Waiting.
❤️
Yuna's POV.
Sekarang aku tengah duduk di sofa sambil menonton TV bersama Chaeryeong.
Sudah setahun sejak aku dan Chaeryeong menikah, kami masih bimbang untuk mengadopsi anak.
Chaeryeong sudah lama ingin memiliki anak, tapi aku belum terlalu siap untuk membagi perhatianku pada Chaeryeong, pekerjaanku, dan anak.
Aku juga belum siap untuk mengurus seorang anak, aku belum berpengalaman, akan sangat bodoh jika aku menyerahkan semuanya pada Chaeryeong, aku juga harus membantunya, kan?
"Yuna, kemarin aku bertemu anak laki laki yang sangat menggemaskan di panti asuhan." Ucap Chaeryeong membuyarkan lamunanku sambil tersenyum lebar.
Mataku membelalak, "sudah kubilang untuk berhenti pergi ke panti asuhan, Chaery!"
Raut wajah Chaeryeong berubah menjadi muram, "kenapa? Aku hanya ingin bertemu dengan anak-anak."
"Kalau kau terus pergi ke sana, kau akan semakin ingin punya anak, kau tahu aku belum siap." Ucapku, memijit pelipisku.
"Kenapa, sih?! Sudah setahun, Yuna!" Chaeryeong berdiri dari duduknya. "Setahun kau bilang kau akan bersiap-siap untuk punya anak, tapi kau malah melarangku untuk pergi ke panti asuhan hanya karena alasan bodoh itu! Setahun aku menunggumu tapi kau masih saja belum siap. Kau pikir setahun itu waktu yang singkat?!"
"Bukan gitu, Chaeryeong, aku butuh waktu untuk—" Ucapanku terpotong.
"Aku sudah memberimu waktu, Yuna. Kenapa? Kenapa kau masih belum siap juga?" Air mata mulai turun dari matanya.
Sial! Aku membuatnya menangis.
Aku berdiri, tanganku meraih wajahnya, menghapus bulir bulir air mata yang mengalir, "tolong jangan menangis."
Aku merasakan sesak di dadaku, melihatnya menangis sudah sangat membuatku sesak dan sakit, terlebih ini karenaku.
"Selama ini aku sudah sabar menunggumu, aku awalnya ingin marah tapi aku tahu, aku mencoba untuk mengerti bahwa kau butuh waktu, kau belum siap." Chaeryeong terisak, "tapi ini sudah terlalu lama, aku tidak bisa lagi menunggu."
Aku terdiam, tak bisa berkata apa-apa.
"Aku sudah memberikanmu waktu, di awal memang ku pikir kau belum siap tapi makin lama aku makin bingung, 'kau memang belum siap atau kau memang tidak mau punya anak?'." Lanjutnya.
"Berikan aku waktu sebentar lagi, Chaeryeong." Ucapku pelan.
Chaeryeong menyeka air matanya, raut wajahnya menjadi dingin, "kau sudah mendapatkan waktumu, Yuna. Mau sampai kapan lagi kau membuatku menunggu?" Ucap Chaeryeong lalu pergi ke kamar dan membanting pintunya.
Aku menyusulnya, tapi nihil, pintunya ia kunci dari dalam.
Aku menghela napasku, memang bodoh aku melarangnya pergi ke panti asuhan hanya karena alasan itu. Memang bodoh aku terus terusan membuatnya menunggu. Aku sadar aku salah, setahun merupakan waktu yang lama dan aku membuatnya menungguku selama setahun.
Aku merutuki kebodohanku.
Aku mengetuk pintunya pelan, "maafkan aku, Chaery."
Tidak ada balasan apapun.
"Chaeryeong, tolong buka pintunya, mari kita bicarakan baik-baik."
Masih tidak ada balasan, aku menundukkan kepalaku.
Mungkin sudah waktunya aku berhenti membuatnya menunggu.
"Chaery."
Aku menghela napas.
"Ayo, kita adopsi anak!"
~•~
"I'm sorry for making you waiting."
❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ITZY ONESHOTS
أدب الهواةITZY's fictions compilation that i wrote. Written in Bahasa. (I don't do SMUT!) rycjiniez, 2021.