Chapter 7

2 0 0
                                    

Pandanganku semakin menjadi-jadi teringat wajah indah wanita itu, waktu itu aku begitu sangat penasaran dengannya, mencoba sebuah informasi tentangnya, namun belum aku temukan jejaknya.

Siapakah gerangan wanita itu, sosok yang begitu membuatku terpanah saat memandang dikali pertama.

Karena rasa kantuk yang kini semakin menjadi-jadi, malam itu aku putuskan untuk segera tidur, dan berharap esok pagi kan bahagia dan menemukan arti sebuah nama wanita itu.

Malam itu adalah malam penuh keheningan, sunyi didalam lamunan, tertidur dengan begitu sangat pulas.

Tak terasa waktu 6 jam pun telah selesai, Ibuku membangunkanku untuk segera bersiap-siap untuk shalat subuh, dan berangkat kesekolah.

Pagi yang begitu sangat cerah, matahari seperti memberi kembali sapaan itu kepadaku.

Akupun segera bergegas untuk segera melangkahkan kakiku untuk kesekolah.
Tak pernah lupa bagiku, berpamitan kepada Ibunda tercintaku adalah hal yang wajib bagiku, selalu ku lakukan sebelum aku berangkat keluar dari rumah.

"Bu, aku pamit ya, do'ain Raka ya, assalamu'akaikum." Ucapku sambil bersalaman mencium tangan Ibu.
"Hehe iya Nak, semoga kamu menjadi anak sukses ya, selamat bersekolah, hehe, wa'alaikumussalam." Jawab Ibuku dengan begitu sangat ramah, halus dan lembut terdengar ditelingaku.

Setiap kali seperti itu, Ibu selalu bilang seperti itu, aku menjadi sangat begitu semangat untuk menjadi seseorang yang sukses kelak, karena salah satu harapan Ibu adalah aku sebagai anak lelaki dan anak pertama.

Kala itu, tepat pukul jam 06.30 aku sedang menikmati kesejukan udara dipagi hari, terduduk didepan kelas sambil memakan goreng piscok Bi Ani, rasanya enak dan lezat.

Tak kusangka dan tak terjadwalkan bagiku, tiba-tiba sosok perempuan itu lewat didepanku, dia asyik mengobrol dengan temannya, terdengar suara teriakan memanggil namanya dengan sebutan puput.

Aku merasa sangat bahagia, pagi hari itu membuatku menjadi sangat lebih berwarna, dan sekarang akupun mengetahui siapa gerangan sosok perempuan itu.

Namanya Puput, tidak lama ku menunggu, waktu itu pula aku langsung mencari sosok nama itu di akun facebook.

Namun tidak aku temukan, tak lama kemudian, lonceng bel sekolah berbunyi menandakan waktunya jam pelajaran pertama dimulai.

Sedikit menjadikanku malas, namun aku selalu teringat keringat Ibuku yang membiayaiku sekolah, itulah sebabnya aku selalu melawan rasa malas yang selalu menyelimutiku.

Akupun segera masuk kedalam kelas, dan segera duduk menunggu kedatangan seorang guru yang terjadwal dijam pertama dikelasku.

"Ka, gimana?" Tanya Yoga sambil mencolek pundakku.
"Gimana apanya Ga." Jawabku sedikit merasa kebingungan.
"Itu, perempuan cantik yang kemaren, kamu sudah tau belum?" Ucap Yoga.
"Hmmm, belum Ga hehe." Ucapku sambil menundukan pandanganku, sedikit merasa tidak semangat.
"Hihihi."

Yoga hanya tertawa dengan, sedikit mengejekku rupanya.

"Eh Ka, aku tau ko namanya, kemaren sempat aku tanyain ke sodaraku yang katanya sekelas dengan dia." Ucap Yoga.
"Waaah, yang bener kamu Ga?" Tanyaku begitu meunjukan rasa semangat.
"Hahaha, aku mau rahasiain deh haha, mending kamu cari saja sendiri, karena akan lebih bermakna jika kamu yang menemukannya sendiri." Ucap Yoga.
"Yah dasar kamu, enggak setia kawan kamu Ga." Ucapku dengan sedikit merasa kesal.

Yoga hanya kembali mentertawakanku, aku menjadi sangat merasa kesal dengannya.

"Yaaah, kamu, pundungan haha." Ucap Yoga.
"Yasudah aku kasih tau ciri-cirinya deh haha." Ucap Yoga sambil mencubitku.
"Ciri-ciri apa, wong aku udah tau ciri-cirinya, dia cantik dan baik hati!" Ucapku yang merasa semakin kesal.
"Yaaah bukan ciri itu maksudku, tapi..." ucap Yoga sambil menepuk meja.
"Tapi apa Ga?" Tanyaku karena walaupun kesal, namun aku juga sangat begitu penasaran.

Tak lama kemudian, guru kimia datang menghampiri kelas.

"Assalamu'alaikum, murid-murid." Ucap Bu Dije guru kimiaku.
"Wa'alaikumussalam Bu." Ucapku dan murid-murid kelasku yang lain.
"Selamat pagi hehe." Ucap Bu Dije sambil tersenyum dan membuka buku yang begitu sangat tebal.
"Pagi, pagi, pagi...." jawabku dan murid-murid sekelasku.

Sedikit menjadi terpaksa terbawa semangat, karena selain baik Bu Dije orang nya care juga kepada setiap murid-murid di sekolah.

"Ya baik murid-murid, sekarang kalian buka buku halaman 35 bab 10 ya." Ucap Bu Dije.
"Iya baik Bu." Jawabku dan teman-teman.
"Sekarang kalian kerjakan ya soal-soal berikut." Ucap Bu Dije."
"Iya Bu baik." Jawabku dan teman-temanku.

Akupun segera membuka buku hal 35 dan mengerjakan soal-soal berikut.

"Gas, kamu bisa enggak ngerjainnya?" Tanyaku sambil menoleh kearah Bagas teman sebangku ku.
"Hmmmm, enggak hihihi." Jawab Bagas sambil tertawa.
"Hmmmm, dasar teman yang tidak bisa diandalkan." Ucapku sedikit dengan rasa kesal.

Rasanya ingin segera beres waktu pelajaran kimia ini, ingin segera beristirahat dan makan cireng isi pedas dikantin, siapa tau hari ini hari beruntung bisa papasan dengan wanita itu dikantin.

Tak lama kemudian lonceng bel sekolah berbunyi menandakan jam istirahat telah tiba, hatiku merasa lega dan tentram.

"Karena waktunya sudah habis, kalian kerjakan saja dirumah soal-soalnya ya, minggu depan dikumpulkan ya." Ucap Bu Dije sambil membereskan buku bawaannya.
"Iya Bu baik." Ucapku dan teman-temanku yang terdengar senada dan begitu bersemangat.

"Alhamdulillah." Ucap Bagas teman sebangku ku."
Mendengar dia mengucap itu, terasa sedikit tidak aneh bagi anak yang malas sepertinya, dan mungkin aku juga sama.

"Eh Ga, tadi teh apa?" Tanyaku kepada Yoga.
"Apa? Apanya Ka." Jawab Yoga sedikit keheranan.
"Iya tadi kamu katanya mau kasih tau ciri-cirinya." Ucapku
"Oooh, iya lupa aku hehe." Ucap Yoga.
"Jadi?" Tanyaku yang semakin penasaran dan ingin tahu.
"Jadi kita sekarang kekantin saja yu, jajan." Ucap Bagas dengan tiba-tiba.
"Hmmm." Aku sedikit terganggu.
"Yasudah Ka, kita ngobrolnya dikantin saja sambil jajan, gimana?" Ucap Yoga.
"Yasudah ayo kita berangkat." Ucapku sambil berdiri untuk segera beranjak melangkahkan kakiku kekantin sekolah.

Waktu itu akupun segera kekantin untuk jajan bersama teman-temanku.
Tak disengaja akupun berpapasan dengannya dikantin, diwarung mang adin, waktu itu aku sedang menunggu cireng isi pedas matang, dan dirinyapun ternyata sama.

Sedikit membuatku tegang, berdebar jantungku, karena sosok perempuan itu berada tepat disampingku, sebenarnya kala itu aku ingin menyapanya, namun tidak tau mengapa bibirku susah untuk bergerak, aku hanya terdiam dan membisu.

Namun pada waktu itu pula aku mengetahui siapa namanya, sosok perempuan indah disekolah, dia bernama Putri Permata.

Tuhan sepertinya mengabulkan tentang do'a dan harapanku, dihari itu aku merasa sangat bahagia.

Dari papan nama yang terpampang di bajunyalah aku mengetahui nama indahnya.

"Nih Ka, cirengnya sudah matang." Ucap Mang Adin sambil memberikan cireng yang sudah terbungkus didalam kertas.
Aku sedikit melirik kearah Putri, dan berpikir untuk mendahulukannya, mungkin ini adalah salah satu kesempatan bagiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kendati Tak MenepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang