Berkemah memiliki tujuan untuk melatih kemandirian, generasi milenial yang terbiasa dengan hal instan dan kemudahan harus mulai membiasakan diri diacara perkemahan. Semewah apapun tenda yang mereka dirikan, bahkan alas matras yang tak lupa di bawa oleh sang tuan muda Adyaksa tak bisa mengalahkan kenyamanan kasur kesayangannya di rumah. Abidzar tak bisa untuk menggerutu saat berbagai macam posisi tidur telah pemuda itu coba namun matanya tak bisa untuk sekedar terpejam.
"Bisa diem nggak?" tak kurang Erwin yang menjadi orang terdekat dan merasa terganggu dengan posisi tidur Abi memukul kepala pemuda itu pelan.
"Gue nggak bisa tidur, Win." keluh Abi.
"Bodo."
"Mau pillow talk nggak, bestie?" tanya Abi.
Sialnya pemuda itu harus menerima serangan dadakan saat Erwin bahkan sudah mendorongnya dengan sebelah kaki, tak kurang pemuda itu bahkan sudah menyumbat dua lubang telinganya menggunakan earphone dan pergi keluar. Tak menyerah, Abi kembali mencoba perungungan dengan melirik empat kawannya.
"Gue tahu kalian belum tidur." cibir Abi heran. Sebegitu enggan sang kawan hingga langsung berakting pingsan saat Abi hendp"ak mengajak berbincang. Namun pada akhirnya pemuda itu berhasil memaksa keempatnya untuk tetap terjaga dan mendengarkan, senyum puas sudah terpatri melihat raut malas kawan-kawannya.
"Oke, aturannya sederhana. Kita buat malam ini sebagai malam kejujuran, supaya kita saling mengenal lebih dalam." Pemuda itu sejenak terdiam guna melirik reaksi sang kawan.
"Bi, elo nggak bener-bener berpikir kita harus main ini, kan?" Heru menjadi orang pertama yang menyuarakan protes. "Maksud gue, anak pramuka juga pasti lagi pada ronda ke setiap tenda buat cek udah pada tidur atau belum."
Tak mengalah mendengar alasan Heru, Abi yang sudah memikirkan hal itu segera meredupkan cahaya lampu tabung yang menerangi tenda. Pemuda itu bahkan sudah memposisikan diri dengan tidur terlentang guna memudahkan dalam berakting saat para satpam dadakan datang melakukan pemeriksaan.
"Permainan ini bukan buat bersenang-senang, bukan juga buat mendengar hal memalukan yang kalian simpan." Abi terdiam, termenung dalam lamunan.
"Terkadang seseorang butuh didengarkan, entah itu tentang kebohongan atau penyesalan yang dipendam." lanjutnya bergumam dalam temeram kegelapan.
Tak mendengar protes atau bantahan, Abi kembali melirik empat kawannya untuk memastikan bila mereka tidak terpejam. "Oke, kita mulai dari Dito. Elo duluan, gih." pinta Abi saat melirik urutan posisi tidur sang kawan.
"Gue nggak punya rahasia." elak Dito.
"Nggak harus rahasia." Abi menimpali.
Sadar tidak bisa berkelit, Dito hanya bisa menghembuskan napas pasrah sebelum memulai ceritanya. "Gue suka sama Laura."
"Itu mah bukan rahasia, semua orang juga udah tahu kalau elo suka sama dia." Heru menjadi orang pertama yang menyuarakan aksi protes.
Apa yang dikatakan Heru tidak salah, sikap Ardito yang terang-terangan menunjukan rasa sukanya pada bendahara kelas mereka sudah cukup untuk menjelaskan perasaan lelaki itu pasa sang rentenir kelas. Semua orang menganggap Laura gadis yang tidak peka, karena banyak dari perhatian lelaki yang ditunjukkan padanya akan gadis itu akan menaggap hanya sebatas kebaikan manusia semata. Dari sekian banyak penjuang hati seorang Laura, Dito menjadi orang yangbpaling bertahan lama menghadapi tingkah Laura yang kerap membuat pusing kepala. Bukan tanpa alasan, orang yang baru mengenal Laura akan mengira gadis itu suka mempermainkan hati pria. Tidak ada yang salah dengan sikap baik yang Laura tunjukkan, hanya saja kebaikkannya bisa jadi sangat menyebalkan saat Laura tidak hanya menerima dengan tangan terbuka perhatian dari satu orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEDDY-Bear
RomanceTentang Teddy sang 'Teddy-Bear' tampan yang selalu berhasil menipu publik dengan senyuman hangat namun memiliki sifat liar selayaknya seorang beruang, juga tentang Jasmin yang berniat melakukan balas dendam dengan cara meminjam uluran tangan sang pr...