Sagara benar-benar merasa lemas saat melihat dengan mata kepalanya sendiri sosok seorang gadis yang kini tengah terbaring di bed pasien sebuah klinik. Bila tidak ada Pak Laktif yang menepuk bahunya dari belakang, mungkin pemuda itu masih akan mematung entah sampai kapan. Ketidakberdayaannya dalam menjaga Jasmin kini berakhir hingga membuat nyawa gadis itu hampir terancam, bahkan Saga sempat berpikir bila dia bahkan sudah terlambat dalam mengambil tindakan hingga hanya menyisakan penyesalan.
"Jasmin nggak apa-apa, nggak ada luka serius juga." Ungkap Pak Laktif mengabarkan "Dokter bilang sebentar lagi dia sadar. Kamu tunggu di sini, bapak mau telepon guru yang ada di perkemahan buat kasih kabar."
Beberapa menit yang lalu Sagara bahkan sudah hampir putus mencari gadis itu kemana-mana. Setelah tidak berhasil menemukan Jasmin dari informasi yang Ana berikan dengan hanya menemukan kacamata milik gadis itu, cara terakhir yang bisa dilakukan ialah meminta bantuan pada orang-orang profesional. Terlebih saat itu malam telah datang hingga meningkatkan potensi bahaya yang bisa datang kapan saja mengancam. Beruntungnya ada keajaiban yang datang, tepat saat pemuda itu berniat melaporkan situasi yang terjadi dan meminta guru mereka untuk memanggilkan tim SAR. Saga ingat betul raut wajah serius pembina mereka yang tengah bertelepon dengan seseorang, saat berniat untuk berterus terang ia justru telah di dahului oleh orang tidak dikenal yang barus saja memberi kabar mengenai kondisi Jasmin yang sebelumnya dia kira tengah menghilang.
Hingga kini Sagara bisa berakhir di klinik kesehatan, mengamati gadis itu yang masih pura-pura terpejam dan percaya akting berhasil mengelabui orang-orang. Cih, bahkan anak kecil sekalipun akan sadar betapa payahnya akting yang tengah Jasmin lakukan. Matanya yang mencoba sesekali mengintip untuk memastikan sudah tidak ada orang, bibir yang sedikit ditarik ke dalam seakan menahan diri untuk tetap tidak buka suara mendapati Sagara yang masih setia berdiri menjulang.
"Gue tahu lo udah sadar." Cetus pemuda itu jengah.
Tepat setelah Sagara mengatakan bila ia sudah sadar tipuan yang tengah Jasmin lakukan, gadis itu membuka matanya perlahan dengan senyum bodoh yang membuat pemuda itu menghela napas pelan. Namun sampai beberapa menit ke depan tak ada satupun dari dua anak muda tersebut seolah masing-masing dari mereka menunggu sang lawan untuk buka suara. Merasa tidak tahan dengan sorot tajam yang Sagara tujukan, Jasmin akhirnya menyerah dan mulai berbicara dengan nada pelan.
"Saga, lo marah, ya?"
"Apa itu penting buat ditanyakan sekarang?" balas Sagara menahan rasa geram. Tak melihat bila gadis itu akan kembali berbicara, Saga kembali menambahkan. "Sebelum itu gue mau tanya satu hal, lo hilang atau sengaja menghilang?"
"Elo nggak mau tanya kondisi gue?" elak Jasmin mencoba mengubah topik pembicaraan.
"Jawab dulu pertanyaan gue!"
"Kenapa gue harus jawab, lo aja tadi nggak jawab pertanyaan gue." Balas Jasmin tidak mau kalah.
"Karena jawaban lo yang akan menentukan gue harus bersikap gimana ke depannya..."
Tidak kunjung mendapat jawaban setelah menunggu gadis itu dengan bersabar, Sagara sadar dia tengah menipu diri karena masih berharap dan mempercayai bila apa yang tengah dipikirkan sebenarnya tidak benar. Asumsi yang dia pikirkan bila Jasmin memang sengaja menghilang tidak pernah mau ia percaya, karena itu sekeras apapun Sagara menyangkal semua hanya sia-sia saat gadis itu bahkan sudah menunjukkan jawabannya secara tidak langsung.
"Jadi bener lo bukannya tersesat di hutan tapi sengaja hilang." Itu bukanlah sebuah pertanyaan karena tanpa mendapat konfirmasi pun dia tahu diam-nya seorang Jasmin merupakan cara terbaik untuk berterus terang. "Gue nggak habis pikir, apa sih yang sebenarnya lo pikirin? Lo gak tahu gimana khawatir-nya gue, HAH" bentak pemuda itu melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEDDY-Bear
RomanceTentang Teddy sang 'Teddy-Bear' tampan yang selalu berhasil menipu publik dengan senyuman hangat namun memiliki sifat liar selayaknya seorang beruang, juga tentang Jasmin yang berniat melakukan balas dendam dengan cara meminjam uluran tangan sang pr...