s

15 2 2
                                    

Pagi ini Daegu cerah sekali. Hamparan langit berwarna biru dan beberapa gulungan awan putih. Suhu di Daegu cukup dingin. Aku mendengarnya dari radio, bahwa suhu Daegu hari ini 17 derajat celcius.

Aku menaiki bis sambil mengosokkan kedua telapak tanganku agar bisa sedikit menghangat. Aku mengambil duduk di paling belakang walau di depan masih ada beberapa bangku kosong. Aku menarik mantel yang kupakai lebih erat. Hari ini aku lupa membawa sarung tangan, karena kukira tak sedingin ini sebelumnya.

Sesampainya di sekolah, aku langsung menuju koperasi sekolah untuk membeli sepasang sarung tangan.

"Joh-eun achim seonsaengnim." sapaku sembari membungkuk kepada guru yang sedang menata beberapa makanan ringan di rak.

Guru tersebut menoleh, "selamat pagi juga. Ada perlu apa?" tanya beliau.

"Sepasang sarung tangan tebal masih ada, Bu?"

Guru tersebut menggeleng, "banyak sekali murid yang datang pagi-pagi untuk membeli sarung tangan. Dan sekarang sudah habis, Senna. Yang ada hanya syal." jawab guru tersebut.

Aku kembali bungkuk lalu pamit ke kelas, "baik kalau begitu, Bu. Senna pamit kembali ke kelas."

Guru itu hanya mengangguk.

Ah, tidak apa-apa Senna. Seiring berjalannya hari pasti Daegu akan menghangat. Kau tak perlu sepanik ini. Lagipula mungkin suhu di dalam kelas akan lebih hangat.

Aku langsung duduk di tempatku saat sampai di kelas. Aku mengambil buku kemarin yang kubeli, karena belum selesai kubaca. Aku membuka lembar terakhir kali yang aku baca. Sembari menyembunyikan jari jemariku di balik gulungan tebal mantelku.

"Biar aku bantu, En."

***

Soal Yoongi, aku belum meneleponnya lagi setelah semalam. Karena dia belum memberitahuku apakah dia sudah free atau masih ada urusan. Dan aku takut sekali untuk menghubunginya. Nada risihnya kemarin masih terngiang di telingaku.

"Na, lusa aku harus berangkat." Rein angkat bicara saat kami sedang jam istirahat.

"Mau ke mana?"

"Aku mewakili sekolah buat ikut turnamen bulu tangkis di Seoul."

"Berapa lama?"

"Kalau aku bisa bertahan sampai akhir, ya, dua mingguanlah." jawab Rein.

"Lama juga, ya, Re? Ah, aku jadi tidak punya teman makan siang."

Rein menyenggol lenganku, "tidak usah sedih. Nantiku suruh Jimin menemanimu."

Aku menatapnya penuh selidik, "jadi kalian berdua sudah baikan?"

Rein membuang muka sedikit malu-malu kucing, "ih enggak, kata siapa, Senna!" tepisnya.

Aku hanya tertawa saat melihat Rein malu-malu seperti tadi, "nanti kalau sudah taken jangan lupa pajak jadiannya, ya?"

"Pajak jadianmu dan Yoongi saja belum?! Hayo mana? Katamu waktu itu akan menraktirku?" Rein justru menagih pajak jadianku dengan Yoongi yang lupa takku penuhi pada Rein.

Aku hanya nyengir, "nanti deh, Re. Sehabis kamu turnamen. Okay?"

"Janji tapi, ya, Na? Aku cuma ingin dibelikan tteokpokki, dua porsi!"

[𝗠𝗬𝗚] RhapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang