Dua Puluh Satu

1K 16 3
                                    

Felicia berjalan tertatih menuju rumahnya. Jika ada orang yang melihatnya, mungkin mereka hanya berpikir bahwa wanita itu capek dan stress sepulang kerja. Tidak akan ada yang menyangka bahwa wanita yang berjalan tertatih ini baru saja diculik karena sebelum ia dilepaskan, penampilannya dirapikan oleh seorang bibi yang bekerja pada ayahnya.

~~~

Felicia masih berjalan dengan tatapan kosong saat tiba-tiba seorang pria meraih lengannya. Dalam sekejap ia telah berada dalam pelukan pria itu.

"Kemana saja kau? Aku sangat khawatir." Ucapnya sambil mengusah pucuk kepala Felicia.

Entah mengapa namun seketika itu juga tangisnya pecah. Felicia pun balas memeluknya erat.

"Masuklah, berikan kuncinya padaku."

~~~

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Felicia mengusap air matanya.

"Kunci pintunya, aku akan mengunci pintu belakang. Kita bertemu di kamarku."

"Tunggu"

Felicia pun meninggalkannya sendirian. Dengan sigap ia mengunci pintu dan memeriksa setiap celah yang mungkin bisa diintai dari luar.

Mereka pun bertemu di depan pintu kamar Felicia.

"Apa tidak ada ruangan lain?"

Dahi Felicia mengkerut. "Ada apa denganmu? Bukankah kamu sudah sering memasukinya?"

"Tapi sa.. aku tidak nyaman."

"Sudahlah, ini adalah ruangan yang paling aman untuk saat ini."

Mereka masuk, lalu Felicia mengunci pintu kamarnya.

"Aku akan bertanya padamu. Kamu harus menjawabnya dengan jujur."

"O..key.."

"Siapa kamu sebenarnya?"

"Aku Surya Ravindra." Jawabnya tegas.

"Jadi... kamu bukan pria yang selama ini sering menemuiku? " Selidik Felicia.

"Kau sudah tahu?"

"Tentu saja aku tahu, Arka sudah menceritakan semuanya padaku."

" Baik, jadi aku datang karena ada hal yang ingin kutanyakan, namun Arka berkata kau tidak terlihat selama beberapa hari, jadi aku mengawasi rumahmu."

Felicia duduk di kursi yang terletak di sudut ruangannya. Tiba-tiba Surya mengacungkan sebuah pistol ke dahi Felicia.

Felicia menyipit. Harusnya aku menurut saja pada perkataan Monster itu.  Aku ingin mengajaknya bekerjasama namun ia justru seperti ini. Batinnya

"Kau mau membunuhku? Silakan saja, aku memang ingin mati." Sinisnya.

"Kau tak takut?"

"Hahaha... Kau mau tahu apa yang baru saja terjadi padaku kan? Beberapa jam yang lalu ayahku melakukan hal yang sama persis dengan yang kau lakukan saat ini."

"Apa? Bagaimana..."

Felicia menyenderkan punggungnya dan melipat tangannya di depan dada.

"Turunkan pistolmu dan duduklah!"

Surya mengamati sekeliling

"Di mana pun?" Surya mengernyit.

"Ya, jika kamu tidak ingin duduk di atas kasur, kamu bisa duduk di atas karpet."

Surya memilih untuk duduk beralaskan karpet daripada harus duduk di atas ranjang milik seorang perempuan.

"Kita... pernah bertemu?" Tanya Felicia tiba-tiba. Entah mengapa Felicia merasa gerak-gerik Surya seperti tidak asing, namun jelas sangat berbeda dari yang biasanya.

Surya menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan.

"Ya, beberapa kali."

"Beberapa kali?" Nada suara Felicia meninggi karena keterkejutannya.

"Lupakan, ada hal yang lebih penting dari itu." Surya mengalihkan pembicaraan.

Felicia pun teringat dengan rencana ayahnya setelah tadi sejenak ia lupa karena bertemu dengan Surya.



Hai semua... Maaf agak lama update nya.. Maafkeun juga kalau ceritanya agak absurd yak 😅

Selamat membaca

Me And My Bestie's HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang