Chapter 6

3 2 0
                                    

Malam hening dan membosankan, angin yang bertiup dengan begitu sangat kencang, sepertinya malam ini akan turun hujan.

Secangkir kopi hitam yang pahit menjadi penghangat untukku dimalam ini, udaranya begitu sangat dingin sekali.

Aku terdiam terduduk mematung diatas kursi, tepat di dekat jendela kamarku, aku coba memandang kearah luar, mencoba menikmati malam yang dingin dan gelap sepi ini.

Berkali-kali ku tenggukan kopi pahit ini, membuat malam ini menjadi semakin kejam jika diingat masa-masa dahulu, teringat sejuta atau bahkan miliyaran dosa yang telah kuperbuat.

Aku tidak tahu mengapa, malam ini perasaan dan pikirannku bertengkar dan bercampur aduk.

Daripada aku melamun dan menjadi semakin kesal. Malam ini, mungkin aku ingin sedikit flashback, bercerita tentang masa dimana aku merasa bahagia, dan tentang kisah-kisah indah dimasa itu.

Dengan sedikit harapan esok pagi akan ada kebahagiaan dan ketentraman yang singgah menyelimuti hati dan perasaanku, dan tentunya bersarang menetap didalamnya.

Malam ini aku coba buka ponselku, membuka akun instagramku yang followernya baru saja 2222, sedikit membuatku merasa terhibur, seketika itu aku coba melihat pesan-pesan DM yang dahulu, mengisi kekosongan dan kejenuhan dimalam yang dingin dan sunyi ini.

Tidak pernah aku sangka dan tidak pernah aku berharap akan itu terjadi, namun saat aku mencoba iseng membaca pesan-pesan DM ku, aku dikagetkan dengan nama indahnya yang kembali muncul di pesan DM ku, padahal dahulu pernah lenyap.

Lenyap karena akun instagramku di blokir oleh dirinya.
Hanya karena masalah sepele dia melakukan itu kepadaku, tapi mungkin baginya adalah masalah yang sedikit serius.

Wajah indahnya kini ku bisa lihat dari feed instagramnya, kembali mengingatkanku pada masa dimana aku masih remaja duduk di bangku SMA.

Disekolah adalah masa-masa yang paling indah dan berkesan bagiku, selain bisa mendapatkan teman yang baru, aku juga bisa memandang keelokan dan keindahan wajahnya.

Waktu itu aku duduk dikelas 11 SMA, dikelas IPA 1.
Pada waktu itu, disekolah sedang ada acara perpisahan kelas 12.

Acara yang begitu sangat menarik karena pihak sekolah mendatangkan sebuah band papan atas pada masa itu, yaitu band Tipe X.

Tepat pukul 15.00 diakhir penghujung acara, aku dan temanku Yoga berdiri disamping masjid sekolah untuk lebih dekat menonton konser yang begitu meriah.
Sedikitpun tidak aku sadari pada waktu itu, namun Yoga temanku yang berdiri tepat disebelah kananku, tiba-tiba mencolek tubuhku, lalu ia menunjuk kearah perempuan yang berada tepat didepanku.

"Sssst, Ka, coba kamu lihat itu." Ucap Yoga sambil menunjukan hari telunjuknya kearah seorang wanita yang terduduk tepat didepanku.
"Apa Ga?" Jawabku yang sedikit kurang mengerti maksud Yoga.
"Itu, cewe geulis pisan tau." Ucap Yoga sambil menunjukan bola matanya kearah wanita yang duduk didepanku.
"Oooh itu, iya Ga cantik pisan kitu, baru lihat saya hehe." Ucapku sambil menatap bagian wajah samping kanan wanita yang terduduk didepanku.
"Euuuh karak nyadar ieumah." Ucap Yoga.
"Hahaha, atuhda saya lagi fokus menonton konser Ga." Ucapku
"Pasti kamu Bogoh da haha." Ucap Yoga sambil tertawa dan mencubitku.

Tak lama kemudian wanita yang tepat duduk di depanku menghilang entah kemana, Yoga melangkahkan kakinya kedepan dan duduk dikursi bekas temannya wanita itu, akupun segera melangkahkan kakiku untuk mengikuti Yoga dan akupun terduduk diatas kursi bekas wanita indah itu.

Bagaikan dialam berbeda saat ku terduduk diatas kursi bekasnya, inajinasi serta khayalku melambung tinggi keatas surga.

Hati dan perasaanku merasa sangat bahagia dan tentram terasa, aku bertanya kepada diriku sendiri, apakah ini adalah cinta pada pandangan pertama.

Tak lama kemudian wanita itu datang kembali dan berdiri tepat disebelah kananku, waktu itu aku merasa sangat bingung dan malu.
Karena aku telah menduduki kursinya, Yoga mencubit bagian pahaku dan berbisik kepadaku.

"Itu, orangnya ada, gimana nih malu, kursinya kita dudukin." Ucap Yoga berbisik kepadaku.
"Iya Ga, aku juga bingung dan malu." Ucapku sambil berbisik pelan kepada Yoga.
"Hmmm, coba kamu berani enggak ngasihin kursi ini lagi, enggak enak tau." Ucap Yoga kepadaku.

Aku terdiam sejenak dan berpikir, sebenarnya aku ingin memberikan kursi ini, namun rasa malu yang begitu sangat menggangguku.

"Kasih, atau enggak, kasih atau enggak ya." Ucapku didalam hati sambil melirik kearah wanita itu."

Akupun segera memutuskan untuk memberikan kursi ini kepadanya, karena ini adalah suatu kesempatan untuk ku.

Tanpa bilang kepada Yoga, akupun segera berdiri dan memberanikan diri, menyentuh pundaknya seraya kupanggil dirinya.

"Teh, ini kursinya, hehe." Ucapku sambil menatap wajahnya yang begitu indah mempesona.
"Oiyaaa hehe." Jawabnya.
"Maaf aku pinjem barusan hehe." Ucapku sambil menatap wajah indahnya tanpa henti."

Baru kali ini aku melakukan hal yang seperti itu, waktu itu sore di sekolah menjadi sebuah sejarah yang begitu sangat indah.

Tak lama kemudian acara konser festival pun selesai, aku dan Yoga pun segera beranjak untuk segera pulang.

Tak berhenti diriku memikirkan dirinya, mencari sebuah nama yang mempesona, rasa dan asa yang semakin sempurna membentuk bulat sebuah cinta.

Hari itu adalah hari yang begitu sangat membuatku merasa bahagia sekali, akupun pulang kerumah dengan sangat tenang, sepanjang jalanpun aku tak menyadari begitu cepatnya.

Tepat adzan Maghrib akupun sampai didepan gerbang rumah.

"Assalamu'alaikum." Ucapku.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Ibunda tercintaku.
"Waah baru pulang ya, barusan kemana dulu?" Tanya Ibuku.
"Hehe, disekolah ada acara perpisahan Bu, jadi Raka lihat dulu acaranya hehe."
"Ohhh begitu ya Nak, yasudah sekarang kamu mandi dan segera bersiap-siap untuk Shalat ya." Ucap Ibu dengan begitu terdengar sangat merdu, membuatku semakin tentram.
"Iyaa Bu hehe."
"Iya nanti kalau sudah beres, Ibu udah siapin makan malam untuk kamu ya."
"Iya Bu siap hehehe." Ucapku sambil mengacungkan ibu jariku.

Malam telah begitu nampak terlihat, kegelapan yang begitu membuatku membutuhkan sebuah penerangan.
Isi pikiranku tak henti memikirkan wanita itu, aku cari dan terus ku cari, siapakah namanya dan kelas berapakah.

Malam itu aku tidak terlalu larut begadang, karena rasa cape yang menerkamku begitu sedikit sangat kejam, aku memutuskan untuk tidur di awal malam.

Tepat jam 21.00 aku mulai membaringkan seluruh tubuhku diatas kasur, mencoba menutup mataku dan menghela nafas panjang-panjang.

Namun tidak aku sangka, isi pikiranku masih tengiang memandang wajahnya, apalagi sewaktu aku mencoba menutup mata.

Sambil menunggu rasa kantuk yang akan menyelimutiku, aku mencoba menyalakan salon aktifku dan ku putar lagu kesukaanku, yaitu lagu Bonjovi yang judulnya I'll be there for you.

Pikiranku melayang tidak semestinya, lamunan yang kian kini semakin tajam menghujan memandang wajahnya.

Kendati Tak MenepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang