. Dara mendelik, cewek itu melengos kesal.
Sekilas Andreas tersenyum kecil. “Denger,” Andreas berbisik di telinga Dara. Cowok itu bergeser maju sedikit lagi sampai hampir menghimpit Dara. “Jangan dateng ke hotel tua lagi,” peringat cowok itu serius.
Seketika Dara melihat Andreas, memberontak lewat tatapan. Dara tidak suka diberi peraturan apa lagi oleh orang asing seperti Andreas. Cowok itu tidak punya kuasa atas Dara, jadi dia merasa Andreas tidak perlu melarangnya melakukan ini-itu.
“Satu lagi, tutup mulut soal apa pun yang lo tau dan lo liat, termasuk soal gue.” Andreas merunduk, menghirup sekilas aroma manis di sekitar leher Dara. “Kalo lo nurut, lo bakal aman, dan gue gak akan ganggu lo.”
Dara diam, tapi tidak mendengarkan. Cewek itu menatap dagu Andreas lurus-lurus, bibirnya tertekuk dan alis cewek itu semakin menjorok ke dalam. Dara mendengarkan suara napas dan detak jantungnya sendiri, kemudian mulai bertanya-tanya dalam hati apakah dia punya riwayat sakit jantung.
Dara terperanjat ketika punggung jari Andreas menyapu batang hidung cewek itu, kemudian turun perlahan ke bibir dan berhenti di dagu. Dara tidak punya persiapan, jantungnya melonjak-lonjak ketika Andreas menarik bibir cewek itu ke bawah dengan ibu jari.
Yang lebih membuat Dara gila adalah mata Andreas yang mengikuti gerak ibu jarinya sendiri di bibir Dara. Kemudian Andreas menarik dagu cewek itu sampai mulut Dara terbuka, dan Andreas menatap ke dalam sana seperti sedang meneliti sebuah lukisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A-String [OPEN PO]
Romance[COMPLETED] [JUDUL SEBELUMNYA : Hey, Shawty] Pembicaraan tentang Andreas selalu datang dan pergi, tapi keberadaannya masih menjadi misteri. Katanya, Andreas pernah masuk penjara remaja. Kecanduan alkohol, dan terjerat kasus narkoba. Andreas disembun...