Chapter 2

21 11 5
                                    

Terdengar lirih bisikanmu
Diantara bayang-bayangmu
Terucap kata cinta
Yang dulu tersimpan
Dan tak mau pergi......

Sekejap cinta yang terjalin
Kan menjadi sebuah cerita
Yang tak mungkin terlupa
Terukir dihati dan tak mau pergi....

Mungkinkah kumiliki....
Cinta seperti ini lagi....
Jangan biarkan aku
Kehilangan di..ri..mu....

Coba dengarkan lah sumpahku
Dari hati....
Aku cinta kamu...
Jangan dengar kata mereka
Yang tak ingin kita satu
Yakin kan aku milikmu...
Aku milikmu.....

Seperti biasa sepulang sekolah, bila aku tidak tidur, aku hanya mengisi separuh hariku dengan bermain gitar sambil bernyanyi, lagu Dewa 19 yang berjudul Aku milikmu adalah salah satu lagu favoritku, makannya tidak pernah ada bosennya aku selalu menyanyikannya.

Walaupun terkadang, suaraku tak seindah suara vokalis aslinya, mungkin terdengar sedikit membuat telinga setiap orang merasa sedikit sakit, tapi bagiku tidak hahaha.

Keseharianku hanya menyendiri didalam hening, diatas kasur kamarku, yang telah aku anggap surga dunia versiku.

Bukannya apa-apa, karena tidur dan rebahan adalah hobby yang sangat menyenangkan bagiku, apalagi kalau dibayar, mungkin aku akan lebih rajin lagi untuk itu.

Hari begitu cepat berlalu, siang menjadi malam, malampun sama menjadi siang.
Hampir aku lupa, baru saja ingat bahwa lukisan wajah Putri baru saja seperempat aku kerjakan, mana aku bingung dan kaku, walaupun ku jiplak dari foto dirinya, yang di pangpang di akun facebook miliknya, tetapi karena aku tidak memiliki bakat melukis, maka seperti inilah jadinya, aku dibuat kewalahan sendiri untuk menyelesaikannya.

Tapi bagaimanapun juga aku harus menyelesaikannya, dan memberikan lukisan ini kepada dirinya, sebagai tanda hadiah dihari ulah tahunnya nanti, tepatnya tanggal 30 sepetember, jika dihitung hari, hanya tinggal 2 hari lagi.

Sempat akupun berpikir untuk meminta dibuatkan lukisan oleh temanku yang ahli didalam bidang melukis, namun hati dan perasaanku merasa kurang bisa menerima untuk itu.

Daripada bagus tetapi dibuatkan oleh orang lain, mending biasa saja tapi buatanku sendiri, itu yang menjadi prinsip didalam hidupku.

Tok...tok....tok
Suara orang mengetuk pintu kamarku,
Sedikit mengganggu bagiku, tapi mungkin itu Ibu, dan ketika ku buka memang ternyata benar itu adalah Ibu.

"Raka, kenapa diem saja dikamar, kamu sudah makan belum, itu Ibu sudah masak untuk makan malam." Ucap Ibuku.
"Iya Bu, nanti Raka kedapur ko, kalau sudah lapar Raka pasti makan hehehe." Jawabku sambil tersenyum melihat wajah Ibu.
"Oiyaaa." Kata Ibuku sambil beranjak pergi melangkahkan kakinya kearah kamarnya.

Sebenarnya ada yang mau aku omongin juga sama ibu, tetapi, mungkin Ibu sudah merasa lelah dan butuh istirahat.

Akupun kembali masuk kedalam kamar, mencoba melanjutkan melukis dengan sebisanya.

Tak terasa malampun terlihat tampak larut, berbarengan dengan suara perutku yang menandakan rasa lapar, tidak berpikir panjang akupun segera beranjak kedapur untuk segera menyantap makanan yang sudah disiapkan Ibu.

Malam ini terhiasi dengan rintik hujan yang tipis turun jatuh kebumi, membasahi dedaunan pohon didepan rumahku, kupandang dan kuperhatikan sambil kupegang penaku dan canvas lukisan setengah jadiku.

Sunyi dan hening yang aku rasakan, Ibu dan Adiku yang sudah terlelap didalam tidurnya, berjelajah didalam dunia mimpi indahnya.

Berbeda denganku yang saat ini masih terduduk mematung, melihat kearah luar jendela memperhatikan air hujan yang turun membasahi bumi, pikiranku bercampur aduk semaunya.

Lukisan yang kian kini sudah setengah jadi, kulihat dan ku perhatikan garis demi garis dengan sangat detail.

Tak terasa kulihat jarum jam yang sudah menunjuk kearah angka 12, rasa kantuk yang mulai menyelimutiku.
Tetapi, aku enggan untuk menurutinya, aku mencoba melawan rasa kantukku yang setiap detiknya semakin mulai terasa.

Ku coba dimalam ini untuk menyanyikan sebuah lagu, siapa tau bisa memberiku inpirasi, sehingga malam ini, aku bisa menyelesaikan lukisanku.

Kusimpan lukisan setengah jadi itu dihadapanku, lalu ku ambil gitar dan kupetik perlahan bernada sempurna, itu menurutku, tidak tau jika menurutmu.

Dengarkanlah..... wanita pujaanku
Malam ini akan ku sampaikan
Hasrat suci kepadamu, Dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu....
Tuk yang pertama dan terakhir....

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Kutak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini....
Akulah yang terbaik untukmu....

Lagu youpi and nuno yang berjudul janji suci adalah lagu yang cocok mewakili hatiku untuk saat ini.

Bukan Jelmaan nyata Putri yang ku pandang dihadapanku, namun sebuah lukisan berukir lekukan wajah indahnya, yang baru setengah jadi aku kerjakan.
Tetapi bagiku adalah sebuah kebahagiaan, karena hanya bisa dan mampu seperti ini yang aku bisa saat ini.

Mungkin jika ada orang yang melihatku, pasti dia bilang dasar gila.
Karena akupun sedikit sadar dan membuat diriku tertawa sendiri.

Kucoba untuk kembali melanjutkan lukisan itu, kuambil penaku, bergetar hati dan perasaanku.
Karena jika sampai tuntas lukisan ini, aku merasa sangat bahagia, dan jika sampai lukisan itu sampai ketangan seseorang yang ada didalam canvas itu, hatiku merasa sangat tentram dan bahagia, tidak tau kalau dia, aku sedikit merasa ragu akan hal itu, tapi akan ku coba.

Garis demi garis ku ukur sesuai lekukan wajahnya, sedikit demi sedikit kukerjakan, kini mulai mendekati kata selesai, bukan sempurna, aku tidak percaya diri akan hal itu, karena akupun harus sedikit sadar diri.

Waktupun cepat berlalu, udara dingin yang kini kian mulai terasa, merasuk kedalam lubang pori-pori tubuhku, berkali-kali akupun menguap.

Rasa kantuk yang kini semakin terasa menyelimutiku.
Mungkin malam ini aku putuskan untuk segera tidur.

Segera kuletakan pena dan canvasku.
Kurebahkan seluruh tubuhku diatas kasur kesayanganku, yang dibalut seprei bergambar club bola AC MILAN.

Agar tidurku nyenyak dan mimpi indah, tidak lupa aku selalu berdo'a.
Setelah berdo'a, seperti biasa hal yang rutin selalu aku lakukan, yaitu berimajinasi, berkhayal memikirkan seseorang yang aku cintai, dibarengi dengan menyetel lagu Bonjovi yang berjudul I'll be there for you. Pikiran ku melayang terbang diangkasa, kalau kata anak jaman sekarang HALU tingkat akut.

Kupejamkan mataku dengan sangat perlahan, lalu kutarik selimut untuk menjadi pembalut tidurku supaya tidak disengat nyamuk dan tidak merasa dingin.

Beriringan bersama imajinasiku yang masih bercampur menjadi satu dengan rasa lelahku, lagu Bonjovi yang semakin terdengar sangat pelan, detik demi detik akupun kehilangan kesadaran, tubuh yang begitu ikut bersama kenyamanan.

Hanya satu yang masih setia untukku, yaitu hanya tarikan nafas dan detak jantung yang menemaniku, suara tenggorokan yang kian kini terdengar sangat merdu bersahutan berjeda.

"Raka, Raka... bangun, sudah subuh Nak, ayo cepat bangun, shalat subuh dan siap-siap untuk mandi, itu Ibu sudah siapkan air hangatnya.

**********

Kendati Tak MenepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang