2. Mr. Bear

23 1 0
                                    

Tujuh tahun sebelumnya.....

"JANGAN. Gue minta maaf kalau gue ada salah. Tapi gue mohon jangan." pinta seorang pria memelas. "Lo temen gue, kan? Kita masih temenan, kan?"

"Lo serius minta gue berhenti? Sorry to say, tapi dalam hal ini pertemanan enggak berlaku."

"AAAAA. Sialan lo, bidak gue bentar lagi finis malah diinjak. Gak punya hati." sungut pemuda yang sama dengan mata menatap nanar layar ponsel yang tergeletak di atas meja.

"Kita cuma main ludo, jangan mulai drama, deh."

Dengan ponsel di tengah meja yang dikelilingi empat pria. Abi, salah satu pria yang ada di sana menggeleng dan menggerutu tak habis pikir akan aksi para sahabatnya. Seolah ketiga pria itu memang sedang melakukan konspirasi bersama hingga kini ketiganya tengah puas tertawa di atas penderitaannya.

"Giliran Teddy ya, Vin?" pria bernama Teddy mengkonfirmasi gilirannya.

"Ho'oh, jalan gih."

Mendapat persetujuan Teddy menekan satu kali ikon dadu dan melajukan bidaknya sesuai angka yang didapat. Tiga pemuda itu asik dengan permainan tersebut hingga tak memedulikan suasana sekitar kantin yang mulai riuh terisi siswa-siswi SMA harapan palsu yang hendak mengisi perut di jam istirahat.

"Sialan Ted, elo juga kenapa injak bidak gue." gerutu Abidzar. Pemuda itu harus kembali shock karena untuk yang kedua kali, bidak ludonya diinjak dan kali ini tersangka penginjakan ialah seorang Teddy, sahabatnya yang terkenal baik hati. "Gak asik lah lo semua. Mending gue pesen makan aja."

"Eits, jangan kabur. Giliran lo jalan tuh." cegah Kevin.

"Iya, udah biar Teddy aja yang pesan. Abi lanjut jalan, jangan kabur." Teddy menambahkan.

Abidzar yang tak punya alasan untuk mengelak hanya bisa menghela napas pasrah dan kembali duduk di tempatnya. Sementara itu sesuai janjinya, satu pemuda yang menyebut dirinya Teddy anjak berdiri dan siap melangkah menuju lapak penjual di kantin.

"Gue pesen mie ayam, ya." titip Kevin.

"Gue orange juice aja, Ted." pesan Erwin. "Lo mau apa, Bi?" lanjut pemuda berambut cepak tersebut bertanya.

"Nggak ah, habis duit gue kalo beneran kalah cuma buat traktir kalian." Decak Abi menolak.

Erwin hanya terkekeh sementara Teddy langsung berlalu dari sana untuk memesan. Tak butuh waktu lama, kini segelas orange juice dan hot coklat panas untuknya sendiri sudah ada di tangan, sementara untuk pesanan mie ayam Kevin masih dibuatkan dan akan dihantarkan. Segara saja pemuda itu lekas kembali membawa minuman tersebut kemeja di mana sepertinya Kevin, Erwin dan Abi tengah menunggu giliran bidaknya untuk melangkah. Namun semua tak berjalan mulus, setengah jalan dilalui menuju meja di mana tiga kawannya duduk. Pemuda yang masih tersenyum geli mengamati teman-temannya dari jauh itu harus terkejut saat segelas coklat panas yang sebelumnya dibawa sudah hilang tinggal setengah bertepatan dengan seseorang yang sengaja menabraknya. Rasa panas yang menjalar dikulit saat susu itu merembes ke dalam hingga membuat warna seragam yang dikenakan berganti menjadi coklat tak membuat Teddy menahan kesakitan. Kontan seluruh penghuni kantin dibuat terkejut melihat kejadian tersebut, bahkan Erwin dan Abi yang semula duduk menunggu di meja kini sudah ikut menyusul.

"Ted, elo nggak apa-apa?" Erwin yang pertama buka suara dengan mengambil alih dua gelas di tangannya.

"Maaf gue gak sengaja." ungkap seorang pemuda dengan rambut berponi.

Teddy yang semula mencoba mengelap bajunya dengan tisu di meja terdekat menoleh kepada tersangka yang menabraknya. Telinganya masih tidak tuli untuk mendengar pemuda itu meminta maaf, namun matanya juga tidak buta untuk bisa melihat senyum sinis yang ditunjukan pemuda itu untuk sekedar menyadari ketulusan permintaan maaf yang disampaikan. Teddy bahkan masih bisa melihat lenggangnya jalan yang bisa dilalui para siswa di mana kemungkinan menabrak akan sangat kecil tanpa adanya faktor kesengajaan.

TEDDY-BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang